SEKELAS DENGANNYA? OH NO.....

160 16 15
                                    

Safa terlihat sibuk dengan mimpinya, sedangkan Diandra hanya meliuk-liukan kepalanya mengikuti alunan musik yang mengalun dari headphone nya. Kayak cacing Alaska boss. "ADA GURU!!" Ketua kelas mereka datang dengan napas terengah-engah. Tipe ketua kelas teladan, lebih tepatnya terpaksa disuruh menunggu di depan ruang guru, mengamati gerak-gerik guru yang mencurigakan. Patut di beri contekan pas ulangan, gaes.

"Eh Fa! Bangun oy!! Guru.." Diandra melepaskan headphone itu dan mengguncang tubuh Safa.

"Ah.. diem elah!" Safa menepis tangan Diandra dan kembali tidur. Tak ada pulau kapuk, pulau kayu pun jadi.

"Kalo lo dimarahin, gue gak tanggung jawab." Beberapa detik kemudian guru mereka datang, Safa masih tertidur lelap.

"Selamat pagi anak anak," sapa guru itu. Formalitas ya. Boss, di sekolah gue, guru masuk langsung nulis papan tulis terus bilang "Kerjain ya, kalo dikumpulin sekarang nilainya 10, di kumpulin besok ya 8." Akhirnya nilenya tetep ae sesuai yang bener.

"Pagi bu.." Bu Nia menyipitkan matanya menatap lekat Safa yang masih tertidur nyenyak menyelami mimpinya. Semoga saja tidak tenggelam dan tidak pulang ke pangkuan Tuhan terlebih dahulu. Aamiin.

"Mampus lo Fa.." bisik Diandra menahan tawa. Momen-momen inilah yang Diandra sukai.

"Diandra," panggil Bu Nia.

"Eh? Iya bu?" Diandra tersenyum kikuk.

"Safa tidur?" Diandra melirik sekilas Safa.

"Iya bu," jawab Diandra jujur sebagai murid yang budiman. Bu Nia melangkah mendekati meja mereka berdua dengan perlahan mengguncang pundak Safa yang langsung menangkisnya, tipe murid sipatu gelang. Minta disuruh pulang paksa.

"Ah! Diem elah! Lo ganggu aja sih Ndra!" Bu Nia menghela nafasnya.

"Kamu mau bangun dengan cara baik-baik atau.." Safa langsung duduk dengan tegap, seolah pegasnya sudah diputar kembali.

"Bu Nia?" Bu Nia melipat tangan di perut, Safa tersenyum menampakkan deretan giginya. "Tumben mampir di mimpi saya bu?" tanya Safa dengan watados--wajah tanpa dosa. Seketika tawa langsung pecah, menertawakan dirinya.

"Diam!!" Seketika tawa langsung reda. Berasa paduan suara. "Kamu tahu apa kesalahan kamu, Safa?" tanya Bu Nia berbaik hati agar Safa berpikir, mengasah otaknya.

"Eh? Ini bukan mimpi, Bu?" Safa mengusap-usap matanya, berusaha mengembalikan kesadarannya.

"Bagaimana?" Safa menyeringai sambil menggaruk-garuk rambutnya.

"Bukan bu," jawab Safa tanpa perasaan bersalah. Bu Nia menghela napasnya, murid seperti ini nih yang perlu di beri ajaran cara menahan sakit ketika di sabet penggaris.

"Kali ini saya maafkan karena nasib kamu sedang bagus, tapi lain kali saya akan membiarkan hukuman menanti kamu."

"Haiyah Bu.. kasihan dong Bu hukumannya, nanti dia baper gara-gara nungguin saya." Bu Nia menggeleng-gelengkan kepala dan melangkah ke depan kelas. Jangan lupakan paduan suara kelas ini. "Kenapa lo gak bangunin gue?" bisik Safa sambil menatap bengis Diandra.

"Ya elah.. dari tadi kali," jawab Diandra bosan.

"Masa sih?" Diandra memutar bola matanya.

"Untung hari ini lo lagi mujur." Safa mengangguk membenarkan dan bertopang pipi, masih merasakan kantuk.

"Hari ini akan ada siswa pindahan untuk mengisi kekosongan kelas kita yang kekurangan murid." Bu Nia menoleh ke arah pintu. "Silahkan masuk," pinta Bu Nia. Tak berselang lama, seorang lelaki berjalan masuk.

"Fa, liat ada cogan." Safa hanya bergumam sambil berusaha membuka matanya yang terasa ingin menutup.

"Gue rasa mata gue pengen tutup nih, mungkin kelamaan buka." Safa mengusap-usap matanya. Berasa toko, ya Fa😂.

"Lo kira warung?" Diandra memutar bola matanya. "Fa, gue mau lo comblangin gue sama tuh anak baru." Safa seketika langsung terlihat segar mendengar kata 'comblangin' , tapi semangatnya hilang sudah melihat siapa orangnya.

"Nama saya Revan Yui," ucap anak baru itu memperkenalkan diri.

"Please ya Fa.." Diandra mengguncang pelan tangan Safa yang masih melamun.

"Comblangin mata lo peyang! Dia cowok itu, owe.." Safa menatap takut ke Diandra.

"Serius lo?" Diandra menatap lekat lelaki itu.

"Iya anak monyet.."

"Sialan lo Fa! Gue bukan anak monyet!"

"Reinkarnasi," balas Safa enteng.

"Tapi iya loh, ada bekas lebam." Safa menatap memohon ke arah Diandra.

"Gue harus gimana?" Safa mengguncang tangan Diandra yang tertawa pelan.

"Derita lo anak tokek!" Safa langsung menghempaskan tangan Diandra.

"Sialan lo reinkarnasi anak monyet!" Safa menatap lelaki itu yang entah kenapa sudah berjalan mendekati nya.

"Mampus lo Fa," bisik Diandra sambil tertawa.

"Sem.." Lelaki itu berhenti sejenak dan menyeringai licik, Safa hanya tersenyum menampakkan deretan giginya. Lelaki itu ternyata duduk di kursi paling belakang. "Nyet, gue takut elah.." Diandra tertawa.

"Rasain lo! Emang enak. Tuh namanya karma." Diandra tertawa sedangkan Safa mengerucutkan bibir dan menjatuhkan tubuh di meja.

"Gue mohon katakan ini mimpi.."

"Aelah kebanyakan akting lo.. bener bener mirip tokek."

"Sialan lo reinkarnasi anak monyet! Lo bener bener bukan sahabat impian gue."

"Emang lo sahabat impian gue?"

"Tau ah!! Gue lagi takut beneran juga." Diandra langsung tertawa terbahak-bahak tanpa sadar.

"Diandra!!" Safa menyeringai meledek ke arah Diandra yang terdiam mendengar bentakan Bu Nia.

"Puas lu reinkarnasi anak monyet," bisik Safa, sekarang giliran dia yang tertawa.

_____

Safa langsung berlari ketika mendengar bel pulang berbunyi, bahkan teriakan sahabatnya tak dihiraukan. "ANAK TOKEK!! AWAS AJA LO BESOK!!" Dia tertawa pelan dan terus berlari, tapi nasib baik tak berpihak padanya. Seseorang yang dihindarinya ada di hadapannya.

"Eh, Revan.. kok lo udah ada disini? Bukannya masih di kelas?" Safa menoleh ke belakang memastikan.

"Lo mau hindarin gue?" Safa mendesah pasrah, Revan berdiri tegap dengan tangan terlipat di depan perut. Bayangin aja bapak kost-an nagih duit ya gaes.

"Please Van, serius deh. Gue gak ikut campur masalah si Rena yang ngilang.. ini bener-bener bukan rencana gue. Gue itu orangnya pemegang janji, gak ingkar." Revan mencengkeram pergelangan tangan Safa dan menariknya menuju tempat yang agak sepi. 👀Mau ngapain nih bossq di tempat sepi. "Van! Sakit elah!" pekik Safa.

"Sebenarnya gue bisa sedikit kasih keringanan tentang Rena." Revan menatap tajam Safa. "Tapi gak buat rumah sakit itu!"

"He.. Van, lagian kan lo yang salah. Suruh siapa ngejar gue mulu, gue kan kepojok."

"Gue kasih lo waktu satu bulan buat temuin Rena, kalo gak? Lo siap-siap aja." Revan langsung menghempaskan tangan Safa dan melangkah pergi.

"Ya tuhan.. napa nasib hambamu begitu menyakitkan? Hamba kan sebenarnya baik, mempertemukan orang yang berjodoh. Tapi apa hasilnya?" Safa mengacak-acak rambutnya frustasi dan melangkah pergi.

_____

Pick: Baskara Mahendra sebagai Revan Yui.

MAK COMBLANG FALLING IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang