01

5.2K 766 32
                                    

"KAMU sadar tidak, kalau kamu adalah kegagalan terbesar dalam hidup kami!"

BRAK!

Ini kali ke-138 aku kembali bercengkrama dengan kegelapan. Oh, dan jangan lupakan kawan lamaku, kesunyian sekaligus kehampaan.

Rasanya, aku semakin terbiasa dengan keadaan ini. Bersua dengan ketakutan yang kian lama melenyap. Tergantikan dengan rasa kesepian.

Terkadang, ada tambahan memar-memar yang berubah menjadi keunguan, tetapi kali ini tidak ada. Mungkin mereka sudah lelah menghabiskan tenaga untuk mengukir memar itu di tubuhku.

Drrt drrt

Aku melirik secercah cahaya yang datang dari ponsel di atas nakas. Dengan kening mengkerut dalam, aku meraih satu-satunya alat komunikasiku dengan dunia luar.

Darin : Hai Ra, lagi ngapain?

Ah, lelaki itu rupanya. Sepertinya, dia benar-benar serius dengan ucapan aku-suka-padamu pekan lalu. Yah, kalau mengesampingkan fakta bahwa Darin mengatakan 3 kata sakral itu di depan hampir seluruh murid di sekolah, mungkin aku sudah mengiyakan permintaannya.

Karena bagaimanapun juga, aku memang menyukai Darin sejak ... entahlah, beberapa bulan yang lalu mungkin?

Sedikit gemetar, aku mengetikan balasan untuknya.

Lira : Yah, gak lagi ngapa-ngapin

Lira : *ngapain

Tidak sampai setengah menit, pesan balasan dari Darin tiba.

Darin : Oh gitu, besok masuk sekolah kan? Gue kangen sama lo

Sial, Darin selalu tahu saat-saat harus membuatku senang meskipun dia tidak menyadari kalau dia tahu. Mengerti maksudku? [].

Paradigma [5/5 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang