Penasaran

21 0 1
                                    

Hem hem hem,,kali ini judulnya penasaran readers,
Pada penasaran kagak???
Yaudah author langsungin aja deh

"Semalem lo kenapa do?"tanya Denta pada Edo penasaran
"Kenapa apa maksudnya?"jawab Edo dengan ekspresi bingung
"Yaaah,do lo itu emang lupa atau emang nge-lupa sih...... Apalagi yang gue tanyain kalo bukan alasan lo batalin jaji tadi sore!"
"Oh iya"Edo menepuk jidatnya dan bingung mau jawab apa
"Emmm....jadi gini ta.emmm sebenernya tadi sore itu ibu gue ngelarang gue keluar,dia minta gue nemenin dia di rumah. Jadi bukan karena ada urusan keluarga. Sorry ya ta gue udah bohongin lo"
"Nemenin? Emang Ayah lo dimana?"
"Ayah ada di rumah,cuma ibu gue pengennya ditemenin sama gue"
"Beneran nih?lo nggak bohongin gue kan?" Denta tau kalau Edo sebenarnya bohong,karena sudah terlihat dari sorotan matanya dan cara bicara Edo yang nggak lancar.
"Iya,beneran. Mana mungkin gue ngebohongin sahabat gue yang paling baik ini" ucap Edo sambil tersenyum menutupi kebohongannya
"Yaudah,kalo gitu gue mau ke toilet dulu ya" Lanjut Edo
Edo segera menghindar dari Denta supaya tidak terlihat jika ia bohong.

"Aneh banget" gumam Denta

"Gue tau kok do kalo lo itu bohongin gue. Kenapa sih lo mesti bohongin gue,gue ini kan sahabat lo,apa salah jika gue harus tau semua yang terjadi sama lo? Asal lo tau do gue itu lebih peduli sama lo ketimbang lo peduli sama gue" batin Denta sambil memandangi punggung Edo yang berlalu dari hadapannya

"Hai ta"

Tiba-tiba ada suara mengagetkan Denta. Dan itu adalah suara.... Siapa lagi kalo bukan Taufik yang selalu datang secara tiba-tiba,kayak setan aja :D

"Ah,elo fik,bikin jantung gue mau copot aja"ucap Denta kesal
"Mau copot?sini kalo mau copot biar aku tangkap jantung kamu"
"Apaan sih lo fik,ada-ada aja"
"Lagian lo ngapain sih bengong-bengong di sini?"
"Nggak ngapa-ngapain kok" jawab Denta memalingkan mukanya dari Taufik
"Oh iya ta,gue mau......"

"Ta,ayo ke perpus yuk" Suara Evi mengajak Denta ke perpus sambil menarik tangan Denta sampai Denta berdiri dari tempat duduknya
"Ayo,ada buku-buku baru nggak?"
"Ada,banyak. Baru kemarin loh bukunya dateng"

Denta dan Evi pun pergi meninggalkan Taufik.
Taufik yang duduk sendiri di bangku sebelah bangkunya Denta merasa kesal.

"Kenapa sih,selalu aja ada yang ganggu setiap ada kesempatan gue mau deketin Denta. Sialan" Taufik bergumam sendiri

"Kenapa lo fik?" tanya Edo yang baru datang dari toilet

"Ini lagi,pake acara si kutil ini dateng lagi" batin Taufik

"Kok lo malah bengong sih fik?"

"Nggak papa kok" jawab Taufik seraya berdiri meninggalkan Edo

"Aneh banget sih" ucapa Edo sepelan mungkin

Edo pun duduk di bangku bekas yang diduduki Taufik,dimana bangku itu di sebelah bangku Denta.
Diliriknya bangku Denta dan dipandanginya cukup lama,lalu diusap wajahnya kasar.
Dia gelisah memikirkan Denta yang terus-terusan dibohonginya. Sebenarnya dari hati Edo dia nggak tega melihat Denta dibohongin terus,lagipula dia selalu dihantui ketidakjujurannya itu sendiri,dia nggak bisa tenang.

"Kalo udah waktunya lo bakal tau sendiri ta alasan gue menutupi semua masalah ini ke elo" batin Edo

---------

Sementara Denta dan Evi sedang sibuk milih-milih buku di perpus.
Nggak sengaja Denta bersebelahan dengan salah satu siswa cowok,tapi Denta tak mengenalnya,bahkan wajahnya baru pertama kali ia melihatnya.
Diliriknya buku yang dibaca cowok itu,judulnya "Rahasia untuk Sahabatku".
Lalu setelah cowok itu mengembalikan buku itu ke rak buku,Denta langsung cepat-cepat mengambilnya.

Lalu dibaca buku itu.
Isi buku itu mengingatkan Denta pada Edo yang selalu merahasiakan satu hal dari dia persis seperti isi buku itu.
Tapi ada yang mengganjal di hati Denta,siapa sebenarnya cowok yang baca buku itu,spertinya dia belum pernah melihatnya selama 2 tahun sekolah di sini.

Buku itu dikembalikan Denta ke rak buku,lalu ia mendekati Evi dan duduk di sebelahnya.

"Vi"
"Em?"jawab Evi tanpa melihat Denta,ia sibuk dengan buku yang dibacanya
"Gue nggak ngerti deh sama Edo"
"Maksud lo?"sahut Evi langsung menghadap Denta
"Dia ngerahasiain sesuatu dari gue"
"Dari mana lo tau dia ngerahasiain sesuatu dari lo?"
"Dari gaya bicaranya dan dari sorot matanya"
"Hahaaa lo ini ada-ada aja ya,kayak kalian punya ikatan batin aja"
"Ya emang gitu,kita itu kayak udah punya ikatan batin. Gue udah nganggep dia itu sahabat paling baik yang gue punya"
"Jadi gue enggak nih?"ucap Evi agak nyindir
"Enggak gitu maksud gue,lo juga sahabat gue yang baik kok"ucap Denta seraya mengapit kedua telapak tangan Evi
"Terus bedanya apa sama Edo?"
"Emmmm,apa ya?.... Gue ngerasa ada yang spesial dari Edo buat gue"
"Ehem,udah min spesial-spesialan nih sekarang"
"Iiih jangan gitu dong vi" wajah Denta memerah
"Hahhahhhaaa" Evi hanya tertawa melihat wajah Denta yang memerah seperti tomat itu
"Udah ah,ayo balik ke kelas"

----------

"Bah,Umi khawatir sama Denta bah" ucap Umi sambil menaruh kopi si atas meja depan Abah yang sesang asyik membaca koran
"Khawatir kenapa sih mi?"
"Setiap hari dia selaaalu menceritakan temennya yang namanya Edo itu,terkadang dia juga gelisah sendiri gara-gara mikirin si Edo itu"
"Lalu,apa yang umi khawatirkan?"
"Umi khawatir jika mereka terlalu dekat nanti bisa jadi....."
"Jangan bicara seperti itu umi,tidak baik"
"Bukannya begitu bah,kita kan belum tau siapa itu Edo,latar belakang dia seperti apa,kan kita belum tau bah"
"Sssssssttttt,cukup umi jangan suudzan. Sudah,kita percaya saja sama anak kita. Kalo anak kita memang anak yang baik pasti Allah akan mempertemukan dia orang-orang yang baik,begitu pula sebaliknya"
"Iya bah,umi ngerti"
"Umi kan ibunya,seharusnya umi lebih tau dan percaya sama Denta dong"
"Iya bah,maafin umi"
"Untuk apa umi minta maaf kepada abah,umi nggak salah sama abah. Seharusnya umi minta maaf kepada Allah karena telah suudzan sama anak sendiri dan Edo. Gini aja,abah ngerti kalo umi sangat peduli dan khawatir sama Denta. Jadi kita pantau saja kegiatan Denta di sekolah melalui teman-temannya yang udah umi kenal,terus kalo misalnya Denta bandel atau membuat hal yang tidak baik,kita kirim saja dia ke pesantren,biar kegiatannya lebih terkontrol"
"Nah itu umi setuju bah,kenapa nggak dari tadi bilang kayak gitu sih bah"
"Haduuh umi.. Umi. Umi ini ada-ada saja"

"Assalamu'alaikum" salam Denta sambil berjalan menuju umi dan abahnya

Deg,Umi langsung panik ketika tau Denta sudah pulang. Sementara abah hanya biasa-biasa saja

"Eh sayang,udah pulang ya"ucap umi menghilangkan rasa paniknya

Denta langsung meraih tangan abah dan uminya lalu mengecupnya.

"Yaudah,Denta ke atas dulu ya mi,bah. Mau ganti baju,panas banget nih"
"Jangan lupa sholat habis itu makan ya sayang" umi mengingatkan Denta yang sudah menjadi rutinitas setiap Denta pulang sekolah
"Iya mi" ucap denta sambil berlari menaiki tanngga menuju kamarnya.

"Huuuffff,untung aja tadi Denta nggak denger bah" ucap umi seraya mengusap-usap dadanya
"Umi ini kenapa sih,sama anak aja kok main rahasia-rahasiaan segala. Sudahlah mi kita biarkan saja dia"
"Oiya bah,umi punya ide"
"Ide apalagi sih mi?"
"Gimana kalo kita suruh Denta ngajak Edo main ke rumah,kan biar kita tau siapa si Edo itu. Kan sekalian kita bisa tanya-tanya langsung ke anaknya"
"Main ke rumah?" ucap abah sambil berpikir sejenak
"Iya bah"
"Sebaiknya jangan deh mi,bisa jadi fitnah nantinya. Apa kata orang luar nantinya kalo melihat anak kita dikunjungi sama lelaki yang bukan mahromnya"
"Iya juga sih bah"
"Udahlah mi,kapan selesainya kita berdebat soal anak kita itu. Mending kita serahkan semua kepa Allah. Ingat mi,doa itub lebih kuat dari segalanya kecuali Allah,jadi kita berdoa saja supaya anak kita mendapatkan yang terbaik"
"Iya bah. Umi cuma terlalu khawatir aja sama Denta"

الله اكبر الله اكبر
"Tuh mi,sudah adzan. Ayo kita sholat ashar dulu mi"
"Iya bah"

Part 3 finish
Jangan lupa vote dan commentnya readers
Udah itu aja dari author,lagi males berkata-kata authornya

Hati yang Haus Akan ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang