01

943 77 29
                                    

Sinar matahari yang tak terlalu silau berhasil menembus kaca dan membangunkan seorang pemuda berambut hitam legam. Ia kemudian meregangkan tubuhnya dan beranjak ke kamar mandi sebelum pergi ke dapur untuk sarapan.

Jam dinding menunjukkan pukul 9 pagi. Memang sudah bukan pagi lagi, tapi karena saat ini musim dingin sudah tiba, waktu pagi pun bergeser menjadi lebih lama.

Cha Hak Yeon, nama pemuda itu. Ia tinggal di rumah kecil di daerah yang sepi penduduk. Hanya ada sekitar 15 rumah dalam radius 50 meter. Sepi dan ... dingin.

Hak Yeon membuka kulkasnya. Rupanya, tak ada lagi bahan makanan yang tersisa. Sehingga mengharuskannya pergi ke supermarket terdekat kalau ia tidak mau kelaparan seharian ini.

Sesampainya di supermarket, Hak Yeon mengambil beberapa jenis sayur-mayur, produk hewani, dan makanan ringan. Saat akan membayar, kasir di supermarket tersebut tampak gugup saat melayaninya.

"Se ... semuanya ... ah, totalnya ... 50.650 won," ucap kasir itu dengan nada takut. Ia bahkan menghindari kontak mata dengan Hak Yeon. Dan Hak Yeon sudah paham akan hal itu, karena seluruh penduduk di daerah tersebut juga melakukan hal yang sama padanya.

Tapi, Hak Yeon tak peduli. Ia segera menyerahkan uangnya dan menerima kembalian, lalu pergi. Toh, saat ini perutnya sudah berteriak minta diisi dan ia kedinginan. Ia hanya ingin segera sampai di rumahnya.

"Dia?"

"Kurasa gosipnya memang benar. Lihatlah gayanya yang mengerikan itu!"

Hak Yeon menoleh begitu mendengar percakapan ibu-ibu yang sedang berbincang dan menatap tajam ke arahnya. Mereka membicarakannya lagi. Namun, ia hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanannya. Karena tak ada gunanya kalau ia meladeni omongan tersebut.

"Mengerikan!" Terdengar suara bernada sama saat Hak Yeon berjalan.

Mereka semua sama saja. Apa mereka tak punya pekerjaan lain sampai mereka memilih untuk menghabiskan waktu mereka dengan cara membicarakan orang lain?

"Do you want to build a snowman ... come on let's go and play ...." Suara nyanyian itu terdengar dari mulut dua anak-anak yang tampak riang saat bermain dengan salju. Mereka membentuk bola dengan tangan kecil mereka yang dibalut dengan sarung tangan sebelum akhirnya saling melempari bola salju.

Pok!

Sebuah bola salju mendarat di lengan Hak Yeon. Membuat pemuda itu menoleh dan tersenyum ke arah anak-anak yang bermain perang salju tadi.

"Menyenangkan, iya 'kan?" tanyanya dengan nada riang.

"Eomma!" Kedua anak tersebut langsung berlari menjauhi Hak Yeon dan memasuki rumah mereka seraya meneriakkan nama ibu mereka.

Hak Yeon kembali tersenyum. Tidak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak saja menghindarinya. Namun, ia tetap tersenyum. Karena kalau ia tidak melakukannya, hari-harinya akan terasa semakin suram.

Pemuda itu segera masuk ke rumahnya saat salju kembali turun dan menyebabkan suhu lingkungan semakin dingin. Ia memasukkan bahan-bahan makanan yang tadi ia beli ke tempat masing-masing dan meletakkan jaketnya di sofa.

Hak Yeon memasak sundubu jiggae, dari bahan-bahan yang ia beli tadi, juga nasi. Setelah masakannya matang, pemuda itu segera menghabiskannya sampai butir nasi terakhir dan membereskan dapurnya.

Salju belum juga berhenti turun. Membuat pemuda itu memutuskan untuk membuat segelas --oh, dua gelas-- cokelat hangat. Hak Yeon meminum salah satunya dan membiarkan yang lain di atas meja makan.

Saat itulah, manik cokelat milik Hak Yeon menangkap sesosok anak kecil yang tampak murung di depan rumahnya. Anak itu menengadahkan tangannya dan bermain-main dengan salju yang turun. Sesekali ia tertawa geli, namun dengan cepat tawa itu berubah menjadi raut sedih.

Snowman [VIXX - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang