Entah siapa yang memulai. Entah juga siapa yang memiliki ide segila ini. Sungguh, aku tidak bisa berpikiran jernih untuk saat ini.
Tangan Dave tak ada hentinya menyentuh setiap kulit tubuhku yang terasa sangat terbakar karena haus akannya.
Yang berawal hanya dari fantasi belaka, aku tidak pernah menyangka akan sungguh terjadi. Apalagi fantasi tersebut kulakukan dengan Dave. Dave adalah seseorang yang jauh dari pikiranku.
Dalam keheningan, lidahnya terus bermain di leherku. Ia sengaja menjilatinya dan perlahan meniupnya dengan nafasnya perlahan. Yang membuatku sangat frustasi menahan desahan.
Beberapa kali aku coba untuk menciumnya, tetapi semua gagal. Ia sengaja menggodaku.
Ia menjilat hidungku sambil tersenyum nakal, "Kesel kan?"
"Dave, please?" Bisikku.
"No, not yet." Aku langsung mengerang frustasi.
Apa yang terjadi sekarang juga tentu saja terasa seperti mimpi. Ya. Ini pasti mimpi. Aku tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja. Tak ada yang akan kusesali juga saat besok aku terbangun, bukan?
Entah teori dari mana. Tetapi, berciuman sambil mabuk adalah perpaduan yang sangat mematikan. Ya. Aku ingin lebih dan lebih lagi.
Aku menghentikan aksi Dave yang sedang menggoda pahaku dan menariknya lebih mendekat.
Kujilati dada telanjangnya dan meninggalkan beberapa bekas disana. Kujilati cuping telinganya yang basah akan saliva-ku dan meniupnya yang langsung disambut dengan geramannya.
Berkali-kali ku goda junior-nya sama seperti ia menggodaku tadi. Revenge is still a revenge huh?
Kuraih bibirnya dan menguncinya dengan lidahku. Bermodal belajar ciuman dari beberapa koleksi film dewasa yang sering kutonton, aku berusaha sebisa mungkin tak akan menghentikan ciuman ini.
Tangannya dengan nakal mulai masuk kedalam kemeja putih tipisku dan jarinya mulai bergerak berputar di pusarku yang langsung membuat tubuhku bergetar.
Aku menggigit bibirnya pelan karena tidak tahan dengan kenikmatan yang ia terima.
Saat ia meraih kaitan bra-ku, pintu perlahan terbuka.
"Temenin gue ngerokok yuk, Dave" Entah suara siapa itu. Aku yang masih mabuk langsung ia tutupi dengan selimut tebal yang baru saja ku laundry kemarin.
Terdengar nafas berat diluar selimutku. Aku sangat mengantuk saat ini untuk terlalu memusingkannya. Mungkin aku butuh menutup mataku sebentar.
Dave yang masih sedikit sadar langsung berdiri dan keluar dari kamar. "Yuk."
Cahaya matahari langsung menusuk mataku. Kepalaku sungguh sakit. Seperti baru di hajar beton. Dengan mata yang masih tertutup aku mencoba duduk dan meraba sekitarku mencari ponselku untuk mengecek jam.
Huh? Kok keras?
Dengan teriakan yang tertahan dan tanganku yang masih membeku di junior Dave yang sangat menegang pagi ini.
Dave?
Kenapa ia bisa disini? Bukankah semalam hanyalah mimpi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In His Eyes
RomanceSungguh, Ia hanyalah sekedar pemuas nafsuku. Mungkin semua terasa sangat mudah di awal perjanjian konyol ini dibuat. Tetapi, mau sekeras apapun aku melupakan kejadian malam itu, semua masih terasa sangat jelas. Tatapan tajamnya yang mengunciku Bibir...