Luigi's POV
Aku merasakan beban yang begitu berat menimpa punggungku, tetapi jika ini tak kunjung selesai, tamatlah aku. Berkutat dengan tugas kampus dan menggarap laporan perusahaan membuat otoku tegang semua. Bagaimana sarfaraaz menghadapi ini semua? Dia tampak begitu santai, dan semua job desk hampir dia selesaikan seluruhnya.
Ah sebaiknya aku cepat melesaikan susunan ini, dan lekas tidur.12.00 A.M
Baiklah, kelar sudah kerjaanku.
Tidur. Ini yang aku butuhkan.8.00 A.M
Terdengar suara aneh di telingaku, seperti suara deringan. Ah iya ini deringan alarmku berbunyi, dan aku mulai mengerjapkan mataku.
Melihat keadaan sekitar, astagaa jam berapa ini? Menoleh ke arah jarum jam yang menunjuk angka 8. Aku mengecek ponselku. Dan ada belasan sms dari sarfaraaz.
Astagaa hari ini kuliah jam 9.
Aku pun langsung bergegas mengambil towel dan mandi.Kemeja putih, celana jeans hitam, sweater hitam, swiss army, laptop, dokumen, tas ransel. Ya semuanya sudah siap kupakai.
Seperti ada yang kurang, ah benar sekali. Makan.
Kulihat note kecil di kulkas yang bertuliskan...
"luigi, mama pergi kerumah sakit tadi diantar christin. Itu sarapan sudah ada dimeja. Mama nanti pulang sore bareng sama christin.
Ati-ati berangkatnya nak.Love,
MamaBibirku pun terangkat sebelah "ah dasar mama, iya ma thanks" batinku.
Kusantaplah kudapan pagi ini, white toast bread, dan selai kacang favoritku.
Aku menghidupkan mobil sambil mengunyah kudapanku.
Kukendarai mobilku untuk menjemput sarfaraaz, dan akupun sampai depan rumahnya."Come out mom, im on your gate now!" Message sent...
Beberapa saat kemudian, keluarlah dia.
"Haha, apa-apan kau panggil aku mom" pecahlah tawa kami berdua.
"Habis kau seperti mamaku. Selalu mengingatkan tiap waktu."
Mendaratlah sebuah toyoran di kepalaku dari sarfaraaz.
"Hahahaha, yasudahlah ayo jalan"Setengah jam perjalanan dari rumah sarfaraaz, tiba lah kami di kampus.
Kuparkirkan mobilku, dan turun menuju gedung pasca sarjana di universitas ini.
Lalu tiba-tiba."Hei, siapa gadis itu?" Batinku.
"Dia mahasiswi pindahan dari Indonesia juga sama sepertiku."Sarfaraaz! apa kau vampir? Bisa-bisanya kau membaca pikiranku."
"Haha, bukannya membaca pikiran. Aku lihat kau sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan. Inilah yang disebut intuisi luigi. Intuisi seorang pria selalu benar."Kata sarfaraaz dengan menepuk-nepuk pundakku.
"Ah kau ini, tapi kau benar. Siapa dia? Apa kau kenal?"
"Tentu saja aku kenal, dia adalah temanku sewaktu kuliah di Indonesia. Dia lebih muda 2 tahun dari kita. Namanya Cindy aulia."Ah temanku satu ini, bagaimana bisa dia menebak pikiranku.
"Mau aku kenalkan?" Aku pun melongo dia mengatakan seperti itu.
"Janganlah, nanti saja aku kenalan sendiri." Balasku yang melihat sarfaraaz sedang tertawa ria.
"Cindy...!! Wait a minute..!"
Apa-apaan si sarfaraaz ini? Kenapa dia malah memanggilnya? Berlari menghampiri pula. Mau tak mau aku mengikutinya sambil berjalan santai di belakangnya.
"Oh ternyata kau sarfaraaz. Kau kuliah disini juga?"
"Iya, kau baru masuk tahun ajaran pertama disini?"
"Iya ini mau ke ballroom, menghadiri pembukaan tahun ajaran baru, oh ya ada perlu apa kau memanggilku tadi?"
"Ah ini, ada yang mau aku kenalkan denganmu. Luigi mereu, dia satu kelas denganku. Luigi, kenalkan ini cindy, cindy aulia."Dasar sarfaraaz, seperti biasa tanpa basa-basi. Ah apa boleh buat, toh juga memang tujuanku ingin mengenalnya.
"Cindy aulia" tangannya disodorkan padaku, dan aku pun menjabatnya. "Luigi mereu"
"Senyuman itu, bagaimana caranya senyuman itu membuatku terpesona?" Batinku.
Aku pun membalas senyumannya dengan agak canggung."Aku kedalam dulu ya, udah mepet jamnya nih" katanya dan langsung meninggalkan kami berdua. Aku dan sarfaraaz pun langsung menuju kelas dan mulai mengikuti pelajaran hari ini.
11.30 A.M
Tak terasa sudah selesai mata kuliah hari ini, dan tibalah jam makan siang.
Setelah makan siang, aku dan sarfaraaz ada meeting dengan vendor dari perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan kami."Sarfaraaz, kau mau makan dimana?"
"Sepertinya, fettucine enak siang-siang panas begini."Kami pun langsung menuju parkiran, menyalakan mobil dan menuju restoran makan cepat saji.
Dan setelah sampai di restoran, aku dan sarfaraaz, langsung memesan makanan."Luigi, sudah kau siapkan semua berkas-berkasnya?"
"Tenang saja, semua beres sir!"Setelah makan siang selesai, aku dan sarfaraaz pergi ke kasir untuk membayar makanan tadi, dan kembali ke mobil dan langsung bertolak ke perusahaan tempat kami bekerja.
"Cepatlah luigi, meeting sudah hampir dimulai!"
Sambil berlari menuju lift "yes sir!" Kataku membalas teriakan sarfaraaz.Memang, kalau sudah membahas mengenai pekerjaan, sarfaraaz sangatlah serius.
Tak heran dia menempati posisi sebagai 'Executive head of designer department'
Dan aku pun menjadi 'Manager of designer department'
Aku seperti sekretaris pribadinya, sedikit aneh memang. Padahal atasan ingin memberinya sekretaris pribadi yang cantik tapi dia menolaknya.Dan akhirnya, aku memiliki 'double job' seperti sekarang.
"Aah, ini dia yang ditunggu sudah datang" kata seseorang yang ada dalam ruangan itu.
Aku dan sarfaraaz pun duduk di kursi kami dan memulai membahas tentang proyek yang akan kami jalankan.
Satu setengah jam telah berlalu...
"Welldone... Welldone sarfaraaz dan luigi." Terdengar tepukan tangan yang sangat menggema di telinga kami.
"Akhirnya, jadi juga mereka bekerjasama dengan kita."
Kata sarfaraaz.
"Kaulah yang hebat! Sarafaraaz. Presentasimu tadi luar biasa."
"Berhenti menyanjungku luigi, kalau tak ada kau juga semua tidak akan bisa berjalan sejauh ini. Thank you""Your welcome brother!"
Selesai meeting tadi, kami langsung kembali ke ruangan masing-masing tak terkecuali juga sarfaraaz.
Tiba-tiba terlintas di pikiranku tentang kejadian di kampus tadi pagi.
"Ah, kenapa aku lupa memintainya nomor telpon?"
Kataku dalam hati."Cindy aulia ya"
Hmm, sepertinya menarik...
.
.
.
.
Hi readers...
Gimana ceritanya?
Agak absurd ya?
Im so sorry.
Ini ngerjainnya pake sistem kebut 2jam wkwk
Btw, itu yang di mulmed perwujudan dr Luigi mereu.
Keliatan sangar ya orangnya. Wkwkwk...
Leave vote and comment ya
Thank youFaafa
KAMU SEDANG MEMBACA
A journey of the coffee bean
RandomSeperti sebuah kopi, terasa pahit jika hanya dilihat dari luarnya, tetapi kau akan menemukan jutaan manifestasi ketika menyesapnya.