"Zalajinnykazzum fo lolli lolli land" ucap Trisnan.
Hari yang cerah. Elis, Trisnan, Paris, dan kuda poni milik Paris, Diamond, sedang bermain-main dengan riang. Mereka kemudian membebaskan Jinny untuk ikut bermain bersama mereka. Jinny keluar dari kertas foto dengan wajah seperti orang yang sedang bingung. Dia memangku wajahnya diatas kedua telapak tanyan.
"Kau kenapa, Jinny?" tanya Elis sambil mendekati Jinny yang sedang gelisah.
Jinny mendongak. Temab-teman lainnya mendekati mereka.
"Hm ... bolehkah aku meminta tolong?" tanya Jinny hati-hati.
"Selama kami bisa menyanggupinya, bisa saja" ujar Elis. "Benar gak, teman teman?" seru Elis meminta persetujuan teman-temannya.
"Yap!" seru Tristan dan Paris
"Aku baru teringat bahwa kemarin aku menyimpan peta harta karun itu di ruang bawah tanah rumahmu, Elis. Kalian bisa ambilkan peta itu untukku tidak?" tanya Jinny.
"Setahuku, rumahku tidak mempunyai ruang bawah tanah" ucap Elis.
"Kau salah, Elis. Di rumahmu ini, ada ruang bawah tanahnya. Aku tahu jalan masuknya. Tolong ambilkan untukku, aku bisa memandu kalian" ucap Jinny.
"Baiklah" ucap Elis.
"Terima kasih banyak, El" ucap Jinny.
"Sama-sama" kata Elis sambil tersenyum.
"Lemari di kamarmu Elis, digeser" ucap Jinny.
Trisnan, Paris, dan Elis berjung untuk menggeser lemari baju dikamar Elis. Ternyata, pintu menuju ruang bawah tanah itu tertutup oleh lemari sehingga tidak terlihat. Elis pun baru mengetahuinya.
Akhirnya, lemari tersebut tergeser. Elis mengunci pintu kamarnya rapat-rapat agar tidak ada siapa pun dapat masuk.
"Aku bahkan baru tahu dirumahku ada yang seperti ini. Keren!" ujar Elis dengan antusias.
Pintu untuk masuk keruang bawah tanah tersebut adalah pintu outar. Elis, Trisnan, Jinny, dan Paris telah mengambil posisi di pintu putar itu. Pintu tersebut berputar dan mereka berada di jalan menuju ruang bawah tanah. Mereka menuruni tangga dan sampai di ruang bawah tanah yang sangat gelap, berdebu, suram, dan seram. Trisnan cepat-cepat menyalakan senter untuk membantu pencahayaan dalam mencari peta harta karun itu. Fiuh .... Untung saja Trisnan selalu membawa senter di saku celananya.
Mereka pun mulai mencari dan berpencar. Namun, sayangnya, mereka hanya membawa satu senter.
"Apakah disini tidak ada sakelar lampu? Atau lampu tua? ucap Paris sambil mendengus.
Elis mengangkat bahu tanda tak tahu.
Trisnan tampaknya menemukan gulungan kertas. Dia pun langsung berseru, "hei! Lihat apa yang kutemukan!"
"Memangnya apa?" tanya Elis bersemangat.
"Itu hanya kalender tua yang berdebu, Trisnan" ucap Paris ketika Trisnan membuka gulungan tersebut.
"Huh. Ayo, kita teruskan mencari peta itu" ujar Jinny.
Mereka pun mencari dan terus mencari. Sekian menit telah terlewati, tetapi tak membuahkan hasil yang berarti.
"Huatchim!" paris bersin dengan kertas. Semuanya menengok ke Paris.
"Maaf. Debunya sangat tebal" ucap Paris.
"Bukan masalah" kor Elis dan Trisnan.
"Hei! Lihat ini" ucap Trisnan sambil mengambil sesuatu dari laci meja yang berwarna kecoklatan.
YOU ARE READING
The Lost Treasure
Aventura"Huaaaah .... Aku Jinny, terima kasih sudah membebaskanku! Badanku pegal sekali diapit kaca selama dua ratus tahun! Terima kasih banyk!" ujarnya berterima kasih. Elis, Trisnan, dan Paris menganga tidak percaya. Ya ampun! Ternyata, secara tak sengaja...