Donghae, pria tampan sekaligus mapan adalah anak yang sangat penurut terhadap kepada orangtuanya. Besar di keluarga yang dicukupi dengan luapan kasih sayang tak hayal membuatnya menjadi pria yang memiliki kepribadian yang baik pula
Permintaan-permintaan dari orangtuanya pun satu persatu telah ia penuhi. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku dengan tuntutan sang ibu yang satu ini
Tentu saja, ia yang tergolong masih belum menginjak kepala tiga itu sudah dipaksa untuk menikah. Terlebih dengan seseorang yang rupanya pun tak pernah ia jumpai secara langsung
Dan satu hal lagi yang membuatnya menolak perjodohan tersebut. Orang yang akan menjadi pasangannya kelak adalah seorang pria. Baiklah, hal itu masih bisa di tolerir olehnya, namun kenyataan lain yang mengatakan jika orang tersebut sudah mempunyai anak lah yang membuatnya tak habis fikir dengan jalan pikiran orangtuanya
.
.
.
"Sayang, tidakkah kau berfikir untuk mempunyai pasangan untuk mengurus Junghoon?" Pria yang sedang menggendong bayi mungil yang belum genap berumur dua tahun itu menengok seraya tersenyum
"Aku pasti akan mencarinya disaat aku siap" menepuk-nepuk pelan bayi di gendongannya dengan sayang
Wanita yang mendengar jawaban dari sang anak itu pun nampak tidak puas. Ia menghela nafas, merasa kasihan dengan putra tunggalnya yang harus mengurus anak di usianya yang masih muda
"Junghoon membutuhkan kasih sayang dari orangtua yang utuh"
Wanita itu masih bersikukuh mendesak putranya untuk segera menikah, walau mungkin kalimatnya tadi terdengar sedikit kasarPria manis itu tersenyum lemah karena mengerti arah tujuan dari obrolan diantara keduanya. Setelah menaruh bocah menggemaskan di box bayinya, ia berbalik menatap raut terluka sang ibu
"Tidak masalah, aku akan menjadi sosok ayah sekaligus ibu untuknya" menumpukan kedua telapak tangannya diatas pundak kecil sang ibu, menatap lurus bola mata indah wanita tersebut dan berusaha meyakinkannya bahwa ia sanggup menjalani ini semua seorang diri
"Tidak, sayang-" menepis tangan sang putra perlahan dengan gelengan kepalanya tak setuju
"Kalau begitu eomma akan mencarikan pendamping yang pantas untukmu" entah ide gila dari mana, wanita itu hanya berucap asal karena ia sudah kehabisan akal untuk membujuk sang anak
"Eomma, aku-"
"Aku tidak menerima penolakan, eomma akan mulai mencarinya dari sekarang" wanita berbalut gaun anggunnya itu berlalu dari hadapan putranya yang masih dalam keadaan terkejut
.
.
.
"Tuan, nyonya besar menelpon saya dan beliau ingin agar anda segera pulang"
Aktifitas pria tampan itu seketika terhenti mendengar penjelasan asistennya. Dengan sekilas melirik jam yang tergantung diatas dinding ruang kerjanya, memastikan kalau sekarang sudah melewati jam makan siang
"Baiklah, kau boleh kembali ke mejamu dan jika ada yang mencariku katakan untuk datang di lain hari" perempuan dengan rambut coklat tua tetsebut mengangguk patuh, ia membungkuk hormat sebelum keluar dari ruangan sang atasan
Pria tampan tersebut menghempaskan tubuh letihnya ke senderan kursi yang tengah di dudukinya kini. Konsentrasinya sekarang hanya tertuju pada sikap ibunya yang mendadak aneh. Tidak seperti biasanya wanita yang telah melahirkannya itu meminta kehadirannya ditengah kesibukannya
Otak cerdasnya berkerja cepat memikirkan kemungkinan apa saja yang dapat terjadi sesampainya ia di kediaman besar keluarganya. Sayangnya fikirannya buntu, dan firasatlah yang lebih berkerja saat ini
Mendadak jantungnya berdegup tak wajar, ia cemas, risau, dan gugup. Rasanya ia belum siap menghadapi ibunya nanti. Bukan karena hubungan yang buruk keduanya, melainkan nalurinya mengatakan bahwa ada hal besar yang akan disampaikan sang ibu
Ia mengerang kasar, mengusap wajahnya kasar meluapkan rasa frustasinya yang tiba-tiba muncul. Dengan menguatkan hatinya, lantas ia beranjak dari kursinya untuk bertemu ibunya
.
.
.
.
Little note:
Gimana? Lanjut? Kalo gitu, minta VMent-nyaRencan ini akan jadi 1S atau ga 2S, liat respon dari reader nanti deh
Okay, thanks for read and please gimme your Vment
Cr: -Z-
KAMU SEDANG MEMBACA
A Chance
FanfictionMenurutnya ia sudah menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya dengan selalu menuruti setiap permintaan sang ibu, namun ia rasa tidak mudah dengan yang satu ini Bagaimana tidak, ia yang belum menginjak kepala tiga sudah dituntut menikah. Da...