1

1.7K 138 12
                                    

"Apa? Eomma jangan bercanda, ini sungguh tidak lucu" pria yang melontarkan penolakan tersebut sangat kaget dengan sang ibu di hadapannya saat ini

"Tidak perlu berteriak! Apa sekarang eomma terlihat sedang bercanda? Aku serius Lee Donghae" Mrs. Lee yang tak sengaja tersulut emosi itu sempat menaikkan nada bicaranya. Tetapi ia sadar akan sikap berlebihannya tadi, sejenak menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan

Ini adalah permintaan darinya kepada sang anak, jadi sudah sepatutnya dialah yang harus membujuk putranya dengan lembut agar lelaki tampan tersebut mau mengabulkannya dengan senang hati

"Dengar Hae, aku tahu ini sangat mendadak. Tapi eomma berjanji ini akan menjadi kesepakatan kita yang terakhir. Kami akan memberikan waktu satu minggu untuk kalian agar saling mengenal lebih dekat satu sama lain, dan tepat tujuh hari setelah esok, kita adakan pertemuan-" Mrs. Lee tampak kesulitan untuk menyelesaikan kalimatnya

"Dan pada saat itu kalian boleh memutuskan perihal kelanjutan perjodohan ini" entah mengapa wanita yang telah beruban itu menundukkan wajahnya. Ia hanya khawatir kepada sang anak yang akan mengakhiri rencana perjodohan yang dibuatnya bersama sahabatnya, padahal ia berharap agar putra tampannya bisa meminang anak sahabatnya

Donghae, lelaki yang masih mengenakan pakaian lengkap ala kantorannya masih diam seribu bahasa. Ia tidak pernah bisa membantah segala bentuk permintaan ibunya, dirinya takkan pernah sanggup menatap sedih kearahnya dengan penuh rasa kecewa

"Well, aku akan mencobanya" efek dari suara hatinya yang berteriak agar ia menjadi anak berbakti pun dapat meneguhkan dirinya. Walau dengan suara paraunya, Donghae mengangkat kepalanya berusaha menatap sang ibu yang juga telah memperlihatkan wajah berserinya

"Baguslah, aku sangat bersyukur karenanya Donghae-ya. Lagipula, dia pria yang manis dengan beberapa keahlian menarinya" Mrs. Lee sungguh tidak bisa menutupi rasa bahagianya, ia berceloteh dengan semangat

"Tunggu, apa eomma salah menyebutkan? Dia, pria? Orang juga memiliki keseja-"

"Yak! Yak! Jangan menjelaskannya lebih terperinci. Kau tidak salah dengar, memang dia lelaki. Sama sepertimu"

Rasanya jantung pria tampan tersebut hendak keluar dari kerongkongannya saat itu juga. Nafasnya tercekat beberapa kali akibat fakta yang di lontarkan sang ibu

Ia frustasi. Bahkan ini lebih parah dari tumpukan pekerjaannya dan beribu keluhan dari para bawahannya

"Eomma, sebelumnya kau tidak memberitahuku kalau dia pria" cukup, ia sudah dibatas kewarasan sekarang

"Kau tidak bertanya. Sudahlah, yang terpenting kau sudah menyetujuinya" tanpa mau mendengar protes dari putranya, wanita tersebut menyusuri anak tangga yang menyisakan pria tersebut dengan tampang bodohnya

.

.

.

Sesuai dengan titah nyonya besar Lee, Donghae telah rapih dengan mengenakan kemeja berlengan pendek berwarna baby blue yang dipadukan dengan jeans biru dongker pilihannya

Sejenak ia melihat pantulan dirinya di kaca besar kafe yang ada disampingnya dan tanpa disadarinya membuat beberapa para pengunjung wanita disana menjerit kecil akan kekaguman mereka

Dirasanya cukup, ia memasuki salah satu kafe dengan design eropa klasik. Jujur saja saat ini ia gugup, entah harus bersikap bagaimana didepan orang yang dijodohkan dengannya nanti

Matanya bergerak lincah mencari sosok itu. Untung saja ia sempat melihat foto pria manis tersebut, jadi setidaknya Donghae tidak akan salah menyapa orang

A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang