Harusnya aku tahu kalau Darin adalah tipe lelaki yang benar-benar serius dengan ucapan aku-suka-padamu-nya.
Sekarang, kami berada di dalam UKS dan lelaki itu sibuk memerhatikanku yang tengah diobati petugas UKS. Padahal, aku sudah merasa kalau memar-memar itu sudah membaik.
Setelah petugas UKS itu pergi, Darin langsung menatapku penuh penjelasan.
"Jelasin, Lir."
Aku menarik napas panjang. Apa ... tidak apa-apa menjelaskan semuanya pada Darin?
"Gue kepentok pagar rumah waktu mau keluar, jadi gitu."
Alasan konyol, ya aku tahu.
"Bohong."
Bahkan tidak sampai semenit Darin harus berpikir kalau alasanku memang sekonyol itu.
Darin mengacak rambutnya frustasi.
"Lir, gue tahu lo lebih pinter dari itu, jadi lebih baik ... yah jelasin yang sebenernya, gue cuma mau lo nggak kenapa-kenapa." Darin menatapku tepat di manik mata.
Aku terdiam selama beberapa saat. Manik cokelat Darin selalu bisa membungkam semua alasan bodoh yang akan kukeluarkan.
Aku menarik napas panjang.
Apa aku boleh mencecap kebahagiaan sebanyak ini?[].
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigma [5/5 END]
Short Story*** Aku adalah calon kesuksesan, dengan orang-orang yang menyayangiku sebagai cahaya harapanku. ***