Perekrutan dan Masa Lalu

60 3 4
                                    

Ini hanya delusi semata. Bumi seakan berhenti berputar dengan waktu yang terus berjalan, dan kehancuran siap menyerang seisi tata surya. Sekarang aku bukan menghadapi kehancuran dunia tetapi aku juga menghadapi kepingan masa lalu yang hampir saja menghancurkan.

“ Anjani ?” panggilnya.

“Astaga apa benar kamu Anjani Rageswari ?” tanyanya lagi.

Aku terdiam meyakinkan diriku pasti aku salah mendengar suara itu. Suara itu, suara yang berasal dari masa lalu yang sudah berhasil kulupakan.

Melihat wajah Rio Bhayangkara yang berdiri di depanku,  dengan suara yang menyebutkan namaku, membuatku seakan  tertarik kelorong waktu. Waktu yang dulu pernah ku banggakan. Dan waktu yang sangat ingin kulupakan higga sekarang. Rasa sakit itu kembali lagi setiap, kali mendengar namaku yang terpanggil yang disetiap hurufnya menggoreskan luka.

“Anjani, bagaimana kabarmu ?” tanya Rio menyentuh bahuku dengan pelan.

Ada raut bahagia saat menanyankan hal tersebutku namun raut tersebut hilang dengan gerakanku yang menepis tangannya.

“Aku baik-baik saja “ jawabku jika tidak ada kamu disini  sambungku dalam hati sambil membuang mukaku. Rio tersenyum masam, sepertinya ia mengerti sikapku.

Sekarang dia berdiri di depanku, dengan wajah yang tidak ada berubah masih sama seperti dulu dimana aku bisa melihatnya dengan bahagia. Senyum yang tulus tanpa ada kemunafikan yang kusadari.

Sekarang entah sejak kapan aku merindukan masa kami berdua, menghabiskan waktu bersama. Bajingan ! Tapi itu hanya masa lalu yang tak pantas untuk aku ingat kembali.

Aku tidak sudi untuk mengemis kedua kalinya, dengan merendahkan martabatku. Aku sadar pada saat itu aku terlalu naïf mengingnkannya.

“Maaf “ ucapnya pelan.

Aku yang tadinya membuang muka kembali menoleh kearah Rio yang sedang menatapku sendu. Apa katanya maaf ?

“Tadi kamu bilang apa ?” tanyaku “ maaf ?” sambungku.

Aku melihatnya dengan tatapan tak percaya sekaligus menghina. Rio menatapku dan menegukkan ludah dengan susah.

“Iya aku minta maaf atas perbuatanku yang dulu “ ujarnya pelan, aku langsung tertawa keras mendengarnya.

“Yakin minta maaf ? WOW ! aku tak percaya ini “ kataku sarkastik

“ Seorang Rio Bhayangkara yang dulunya sangat di junjung tinggi. Tidak pernah meminta maaf kepada wanita rendahan seperti  diriku , kini meminta maaf ? kamu tidak keracunan makanan ?”

Wajah Rio mengeras mendengar ucapanku “Aku serius Anjani !” ucapnya geram.

Ada rasa bahagia aku melihatnya tersudut. Sekarang kami sama di dunia ini, tidak ada kaya ataupun miskin yang dulunya menjadi penghalang kami.

“Aku juga serius !” balasku tak mau kalah.

Terdengar helaan napas darinya dan kembali menatapku “ aku benar-benar minta maaf atas sikapku dulu yang hmm,  brengsek Anjani. Aku sangat menyesal, setelah kamu pergi

“ setelah kamu pergi,ada sesuatu yang hilang dalam diriku, dan aku menyadari itu “

“Brengsek ? Aku tidak salah dengar huh ? Kamu bukan hanya pria brengsek Rio !” bentakku

“brengsek itu terlalu bagus untukmu. Bagiku  Kamu adalah pria bajingan rendahan yang memanfaatkan ketulusan seorang gadis bodoh sepertiku. Kamu ingat dulunya aku tertipu dengan semua sikapmu, aku ingat aku mengemis dengan merendahkan martabatku ketika kamu melakukan itu semua. Aku hancur ! kamu berhasil menghancurkan ku !” sambungku.

Negeri BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang