Syifa, ada yang mau Mama sama Papa bicarakan. Kamu bisa kan pulang cepet?
Syifa mengernyit saat membaca pesan yang dikirim Mamanya lima belas detik yang lalu itu.
Tidak biasanya, beliau mengirimi Syifa pesan seperti itu. Penasaran, Syifa langsung mengetikan balasannya.
Ada apa, Ma?
Tidak sampai satu menit, balasan Mamanya sudah masuk di ponsel Syifa.
Pulang dulu aja.
Syifa semakin tidak mengerti. Hal apa yang membuat Mamanya meminta Syifa segera pulang?
Apa ini soal pemotretan Syifa?
AH! Syifa rasa bukan. Mamanya tidak pernah mengirimi Syifa pesan kalau menyangkut pemotretan Syifa. Beliau pasti langsung menelepon Syifa dan bicara to the point.
Lantas ada apa?
Syifa mengembuskan napasnya dan lantas beranjak. Menghampiri Brandon yang tengah asyik bermain billiard dan mencolek lengannya. "Brandon."
Laki-laki berambut spike itu lantas menegakkan tubuhnya dan menoleh. "Ya, sayang?"
"Aku pulang duluan ya," katanya membuat Brandon mengernyit.
"Kenapa? Kamu bosen? Gak suka di sini?"
Syifa menggeleng cepat. "Bukan gitu," sergahnya. "Mama aku whatsApp, katanya aku di suruh pulang cepet, ada yang mau diomongin gitu."
Brandon menjungkitkan alisnya. "Ngomongin apa?"
Syifa mengangkat bahunya tinggi-tinggi. "Aku juga gak tau," tandasnya.
"Yaudah aku anter, ya?"
Syifa menggeleng. "Aku 'kan bawa mobil."
"Sampe depan maksudnya." Brandon mengerling.
"Ish, nggak usah ah, lagian ak—"
"Ssst." Brandon lansung menempelkan jari telunjuknya di bibir Syifa. "Nggak ada penolakan," katanya. "Kalo kamu digodain cowok-cowok di bawah gimana?"
Benar. Syifa nyaris melupakan fakta kalau lantai bawah dari tempat bermain billiard ini adalah sebuah club. Dan tentu saja, di jam-jam seperti ini akan banyak pria hidung belang berseliweran di sana.
Tidak. Brandon tidak sekonyong-konyong membawa Syifa ke tempat yang kurang baik. Namun, club itu milik kerabatnya. Selain karena menyediakan tempat billiard, setiap kali kesana Brandon selalu gratis.
Ya ... Semua orang pasti lebih menyukai gratisan, bukan?
Walaupun begitu, sejauh ini Brandon tidak pernah meminum atau menawari Syifa sesuatu yang tidak seharusnya. Ia saja paling mentok minum minuman soda.
Syifa menghela napas dan akhirnya pasrah saat Brandon mulai menggamit tangannya.
Membawanya menuruni tangga dan mengantarkan Syifa sampai menuju parkiran.
Lantas, Brandon membukakan pintu mobil Syifa. "Silakan, Tuan Putri."
Syifa terkekeh kecil dan langsung masuk. "Makasih."
"Anytime, babe."
Saat pintu baru saja di tutup Brandon, Syifa menurunkan kaca mobilnya. "Aku pulang dulu, ya?"
Brandon mengangguk. "Kalo udah sampe, kabarin aku, oke?"
Syifa mengacungkan jempolnya. "Sip."
Brandon tersenyum dan mengacak rambut Syifa. "Hati-hati. Jangan ngebut."
Syifa mengangguk patuh kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kusut
Teen FictionMasalah yang dihadapi Syifa bagaikan benang kusut, yang tidak Syifa ketahui ujung pangkalnya. Satu persatu yang mengisi hidupnya melenggang begitu saja, membiarkan Syifa dengan segenggam benang kusut di tangan. Hingga, seseorang hadir, menawarkan di...