"Howon...." teriakan Bomi memecah keheningan di dalam perpustakaan megah ini. ia terus meneruh mengganggu sang Pangeran kecil yang sedang asik membaca. Tidak jarag dirinya menutup buka yang berada di meja itu agar Hoya berhenti membaca.
"YA! Aku Hoya, berhenti memanggilku Howon" Hoya tetap fokus pada buku di hadapannya. Bomi mengerutkan bibir kecil nya, ia pindah ke hadapan Pangeran Hoya dan menatap matanya tajam tidak peduli si Pangeran akan membalas tatapan itu atau tidak.
Hoya membalas tatapannya. Ia juga menatap tajam ke arah bola mata Bomi, menunggu siapa yang paling lama menatap diantara mereka berdua.
"ayo buat perjanjian, jika kau menang aku akan berhenti memanggilmu Howon tapi jika kau kalah, aku akan tetap memanggilmu Howon. Sampai kapanpun" Hoya mengangguk. Ia dan Bomi masih bertatap mata sedari tadi, sudah hampir 5 menit.
Hoya berkedip. Kedipan yang membuat Bomi meloncat kesana kemari dan memanggil-manggil namanya ribuan kali.
"lihat... aku menang.. Howon kalah.." Bomi terkekeh begitu keras sampai hampir mengeluarkan air mata.
Bomi berdiri terpaku menatap sebuah pintu salah satu kamar diistana ini. bukan karna kelelahan sehabis membersihkan kamar Raja atau beberapa kamar Pangeran tadi, Bukan karna pintunya terkunci, bukan juga karna ia sudah membersihkan kamar itu tapi karna, ia berulang kali menanyakan dalam hatinya Bagaimana jika ada Howon didalam kamar?. Apa dia siap bersikap tidak peduli dan dingin dihadapannya, dihadapan lelaki yang ia sayangi selama ini.
*Krek*
Bomi mendorong pintu perlahan. Ia sangat bersyukur karna tidak ada orang di dalam, ia bergerak secepat mungkin membersihkan kamar itu. Pekerjaan nya sudah selesai hanya dalam 5 menit. Ia melangkah ke arah pintu, langkah nya terhenti untuk waktu yang cukup lama.
Matanya tidak bisa berpaling dari sebuah foto. Foto seorang anak kecil bersama sahabatnya, saling merangkul dan tersenyum gembira. Pertanyaan pertanyaan lainnya masih terus muncul dalam otaknya, apa Howon masih menunggunya selama ini?
*krek*
Pintu kamar terbuka. Bukan Bomi yang membukanya, dirinya terlalu sibuk dengan foto masa lalu itu, tapi Pangeran. Seorang Pangeran yang memang memiliki kamar itu. Bomi menoleh kearahnya, ke arah Pangeran yang sedang terpaku di tempat karna tidak percaya melihat sahabat nya yang telah lama tidak bertemu itu.
Hoya melangkah mendekati Bomi, matanya terbelalak saat melihat Bomi justru melangkah mundur.
"Bomi-ya... kau Bomi kan?" tanya Hoya dalam suara sendu. Ia yakin itu adalah Bomi, Gadis dari masa kecil nya, gadis yang memberi keceriaan pada dirinya, gadis yang mengubah namanya menjadi Howon.
Bomi terus mundur. Ia menahan agar matanya tidak terlihat mengenang air mata, melihat Hoya saat ini saja sudah membuat hati nya tidak karuan apalagi berlari kencang memeluk namja itu.
"ah? Maaf yang mulia aku pergi dulu" Bomi merunduk dan berjalan melewati Hoya.
"Tunggu!" Hoya berteriak agak keras. Teriakan yang mampu membuat langkah Bomi terhenti seperti seolah olah kaki nya telah menginjak lem super. Bomi tidak ingin menoleh ke arah belakang, itu terlalu menyakitkan.
"Maaf Pangeran Ho-" Bomi berhenti sejenak, mengambil nafas dalam dalam dan melanjutkan "Maaf Pangeran Hoya, tapi saya sedang bekerja" badannya tetap tidak menoleh kepada Hoya, tidak peduli dia Pangeran atau bukan.
"Hoya? Sejak kapan kau memanggil ku dengan nama Hoya?" kini mata Bomi yang terbelalak. Apa Hoya masih ingat?. "Bukan kah kau yang membuat perjanjian itu? Bukankah kau yang bilang akan tetap memanggilku dengan nama Howon? Sampai kapanpun." Jantung Bomi mencelus seketika. Kakinya gemetar tidak kuat berdiri, air matanya juga sudah membasahi kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Going To You [SHINee-APINK-INFINITE FF]
FanfictionSeorang gadis kecil nan cantik saat ini sudah tumbuh menjadi remaja. Bersama teman temannya yang juga tinggal di satu Istana bersamanya mereka mulai melakukan penelitian. Penelitian tentang virus mematikan yang dapat membahayakan banyak nyawa. Tapi...