Menghadiri pernikahan mantan?

1.3K 47 3
                                    

3 tahun kemudian....

    Gue lagi berdandan didepan meja rias gue. Gue melihat kearah cermin menampakkan gue memakai kebaya berwarna pink. Ternyata gue cantik juga, haha. Apaan sih gue, gaje banget. Gue membenarkan rambut gue yang gue sanggul. Setelah beres semuanya, gue mengambil wedges gue dan tas gue kemudian gue turun kebawah.

"kak, gue pergi dulu ya"

"yakin kamu dengan keputusan kamu ini?" pertanyaan kakak gue, membuat gue tersenyum.

"yakin kok kak, insyallah"

"kalo kamu emang gak bisa, jangan dipaksakan din"

"gapapa kok kak, kan udah jadi mantan. Aku juga wajib dateng gak enak sama yang udah ngundang, mereka meminta aku untuk datang diacara pernikahan mereka"

"yaudah, kalo emang itu keputusan kamu. Mulai sekarang kamu harus lupain dia din, karena dia akan menjadi suami orang. Kamu harus ikhlas. Kakak tau kok meskipun dia udah punya pacar kamu masih nyimpan perasaan sama dia" gue memeluk kakak gue erat, tanpa gue sadari air mata gue jatuh perlahan dan hati gue seketika menjadi sesak.

"iya kak, aku akan mencoba untuk melupakan semuanya meski tak bisa kita pungkiri bahwa dia pernah jadi pacar aku. Gak nyangka ya dia bentar lagi jadi suami orang" ucap gue melepaskan pelukan dan menghapus air mata gue.

"jangan nangis dong, kamu harus semangat dinda! Tunjukkan ke orang-orang bahwa kamu kuat. Kamu bisa dateng ke acara pernikahan mantan kamu" kakak gue menyemangati gue. Gue tersenyum.

"thanks kak, aku pergi dulu ya. Assalamua'laikum"

"walaikumsalam"

*

      Sesampainya ditempat acara, gue melangkahkan kaki gue masuk kedalam sambil menyalami para penyambut tamu. Terlihat acara yang begitu megah saat gue memasuki rumah dilaksanakannya sebuah pernikahan. Gue menarik napas perlahan dan hembuskan.

Lalu gue berjalan menuju pelaminan yang terdapat seorang cewek dan cowok duduk berdampingan bukan berstatus sebagai pacar atau tunangan melainkan berstatus sebagai suami dan istri. Gue menghampiri mereka dan bercipika-cipiki ria.

"selamat ya, gue gak nyangka ternyata kalian ingat juga undang gue setelah undangan pertunangan kalian gak undang gue"

"sorry kali din, gue kan lupa soalnya itu acara mendadak banget permintaan keluarga indah" ucap valdel merangkul indah--istrinya.

"lo dateng sendiri din?" tanya indah melihat sebelah gue yang kosong tanpa ditemani oleh siapapun.

'enggak kok gue gak sendirian, nih gue ditemenin sama tuyul'

"iya nih gue sendiri aja" gue tersenyum.

"gari kemana?" tanya valdel matanya mencari seseorang dibekalang gue.

"gue sama gari udah putus dari tiga tahun yang lalu"

"gue turut berduka ya" ucap valdel menepuk bahu gue.

"berduka kenapa gue?"

"berduka atas kandasnya hubungan lo sama gari, haha!" valdel tertawa.

"haha!iya!makasih!" gue memandang valdel sinis.

"ah iya, din. Silahkan nikmati hidangan yang udah disediakan, makasih ya udah dateng acara pernikahan gue sama valdel. Gue seneng banget pas liat lo dateng" ucap indah tersenyum.

Valdel emang gak salah pilih, indah cocok buat dia. Keliatan banget indah itu orangnya baik, ramah lemah lembut. Gue seneng pas tau valdel dapetin yang terbaik untuk menjadi pasangan hidupnya.

2. BrittlenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang