II. Serpihan masa lalu.

29 1 0
                                    

Butuh waktu satu jam lebih untuk menempuh jarak 8km saja, karena saat kulihat jam dinding, waktu telah menunjukkan pukul 20:47.
Tentulah istriku bertanya, "Mas, darimana? Kok pulang malem-malem gini?" raut wajah khawatirnya sungguh.. membuatku mengerti betapa khawatirnya ia saat beberapa jam aku hilang dari pandangannya, "Ini, anu, tadi lagi duduk di Taman, tiba-tiba hujan, jadi nongkrong dulu di Kafe anu, Sayang" aku sendiri lupa terdiri dari huruf apa saja Kafe itu, "Oh, iya udah, istirahat Mas, udah malem ini." Larut aku dalam kasih sayangnya, ia lembut, tulus, aku sangat mencintainya.
Lalu ia pun berjalan ke kamar dan melanjutkan tidurnya..

Lalu terngiang kembali dalam fikirku, serpihannya telah kembali.
Ya, masa lalu. Mereka cukup menggangguku dan tentu mengganggu apa yang sudah kumiliki sekarang. Masa kini.

Dingin, tertancap pada rusukku, hanya aku, detak waktu, dan secangkir teh hangat. Aku terdiam. Meraba bekas bayangnya yang tersendat pada kisahku.

Unabashedly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang