C H A P T E R 2
Shiffa hanya termenung sendirian di atas balkon kamarnya yang dingin dan sepi. Ia masih memikirkan bagaimana caranya memberi tau kepada David bahwa sekarang ia mempunyai kegiatan baru, yakni menjadi guru les sementara Richard. Bila saja yang diajar oleh Shiffa adalah perempuan, mungkin ia tidak perlu susah payah berpikir seperti ini. Masalahnya ini adalah seorang cowok, dan orang itu Richard. Ia takut bila David marah terhadap dirinya. David sangat protektif terhadap Shiffa. Shiffa takut bila David menyakiti dirinya secara fisik bila berdekatan dengan Richard.
David adalah seorang pacar yang sangat peduli, penyayang dan memiliki sifat yang tempramen. Sebenarnya Shiffa sudah lelah menghadapi tingkah David yang sedikit sedikit main tangan bila Shiffa melakukan kesalahan. Namun Shiffa terlaku dibutakan oleh cinta. Sehingga dirinya tetap bertahan pada David walaupun sudah tak terhitung dirinya tersakiti oleh sikap David.
Suara deringan telepon membuat dirinya tersadar dari lamunannya. Shiffa segera berjalan menuju nakas dan mengambil handphonenya. Ia melihat id caller dan itu terpampang jelas nama David disana. Tanpa menunggu lama, ia segera mengangkat panggilan itu.
"Halo sayang" sapa David diseberang sana.
"Em.. hai" jawab Shiffa sedikit gugup. Ia memutuskan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberi tau kepada David. Ia siap menerima segala cacian dari David.
"Kenapa kamu terdengar gugup sayang?" Astaga, David ini sangat peka sekali. David tau bahwa dirinya saat ini sedang gugup bukan main.
"Err begini, ada yang ingin aku bicarakan" kata Shiffa pelan. Ia mengambil nafas terlebih dahulu sebelum mengucapkan yang sebenarnya. Jantungnya sudah berdebar tak karuan, keringat mulai mengucur dari pelipisnya. Tangannya pun mulai berkeringat dingin.
"Ada apa? Katakan saja. Aku tidak akan marah"
Benarkah David tidak akan marah? Namun aku sangsi bila dirinya tidak marah. Aku paham betul dengan sifatnya. Batin Shiffa gusar.
"Benarkah?" tanya Shiffa mencoba lebih rileks. Kali ini ia benar benar bergarap David tidak akan marah.
"Iya sayang. Ayo coba katakan apa itu" kata David dengan lembut.
"Aku-"
"Sebentar sayang. Ibuku sedang memanggilku dibawah. Nanti ku telpon lagi ya" kata David tergesa gesa. Dan tanpa persetujuan Shiffa, ia sudah memutuskan panggilannya. Shiffa hanya bisa mendesah lega. Setidaknya saat ini ia bisa meredakan detak jantungnya yang menggila di dalam sana. Lalu Shiffa merebahkan dirinya diatas tempat tidur dan mulai terlelap di dalam mimpi.
•••
Tok tok
"Richard, Mamah boleh masuk?" teriak Vera, Mamahnya Richard.
Richard yang sedang bermain video game pun merasa terganggu dengan panggilan Mamanya, namun ia segera bangkit dan membukakan pintu untuk Mamahnya.
"Ada apa Ma?" tanya Richard setelah Mamanya duduk di kasur miliknya.
"Mamah tadi di telepon sama bu Heni, wali kelas kamu. Katanya kamu ada les tambahan akuntansi ya?" tanya Vera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat You Better
Roman pour AdolescentsRichard, Anak bandel tapi disiplin. Mengalami masalah terhadap nilai akuntansi. Secara keseluruhan wajah Richard tampan, namun ia tidak termasuk anak populer di sekolahnya. Ia hanya murid biasa Shiffa, satu kata yang menggambarkan dirinya, cantik. A...