Alhamdulillah author masih bisa lanjut ke part 2
Mohon dukungannya ya sobat,
Hati-hati typo bertebaran,maklumi aja ya soalnya outhor terbitnya spontan jadi nggak ada revisiTepat pukul 4 sore Denta sudah sampai rumah. Ia parkirkan motornya di garasi lalu ia menuju kamar langsung ganti pakaian dan shalat ashar.
Sehabis shalat ia telusuri rumahnya hanya untuk mencari sosok yang dicarinya,yaitu abahnya.
Tetapi setelah hampir seluruh ruangan ditelusuri Denta tak kunjung melihat abahnya.Terdengar suara jejak kaki dari belakangnya
"Denta"
Ternyata itu suara uminya
"Eh umi"
"Kamu ngapain di balkon kamar umi?"
"Denta lagi cari abah mi"
"Abah lagi ngisi pengajian di masjid sebelah,kenapa sih?"
"Mau izin keluar mi"
"Duh Denta,sore-sore begini nggak baik cewek keluar"
"Tapi keluarnya ini tujuannya baik mi"
"Emang kamu mau kemana?"
"Mau ngajarin ngaji Edo mi"
"Haduh apalagi sama cowok,udah deh belajar ngajinya besok aja. Sekarang mending kamu cepet mandi terus makan. Kamu pasti belum makan kan?"
"Ya belum sih mi. Tapi aku kan udah janji sama Edo mi" Denta memohon dengan tampang memelas
"Hehhh kamu ini. Yaudah deh karna janji harus ditepati maka umi izinin. Tapi....."
"Tapi apa mi?"
"Makan dulu dan jangan pulang kesorean"
"Siap mi" Ucap Denta dengan senyum lebar dan mengacungkan jempol ke uminyaSekarang Denta udah lega diizinin uminya.
Sekarang tinggal hubungi Edo
"Ping"
"Iya ta"
"Do,gue udah dizinin umi,gmn?jadi gak?"
"Duh,.."
"Kenapa Do?"
"Batalin aja ya ta,soalnya gue lg ada urusan keluarga mendadak"
"Oooh,yaudah deh Do"
"Sorry banget ya ta gue udah ngecewain lo"
"Gapapa ko Do"
R"Yaaaah,si Edo gimana sih..."
Denta bergumam sendiri dalam kamarnya.--------------
Sementara Edo di rumah pusing menghadapi kedua orang tuanya yang sedang bertengkar
"Aku malu yah,malu..."
Ucap ibu Edo dengan nada agak naik
"Masih mending kamu aku nafkahi"
"Nafkah?apa ayah bilang?nafkah?heehh?nafkah ayah hanya nafkah HARAM dari jalanan yang sama sekali tidak ada gunanya"
"Oke,baiklah bu. Mulai detik ini Ayah tidak akan menafkahi ibu lagi. Emang ibu pikir cari uang itu nggak susah apa?haaahhh?"
Braakkkkkkk
Suara kursi yang ditendang ayah Edo,lalu pergi begitu saja dari rumah
Sementara Edo tidak berani untuk melawan ayahnya,ia hanya bisa memeluk dan menenangkan ibunya yang sedang menangis itu
"Bu,sabar ya"
"Kurang sabar apa ibu ini do!" ucap ibu sambil menangis di pelukan Edo
"Insya'Allah kalo kita sabar Allah akan mengganti kesabaran itu dengan nikmat yang setimpal bu" ucap Edo sembari mengelus punggung ibunya.
Ibunya hanya menangis terus-terusan.
Rasanya Edo tak tega melihat ibunya seperti itu yang terus-terusan disakiti ayahnya. Ingin rasanya Edo ikut menangis,tapi ketegarannya sebagai seorang lelaki memaksanya untuk tidak menangis.
Edo pun melepas pelukannya perlahan...
Lalu menatap ibunya dengan penuh kasih sayang dan prihatin.
"Lebih baik kita shalat maghrib dulu bu"
Ucap Edo sambil tersenyum pada ibunya.
Ibunya hanya mengangguk tanpa kata.
Mereka pun shalat maghrib berjamaah.-------
Sehabis itu Edo dan ibunya mengaji bersama
"اعوض بالله من الشيطان الرجيم.....................صدق الله العظيم"
"Bu,urusan ayah biar Allah yang nengurusnya. Yang penting kita selalu sabar dan bersyukur"
"Iya nak,ibu bangga padamu,kamu adalah anak satu-satunya ibu yang baik" ibu memuji Edo seraya mengelus punggung Edo.-------------
Denta sore ini cukup kecewa sama Edo,tapi sekecewa apa pun Denta pada Edo dia nggak pernah bisa marah.
Ini karena Denta udah nganggep Edo sebagai sahabat terbaiknya."Loh,kamu kenapa sayang kok cemberut gitu?"tanya umi pada Denta ketika men
uruni tangga mau makan malam bersama.
Denta hanya diem dan terus berjalan menuju meja makan yang disana udah ada Abah,Umi,Mbak Sanah dan Om Tono.
"Denta kesel mi"ucap Denta lesu seraya menarik kursi lalu mendudukinya
"Kesel kenapa sih sayang?"sahut Abah melanjutkan Umi
"Edo Bah,tadi itu dia ngajak janjian mau diajarin ngaji sama aku,terus pas aku hubungin eh malah dia ngebatalin"
"Sudahlah,mungkin Edo ngebatalin itu karena ada alasan yang serius. Ingat kamu itu harus sabar,jangan mudah terpancing emosi"
"Iya,betul neng"sahut mbak sanah.
Mbak Sanah ini adalah orang kepercayaan Umi yang sengaja Umi minta untuk membantu pekerjaan rumah.
"Iya tu neng,kalo kata orang nih ya. Orang yang mudah marah itu cepet tua loh,emang mau neng jadi cepet tua?hahaha"sahut Om Tono menghibur
"Hahahahaaa"seisi rumah ketawa semua termasuk Denta
"Iih Om Tono,ya nggak mau lah"jawab Denta
"Yasudah kalo gitu,ayo kita makan"seru AbahAkhirnya Denta sudah tidak cemberut lagi. Bisa makan lahap dengan senyum lebar.
Denta memang kalau sudah kumpul bersama keluarganya ia akan lupa dengan kesedihan-kesedihan yang ia alami,karena orang rumah selalu mencoba menghiburnya di setiap ia sedih.
Bagi keluarga Denta,kehadiran Mbak Sanah dan Om Tono sudah dianggap sebagai keluarga sendiri.
Om Tono ini adalah sopir pribadi keluarga Denta,jadi setiap bepergian Om Tono mengantarkan mereka.
Tetapi walaupun memiliki sopir pribadi Denta tidak pernah mau diantarkan atau pun dijemput di sekolah,karena ia bilang tidak mau terlihat seperti anak orang kaya,ia ingin terlihat biasa saja seperti anak-anak yang lain.--------
Di kamar Denta hanya berbaring terus kepikiran soal Edo
"Ada apa ya Edo,nggak biasanya kayak gini. Tadi pagi dia kelihatan sedih banget terus sore ini tiba-tiba ngebatalin janji gara-gara ada urusan keluarga mendadak?""Ping"
D
"Do"
D
"Ping"
√"Yaah nggak direspon sama sekali,ada apa sih sebenernya?"batin Denta
Krieeeeeekkk
Suara Mbak Sanah membuka pintu kamar Denta"Loh kok eneng belum tidur?"
"Iih,Mbak Sanah ngagetin aja"
"Maap deh neng"
"Eh,Mbak sini deh"seru Denta seraya melambaikan-lambaikan tangan menyuruh Mbak Sanah mendekat ke arahnya.
"Iya neng,ada apa serius amat?"ucap Mbak Sanah agak berbisik sembari mendekat ke arah Denta lalu duduk di ranjang Denta
"Mbak"
"Iya neng"sahut Mbak Sanah dengan penasaran
"Kenapa ya,setiap terjadi sesuatu yang aneh sama Edo aku tu kepikiran terus, terus segala yang terjadi sama dia rasanya aku pengen tau semuanya. Terus semarah apa pun aku ke dia kalo udah ketemu dia marahku jadi ilang,kenapa sih itu mbak?"
"Itu berarti Eneng peduli banget sama Edo"
"Peduli banget?segitu pedulinya ya Mbak seorang sahabat?"
"Itu tandanya pedulinya bukan berarti sahabat"jawab Mbak Sanah sambil senyum-senyum sendiri
"Lha terus?"sahut Denta penasaran
"JATUH CINTA Neng"
"Haaa?maksudnya aku jatuh cinta sama Edo gitu Mbak?"
"Iya Neng,hahahaaa"
"Iiih,apaan sih Mbak,jangan ngaco deh" ucap Denta dengan wajah memerah
"Tuh kan malu-malu"ucap Mbak Sanah menggoda Denta
"Iiih,udah deh mbak,keluar aku mau tidur"ucap Denta malu-malu sembari menyuruh Mbak Sanah keluar.
Sementara Mbak Sanah hanya cekikikan melihat tingkah Denta yang baru pertama kali jatuh cinta.
"Oh ya Mbak,jangan bilang ke Umi maupun Abah ya"
"Siap Neng,hahaha"sahut Mbak Sanah seraya meninggalkan kamar Denta.Part 2 udah selesai sobat,
Makasih ya yang udah mau berpatisipasi
Oh iya,jangan lupa vote dan commentnya ya author selalu menunggu. Pujian maupun kritikan author terima kok :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Haus Akan Iman
De TodoApa jadinya jika Denta,anak seorang ustadz yang mashur di lingkungannya memiliki sahabat Edo,anak seorang kriminal jalanan yang sama sekali tidak punya prinsip agama. Dengan berjalannya waktu pun mereka akhirnya saling tumbuh rasa cinta. Namun perb...