Part One

83 9 1
                                    

Pagi hari yang cerah. Seorang wanita berumur 24 tahun terlihat memasuki sebuah bangunan bernuansa biru tua.

"Halo Rena! Good morning," seru perempuan bertubuh ramping itu.

"Eh, hai Jihan! Morning,"

Perempuan yang dipanggil Rena itu terlihat sedang mengotak-atik komputer di depannya.

"Kenapa lo, Ren?"

"Ini, gue disuruh bikin laporan yang harus sesuai format. Nah formatnya ilang. Gue nggak bisa bikin format barunya,"

"Oh, gue juga nggak terlalu jago komputer sih," jawab Jihan sambil melihat sekitarnya. "Nah tuh ada Abi, Abi!"

Laki-laki yang sedang memegang berkas itu pun menoleh."Apa, Ji?"

"Tolong bantuin Rena dong bikin format laporan. Lo kan jago, Bi. Gue nggak bisa komputer soalnya,"

"Eh? Oh, iya, oke Ji," jawab Abi salah tingkah.

Di sisi lain, Rena tengah menahan senyumnya untuk mengembang lebar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Rena dan Abi saling menyukai. Tetapi diantara mereka berdua tidak ada yang berani mengungkapkannya.

Jihan pun melanjutkan perjalanannya menuju mejanya. Perempuan berkerudung itu menyapa teman selantainya.

"Gaby! Lagi sibuk apa lo?"

"Ya ampun, Jihan ngagetin! Apalagi sih kerjaan gue selain yang biasa itu?"

"Iya yah, ngapain gue nanya coba," ucap Jihan sambil cekikikan.

Sesaat sebelum jihan duduk di kursinya, Gaby memanggilnya.

"Eh, Ji. Pak Toto nyuruh lo ketemu klien tuh. Tunggu deh, gue kasih post-it nya," ucap Gaby lalu mengacak-acak meja kerjanya.

Jihan mengerutkan keningnya. Bukankah kemarin ia baru saja ketemu klien?

"Nih, nih. Oh iya, satu pesen dari Pak Toto yang nggak ada disitu; klien baru bukan yang kemaren." ucap Gaby seolah mengerti pikiran Jihan.

Jihan menerima post-it itu. "Oke, thanks Gab,"

Cafe ChocolateBars

9.00

Klien penting

Begitu tulisan yang ada di post-it tersebut. Jihan melihat jam tangannya. Jam menunjukkan angka 8.30. Jarak antara kantor Jihan dan cafe tersebut cukup jauh. Kira-kira memerlukan waktu 30 menit. Itupun belum termasuk kemacetan Jakarta.

Jihan terbelalak. Bagaimana ia bisa ke sana tepat waktu kalau mobilnya masih di bengkel? setelah memutuskan untuk naik taksi, ia langsung pergi meninggalkan bangunan tersebut tanpa menghiraukan seruan dari Gaby.

:-:-:-:-:-:

Kepadatan jalan Jakarta dengan kendaraan membuat Jihan telat 15 menit. Ia pun memasuki cafe ChocolateBars dengan tergesa-gesa. Setelah menanyakan tempat atas nama Toto Jayawan, Jihan diantar ke tempat tersebut oleh pelayan cafe.

Terlihat disana sudah ada seorang laki-laki dengan setelan jas hitam sedang menunduk melihat jam tangannya. Dengan persiapan mental, ia pun mendatangi meja tersebut dan duduk berhadapan dengan kliennya sambil menunduk takut.

"Maaf pak, saya terlambat. Pak Toto baru memberi tahu saya kalau hari ini bertemu bapak."

Laki-laki itu melihat tangan Jihan yang kosong. "Uhm, oke, nggak masalah. Tapi kamu bawa berkas dari Pak Toto, 'kan?"

Talk To My DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang