Cekoslowakia

19 1 1
                                    

Sebaiknya baca ulang part sebelumnya, karena aku yakin beberapa pembaca ada yang sudah lupa dengan cerita ini wks.
Thankyou masih membaca cerita ini.

*

Apa-apaan ini ? jeritku di dalam hati.

Mataku seakan tidak mau bergerak dari apa yang aku lihat sekarang. Setelah melewati tantangan, dan berhasil menjawab pertanyaan barusan, aku bisa masuk kedalam ruangan ini. dan yang kulihat disini adalah potret diriku ? ah aku tidak yakin apakah ini potret diriku.

"Sebelumnya saat ini saya ucapkan selamat datang untuk Nona " suara berat kini menampilkan jati dirinya. Pandangaku teralih kepada sosok pria tegap dengan pakaian jas hitam yang sangat rapi. Aku mendengus, bagaimana bisa aku membenci semua orang bagian dari Revolter, sedangkan aku juga termasuk di dalamnya.

"apa-apaan ini ?" tanyaku tanpa bisa kutahan. Mataku terus meneliti ruangan ini menampilkan potret pemimpin yang terkenal,sebagai orang yang berpengaruh dalam perekonomian dunia dan kestabilan, dan juga ada orang favoritku Joefka Šimona wanita angggun dengan pemikiran brilian. Pria yang menampakkan wujudnya itu tersenyum kearahku, senyum yang menawan dan herannya, tidak ada permusuhan. Apakah aku sudah lolos ?

"Saya tahu pasti anda sangat bingung dengan ini semua, tes yang mencekam, dan pertanyaan yang menjebak mungkin barusan anda lewati. Tapi bisakah saya mengatakan satu hal ?" tanya pria itu. sejujurnya aku tidak mengerti apa yang di bicarakannya. Aku jauh lebih mengerti membicarakan atau berdebat dengan ayahku tentang Hak Asasi Manusia daripada dirinya.

"Silahkan " ujarku. Pria tersebut membuka jas nya perlahan dan seketika berjongkok di hadapanku.

"Maaf, seharusnya saya melakukan ini sejak dulu. Anjani Rageswari, terima kasih sampai sekarang anda mau bertahan hidup. Terima kasih untuk semuanya" Pria itu kembali mengucapkan kalimat yang tidak kumengerti. Ia bersujud di hadapanku. Dan suara langkah kaki, yang kuyakini lebih dari beberapa orang mulai terdengar. Aku kembali bersikap waspada, dan bersedia untuk lari, jika mengetahui ini hanya sebagian dari tes. Tapi yang kudapatkan bukan hal yang kupikirkan barusan melainkan ...

Segerombolan orang datang di hadapanku dan melakukan hal yang sama, bersujud kepadaku. Seorang wanita berpakaian warna hitam dengan make up sedikit Gothic tiba-tiba berdiri. Ia mebungkukkan tubuhnya sedikit memberi hormat seperti orang korea kepadaku. bibirnya tersenyum menawan, dengan rambut yang tergerai indah, namun berbeda dengan matanya, yang sekarang menatapku dengan tajam, seakan ingi membunuhku.

"Selamat Datang Anjani Rageswari, Selamat datang di Revolter"

*

Kali in aku bisa mengatakan hal lebih gila.

Aku tidak biasanya seperti ini, aku tak hentinya berlalu lalang di ruangan yang sekarang ku tempati. Aku mengamati ruangan ini , jauh dari kata sederhana. Perabotan yang ada di ruanganku ini, sangat mahal dan terkesan glamor. Dan ini adalah ruanganku. Ruangan anggota Revolter.

Aku bingung harus mengatakan apa yang ingin aku deskripsikan dalam hatiku. Seharusnya aku saat ini berteriak di ruangan ini, mengatakan bahwa aku berhasil lolos dan menjadi anggota inti Revolter. Dan aku bahagia, tapi ada perasaan yang mengganjal hatiku. Ini terlalu, mudah bagiku, maksudku aku tidak sombong bahwa aku ammpu melewati tes kematian, yang di tembak secara brutal, beserta pertanyaan kematian halus itu. Tapi, menjadi anggota inti ? aku baru saja masuk. dan seharusnya yang kuketahui, aku menjadi babu dalam sesaat alias kaki tangan Revolter bukan anggota inti, yang biasanya berkumpul, berdebat untuk membahas yang sampai sekarang tidak aku ketahui.

Sebuah ketukan menyadarkanku dari lamunan, aku berjalan kerah pintu yang menampilkan seorang pelayan wanita dengan topeng berdiri di hadapanku.
"Maaf menggangg Nona, saya datang kemari di berikan perintah untuk memberikan pakaian ini" pelayan wanita itu memberikanku sebuah gaun berwarna putih kepadaku, beserta topeng. Aku menerimanya dengan sedikit bingung, namun aku tidak menampilkan raut itu.

"Sekali lagi, maaf mengganggu Nona, saya juga ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa, pukul tujuh nanti, nona harus datang ke gedung utama. Disana akan di adakan jamuan untuk anggota Revolter yang di terima. Dan gaun yang saya berikan itu beserta topeng wajib di pakai. Segala kebutuhan yang anda perlukan sudah ada di ruangan ini. " pelayan wanita itu memberikan sebuah kertas, kepadaku. aku hanya mengangguk setelah ia mohon pamit. Aku meletakan gaun dan topeng itu diatas tempat tidur. Da aku duduk di sana sambil membuka kertas yang di lipat.

ŘEHOŘ

Hanya satu kata , yang ada di kertas itu. dan aku tahu pasti, ada sesuatu pesan tersirat di balik kata itu.

Negeri BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang