"ah eonie tapi apa yang terjadi sebelumnya?," Namjoo mengusir kesunyian dalam istana, "seperti ada yang baru saja terjadi."
Sungyeol yang juga penasaran hanya diam tak ikut bertanya kepada Eunji. Eunji menghela nafas nya. Ia menjelaskan kepada mereka berdua bahwa sebenarnya tidak ada yang terjadi di istana menurut pengamatannya, ia juga baru mengetahui bahwa pintu pagar utama terbuka tanpa ada yang menjaganya saat ia menemukan baju kerajaan yang menjadi satu-satunya bukti itu.
"mungkin dengan sikap kita terbuka kepada anggota kerajaan yang sudah mengetahui misi ini lebih baik daripada harus menutup nya rapat-rapat." Omongan Eunji membuat Sungyeol mengerutkan dahinya, "sesaat sebelum kau menemukan Bomi di dalam perpustakaan Chorong melihat sesuatu yang tak asing."
Untung saja Sungyeol tidak bersikap seperti biasanya, langsung memotong omongan seseorang tanpa menunggu penjelasan tersebut selesai.
"entahlah aku juga tidak tahu detailnya seperti apa tapi yang jelas aku mencari jejaknya hari ini," Eunji mengalihkan pandangannya ke baju kerajaan yang sebelumnya tergeletak diatas kasur, "hanya ini yang kutemukan entah siapa pemiliknya atau bahkan mungkin hanya binatang yang membawanya kesana tapi apapun alasannya ini adalah suatu petunjuk bagi kita."
"ya semoga kalian cepat menyelesaikannya." Kata sungyeol sebelum akhirnya meninggalkan tempat tersebut.
.
"apakah Namjoo sudah kembali oppa?" suara Bomi menjadi satu satunya suara dalam sunyinya malam di dalam istana Blue Mountain.
"nee dia sudah bersama kita disini jangan khawatir lagi ia baik-baik saja," Bomi bernafas lega mendengar perkataan Jonghyun, "istirahatlah aku juga akan mematikan alat ini, pikirkan kesehatan mu juga. Aku pergi"
Sekarang rasanya lebih sunyi. Jonghyun yang sebelumnya masih aktif kini sudah menonaktifkan alat komunikasi mereka itu. Kini bomi tidak tahu harus melakukan apa, pikirannya terlalu berat untuk dibawa tidur.
"akh"
Entah halusinasi atau bukan tapi yang jelas ada seseorang yang sedang merintih. Bomi penasaran sekaligus gugup, bagaimana jika ia menemukan sesuatu yang menyeramkan dan mengancam nyawanya sendiri. Tapi ia juga penasaran bagaimana jika suara tersebut berasal dari seseorang yang memang sedang membutuhkan pertolongannya.
Bomi memberanikan dirinya. Ia berusaha menajamkan pendengarannya dimalam yang sunyi ini. Beberapa kali terulang rintihan yang sama tapi lama kelamaan rintihan itu tidak sekuat sebelumnya. Bomi merasakan tubuhnya melemas. Nafasnya yang tadinya normal kini tersentak dan sulit dikeluarkan. Ia terdiam di depan pintu kamar Howon.
Jari-jarinya gemetar hebat. Bomi berusaha menggenggam sekuat tenaga gagang pintu tersebut. Perlahan ia menarik nya dan mendorong pelang pintu di depannya. Matanya menangkap sesosok pria yang sedang memandang tubuhnya di depan kaca. Howon tidak memakai helehai benang pun pada tubuh bagian atasnya, karena itu beberapa luka yang lumayan banyak terpampang jelas oleh Bomi. Lengan nya penuh dengan goresan yang belum kering, pungung nya, pundaknya, dekat rusuknya, semua bagian tubuhnya mempunya luka nya masing masing. Bomi tidak bisa menahan air matanya melihat hal tersebut. Beberapa detik kemudian Howon menyadari kehadiran teman kecilnya itu.
Howon segera menutupi tubuhnya, tak mau Bomi melihat begitu banyak lagi luka yang ada pada dirinya. Namja itu menghampiri yeoja yang sedang terisak di depan pintu. Ia langsung memeluk erat yeoja yang telah lama hilang dari hidupnya itu. Luka yang belum kering ditubuhnya itu kini sama sekali tidak terasa sakit lagi. Biar sebenci apapun Bomi nantinya Howon tidak memikirkan hal tersebut, ia hanya ingin merasakan kembali satu-satunya kekuatan yang dulu ia punya. Alasan mengapa ia masih mempertahankan hidupnya.
**
sembari berbaring Howon memejamkan matanya. Ia terlihat terlelap namun tidak. Seberapa kuat seseorang itu tidak akan ada yang bisa terlelap saat sedang di obati, terlebih luka yang berada di tubuhnya itu bisa terbilang banyak.
"mengapa kau pergi?" ucap Howon.
"Ya howon-ah"
Gadis kecil bergaun biru itu terus terisak di samping howon yang sedang tergeletak di tempat tidur. Balutan perban berwarna putih menyelimuti sebagian tubuh namja kecil itu. Entah bagaimana terjadi bomi pun hanya bisa terisak di samping sahabatnya itu."Ah nona maaf tapi kami akan mengganti baju tuan hoya"
Perlahan bomi melangkah kebelakang tanpa memutar balikan badannya.
Kalau matanya tidak salah bomi benar benar melihat sebagian bahu howon yang terlihat tidak wajar.
Bagian itu terlihat biasa saja tapi jika di perhatihan dengan jeli hanya bagian pundak kiri saja yang bisa terlihat urat urat yang banyak.
Karena terpaku dengan pundak howon, bomi tidak sadar bahwa tepat di belakangnya terdapat seseorang." ah yang mulia"
Sahut bomi saat tidak sengaja menabrak orang di belakangnya."Pulang lah tidak baik jika kau terlalu malam disini" jawabnya dingin.
Bomi hanya terdiam dan tetap mengerjakan pekerjaannya yaitu mengobati seorang lelaki yang ia pernah sayangi itu. Walaupun tidak berkata apapun sejak tadi tapi hati Bomi tidak bisa berbohong jika ia benar-benar penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pikiranya tengelam dalam lubang besar di otaknya, bahkan untuk mengucapkan satu katapun sulit.
"Entahlah, ada banyak hal yang tidak kau ketahui howon-ah" jawab bomi sambil menatap pundak howon yang masih sama persis seperti beberapa tahun lalu sebelum mereka berpisah.
ㅡtbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Going To You [SHINee-APINK-INFINITE FF]
FanfictionSeorang gadis kecil nan cantik saat ini sudah tumbuh menjadi remaja. Bersama teman temannya yang juga tinggal di satu Istana bersamanya mereka mulai melakukan penelitian. Penelitian tentang virus mematikan yang dapat membahayakan banyak nyawa. Tapi...