Part 3 - Are you threatening me?

60.5K 495 24
                                    

"Nah sekarang giliranku..." Dave menggigit kecil pundak Rain dan mendorongnya tak sabar.

-

"Rain. Rain.." Bisik Dave parau dengan penuh goda tepat telinga Rain. Nafas panas dan jilatan lembutnya yang serasa mematikan.

"Ahh!" Pekik Rain saat merasakan remasan di dadanya yang sangat memabukkan. Dave memutar-mutarnya dengan gairah penuh.

Jilatannya yang basah terasa di sekitar puting Rain, "Kumohon Dave. Oh Tuhan!" Dave sengaja menggoda dan mendengarnya memohon.

"No, Not yet." Balas Dave dengan seringai bibirnya sambil menggoda puting Rain.

"Ohh.. Astaga." Ucap Rain frustasi sambil berusaha menutupi wajah penuh gairahnya dengan jari lentiknya.

Jari Dave pun tak tinggal diam. Jarinya terus menjelajahi tubuh Rain dan akhirnya turun kebawah lalu menemukan spot kelemahan Rain.

"Ahh tolong! Please. Dave please" Mohon Rain dengan nada memelas.

Jari Dave terus memainkan klitoris Rain dengan putaran, kocokan dan usapan wanita manapun rela memohon demi merasakan sensasi kenikmatannya.

"Tubuhmu terlalu indah untuk tak ku jelajahi, Rain." Bisik Dave dengan nada sensual.

"Dave aku tak tahan lagi, aku akan keluar!" Rain mulai menekankan tubuhnya untuk lebih merasakan jari Dave lebih dalam. Davepun tertawa kecil dengan puas. Ia terus memainkan jarinya dengan tempo tak beraturan.

"Ahhh!!!" Teriak Rain dengan lemas disaat pelepasannya tiba.

Tubuh Rain tergulai lemas di ranjang sambil menikmati sisa-sisa pelepasannya.

Tanpa aba-aba Dave memasukkan miliknya yang besar dan tebal kedalam vagina Rain dengan mendesak. Rain yang sedang menikmati pelepasannya pun memekik kaget dan langsung meremas tubuh Dave.

"Your body is a wonderland, you know that love?" Bisik Dave sambil menjilati belakang telinga Rain.

"Ohh Tuhann!"

"Faster please." Mohon Rain dengan nada tak sabar.

"Aku hampir sampai!!"

"Aku tak tahan lagi, Dave!" Racau Rain dengan nada frustasi.

"Ahhh Rain!!"

"Berbaliklah." Perintah Dave tak sabar. Rain dengan cepat berbalik dan Dave dengan gesit menaikkan pinggul dan bokong Rain keatas.

"More please. I beg you."

Dengan penuh semangat Dave bergerak maju mundur dengan cepat.

"I'm almost there, wait for me." Jari Rain terus menerus meremas seprai kasur dengan tak karuan.

"Aku tak tahan lagi!!"

"Ahhh!!" Dan pada puncak klimaksnya, mereka berdua langsung membantingkan tubuh mereka ke ranjang sambil menikmati sisa-sisa kenikmatannya.

Meskipun junior Dave masih berdiri tegak, Rain tak sanggup lagi bergerak karena lemas.

"Rain.." Lirih Dave dalam keheningan sambil meletakkan lengannya diatas dahi sambil bernafas tak karuan.

Rain menatapnya dengan wajah penuh nafsu sekaligus kelelahan.

"Tidurlah, i'll be fine." Dave mengusap dahi Rain dengan lembut dan beranjak menuju kamar mandi.

Dave memencet isi botol sabun dan mengoleskannya ke juniornya. Dan mulai mengusap juniornya perlahan dan lama kelamaan ia meningkatkan tempo usapannya.

"Ahh yes, oh Rain" Desahnya sambil menutup mata membayangi wajah Rain.

Bagaimana tubuh Rain, erangannya, lidahnya, dan wajahnya saat ia mencapai klimaks. Sangat memabukkan.

"Ahhh!!!"


--

Rain membuka matanya karena terik sinar matahari mengganggu tidur lelapnya. Ia mulai menggeliatkan badannya dan perlahan duduk. Matanya mulai mengitari kamar yang ditidurinya semalam dan ia menemukan pakaiannya yang berserakan di lantai.

Sontak ia kaget dan langsung memakai pakaiannya untuk segera pergi dari tempat ini.

"This whole thing is such a stupid mistake!" Kutuknya dalam hati.

"I guess you are trying to runaway? Really?" Sebuah suara yang berat dan terdengar serak menginterupsi Rain saat ia hendak membuka pintu. Dave berjalan santai sambil memegang mug berisi kopi menuju ke arah Rain. Rain hanya terdiam malu dan hanya merunduk. Kakinya terasa membeku dan tak dapat bergerak sama sekali.

"Dan sekarang kau bertingkah seperti anak anjing yang sangat manis dan pemalu. Ah.. Apakah kau ingat tadi malam ka--"

"Eng.. Ah. Maaf, gue baru ingat hari ini gue ada rapat mendadak. Sorry gue mesti pergi sekarang."

Dave langsung mengurung Rain diantara kedua tangannya di depan pintu. Rain langsung memekik kaget.

"Not so fast, babygirl. Give me a quick blow."

"Ap--apa mak--maksudmu?!"

"A quick blow."

Rain mematung kaget dan tidak percaya dengan perkataan Dave sekarang.

"Aa-aku bukan pelacurmu! Sialan!"

"Kau karyawanku, dan aku bosmu. Kau mau aku pecat dan blacklist namamu disemua perusahaan?"

"Its an easy thing to do for me." Tambah Dave dengan seringai licik.

"What do you want?! Kau mengancamku?!" Bentak Rain tak habis pikir.

"I just want a quick blow, ya atau tidak? Memecatmu dan mem-blacklistmu bukan hal yang sulit bagiku."

"Oh God.." Rain memerjapkan matanya tak percaya dan ragu akan jawaban yang akan ia jawab.





-

Jakarta, 3 May 2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stuck In His EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang