Six

9.3K 706 55
                                    

Tut... Tut... Tut...

Sudah hampir sepuluh kali Digo mencoba menghubungi Sisi. Namun tak sekalipun di jawab oleh Sisi.

Digo meletakan ponselnya diatas meja. Ia menghembuskan nafasnya lelah sambil menatap gedung2 tinggi dari balik jendela Panthouse nya.

Kemana gadis itu? Kenapa ga bisa di hubungi.

Digo terus melamun dan berkutat dengan pikirannya tentang Sisi. Hingga suara Tristan memecah lamunannya.

''Digo…'' panggil Tristan yg langsung menghampiri Digo.

Digo segera berbalik.

''Gimana keadaan Abel?'' lanjut Tristan.

Digo berjalan menuju ruang tamu yang di ikuti oleh Tristan.

''Abel sudah membaik. Dia sedang tidur di kamar'' ucap Digo sambil duduk pada sebuah sofa '' Bagaimana dg Prince Enterpress? Apa berjalan lancar?'' lanjut Digo sambil memberikan segelas wine pada Tristan.

Tristan meneguk wine tsb sebelum menjawab pertanyaan Digo.

''Semuanya lancar. Hanya ada beberapa berkas yg harus di tanda tangani oleh pihak Louis'' jelas Tristan.

Digo mengernyitkan dahinya.

''Memangnya siapa lagi yg terlibat dalam kerjasama ini?''tanya Digo pada Tristan.

''Setau gue. Perusahaan Prince Enterpress bukan milik sah dari Louis Brown. Melainkan anak laki2nya. Kakek anak itulah yg mewariskan perusahaan tsb. Namun, karena usia anaknya yg masih kecil jadi untuk sementara perusahaan itu di pegang oleh Louis. Dan untuk menjalankan kerja sama ini. Kita butuh surat perwalian dari anak itu''

Tristan menghentikan ucapannya sebentar sambil meneguk kembali wine yang ada di tangannya.

''Jadi. Harus ada perwalian dari kedua belah pihak orang tua dari anak tsb'' lanjut Tristan.

''Maksud lo? Istri Louis?'' tanya Digo lagi.

Tristan menggangguki pertanyaan Digo.

''Gue belum tau banyak tentang asal usul perusahaan tsb. Yang gue tau, perusahaan tsb sukses di bawah tangan Louis Brown. Lagipula itu urusan keluarga mereka. Kita tidak berhak tau tentang hal itu'' ucap Tristan mengakhiri penjelasannya.

Digo menyetujui ucapan Tristan. Ia terdiam sambil meneguk kembali wine yg msh tersisa pada gelasnya.

Pikiran Digo kembali teringat pada Sosok Sisi. Entah kenapa, saat memikirkan gadis itu. Ada sebuah kekhawatiran yang Digo rasakan.

''Lo kenapa sih? Ada yang salah?'' ucap Tristan saat melihat Digo terdiam.

Digo menatap Tristan sejenak. Kemudian menggeleng.

Tiba2 ponsel Digo berbunyi. Membuat sang empunya langsung berdiri dan meraih ponsel tsb.

Tristan yang melihat, hanya mengernyitkan dahinya.

''Hallo'' sapa Digo setelah mengangkat panggilannya.

Tidak ada suara yang terdengar di balik panggilan itu. Hanya kesunyian tanpa suara.

''Hallo, Si!!'' ucap Digo lagi. Memastikan jika yg menelfon benar2 Sisi.

Digo masih berusaha memanggil2 Sisi. Namun tak ada jawaban dari gadis itu.

Digo mulai cemas. Wajahnya terlihat sangat khawatir.

''Si, bicaralah! Aku mohon!!''

Tristan yang melihat kepanikan Digo, segera berdiri dan menghampiri sahabatnya itu.

Pumpkin PieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang