Gari tunangan sama siapa?

1.7K 54 0
                                    

3 bulan kemudian....

      Gue sedang berada di bandara. Sesuai janjinya gari, hari ini ia pulang dari kanada. Sedari tadi gue melirik cemas kearah jam tangan gue yang menunjukkan pukul lima sore, tinggal lima belas menit lagi pesawatnya akan tiba. Tapi rasanya begitu lama untuk menunggu lima belas menit itu.
Hati gue rasa nya gak sabar untuk melihat dan bertemu dengan gari. Aku begitu excited ketika mendapat telfon dari gari bahwa hari ini ia akan pulang.

Jangan kira waktu tiga bulan yang aku jalani tanpa gari terasa begitu cepat, semua rasanya ada yang kurang tanpa kehadirannya. Hingga tiba waktunya, suara pemberitahuan bahwa pesawat yang ditumpangi oleh gari telah mendarat. Gue segera berdiri didekat garis menunggu penumpang kedatangan luar negeri. Dengan tidak sabar gue melihat kesana kemari namun tak juga gue menemukan tanda tanda dari gari.

Apa pesawat satu lagi ya? Tapi gari bilangnya pesawat ini dan jam yang sama kok. Tapi kenapa gari gak muncul muncul ya? Hingga gue bertanya kepada yang menjaga pintu kedatangan, ia mengatakan bahwa penumpang pesawat itu sudah keluar semua namun saat gue menanyakan tentang nama gari ia tidak mengetahuinya.

Duh gari lo kemana sih?

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Gue masih aja menunggu kedatangan gari, gue udah coba menghubungi gari namun handphone-nya gak aktif. Hingga rasanya gue udah putus asa kayak gini. Menunggu itu emang gak enak!. Gue sungguh menyesalinya, kenapa gue mau aja nungguin gari yang gak pasti. Bego bego.

Handphone gue berdering menandakan telfon masuk, melihat id nya ternyata ibu gue.

"Halo ibu"

'Dinda kenapa belum pulang? Sudah malam nak, sudah ketemu gari nya?'

"Belum bu, dinda juga bingung dia kemana dinda udah coba telfon tapi gak aktif"

'Tapi ini sudah malam dinda, dinda pulang ya dinda ke bandara sudah dari jam tiga sore ibu tau dinda pasti belum makan'

"Iya sih bu, tapi..."

'Pulang dinda firasat ibu gak enak'

"Iya bu, baiklah dinda pulang"

Setelah menutup telfon, gue langsung berjalan kearah parkiran dan mengambil mobil gue untuk keluar dari bandara dengan perasaan kecewa. Ditengah perjalanan gue merasa seperti ada yang mengikuti gue, gue melajukan mobil gue agar cepat sampai dirumah. Sesampainya dirumah, gue masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuh gue diatas kasur.

Gue terdiam sejenak, namun tak lama rasa sesak itu muncul dan air mata gue jatuh.

"Lo tega gar buat gue kecewa kayak gini seharusnya hati gue gak milih lo kenapa gue bego sih?"

"Kenapa coba udah disakiti sama lo berkali-kali tapi hati gue tetap sayang sama lo gar? Kenapa? Padahal hati gue udah pernah lo sakiti sedalam dalamnya..."

*

Seminggu kemudian...

      Gue melangkahkan kaki gue keluar kamar sambil mengucek mata gue. Sungguh gue begitu ngantuk. Setelah seminggu gue menyibukkan diri gue agar gak kefikiran gari. Hingga akhirnya gue sampai lembur dan pulang jam 12 malam. Meskipun ibu gue udah negur gue untuk tidak lembur tapi itu satu-satunya cara gue untuk tidak memikirkan gari.

Sedangkan nomor handphone gari udah gue block sehingga ia gak akan bisa menghubungi gue lagi. Sepertinya hari ini gue ingin mencari jodoh deh. Melihat hari yang begitu cerah membuat mood gue membaik. Gue bergegas membereskan diri gue setelah selesai gue berpamitan untuk berjalan-jalan. Hingga sampailah gue disebuah kafe dimana banyak anak remaja berkumpul disana. Gue baru saja ingin membuka pintu kafe namun bersamaan juga dengan seorang pria yang membuka pintu untuk keluar.

2. BrittlenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang