"Ah, cuma dapet 89 lagi..."
Aku melengos sebal saat menerima kertas hasil ulangan minggu lalu. Sepertinya mereka benar, aku memang contoh kegagalan yang nyata.
"Wuih! Gila, lo tertinggi satu kelas, Lir! Gue denger-denger sih, Bu Rena bikin soal ini dari soal-soal olimpiade gitu! Ajarin bisa kali, Lir!"
Dia Laras, salah satu teman baikku. Yah, aku tidak menyebut dia sahabat karena ... aku juga tidak begitu terbuka padanya.
"Ha ha ha, ini masih belum cukup, Ras."
Aku tertawa sarkastik dan melipat hasil ulanganku itu. Mereka tidak boleh melihatnya atau aku akan mendapat memar-memar konyol itu lagi.
"Lira! Ada Darin nyariin tuh!" Dari pintu kelas, Bagas menyeru dengan suara toa, langsung membuatku seketika menjadi pusat perhatian satu kelas yang sedang menikmati jam istirahat mereka.
"Gue kutuk lo Gas jadi kodok buluk," ujarku saat berjalan melewati Bagas yang pura-pura tidak mendengar.
Di sebelah pintu kelas, dapat kulihat Darin tengah berdiri sambil memasang senyumnya yang sudah pasti akan membuatku lumer seketika.
"Hai, mau ke taman kayak biasa?" Darin menunjukan 2 buah kotak bekal. Yah, entah sejak kapan lelaki itu suka membawa dua kotak bekal, yang sudah pasti salah satunya akan diberikan padaku.
Aku sedikit kikuk saat menerima salah satu kotak bekalnya dan mengangguk pelan.
Waktunya mendapat sedikit kebahagiaan, kurasa?[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigma [5/5 END]
Short Story*** Aku adalah calon kesuksesan, dengan orang-orang yang menyayangiku sebagai cahaya harapanku. ***