Part 2

539 47 8
                                    

Pagi ini Dellon dan Saktia sudah berada di dalam kelas. Setelah semalaman mereka berfikir tentang pesan di kamar Lidya kemarin.

"Sa-saktia, a-ada surat." Dellon menemukan sepucuk surat di laci mejanya dan memperlihatkannya pada Saktia.

Saktia pun menghampiri Dellon di tempat duduknya. "Surat dari siapa? Fans ya? Cie Dellon punya fans cie..." ledek Saktia.

"Ma-mana mungkin aku memiliki fans. Su-suratnya aku buka ya."

Surat dengan tulisan berwarna merah darah itu membuat mereka berdua bergidik ngeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surat dengan tulisan berwarna merah darah itu membuat mereka berdua bergidik ngeri.

"Kita harus kasih surat ini ke yang lain." Ucap Saktia panik.

Saktia langsung menarik tangan Dellon menuju ruangan khusus detektif yang mereka buat.

"Guys... bahaya. Ancaman. Kita. Surat..."

Vio, Vino dan Lidya yang berada dalam ruangan itu dibuat melongo dengan perkataan Saktia yang datang dengan tiba-tiba.

"Sak, elu ngomong apa sih?" Ucap Vio kebingungan.

"SURAT. ANCAMAN. KITA.."

"Ki-kita dapat surat ancaman. Se-sepertinya da-dari orang yang sa-sama dengan yang kemarin menuliskan ko-kode di kamar Li-Lidya." Dellon mengambil alih kabar yang ingin di sampaikan Saktia.

Vio berdiri dari tempatnya duduk dan mendekati keduanya. Diambilnya surat yang dipegang oleh Saktia tersebut.

Alisnya terangkat satu saat melihat tulisan di surat.

"Pelaku yang sama."

Saat Vio ingin menyerahkan surat itu pada Vino, Lidya merebutnya dan membacanya ulang dengan suara keras.

"Orang kurang kerjaan." Respon Lidya sambil membuang surat tersebut dengan asal.

Dellon yang melihat itu langsung mengambilnya kembali.

"Vin, gimana?"

Vino nampak berpikir sejenak. Matanya terpejam saat kembali mengingat kode yang ditinggalkan di kamar Lidya.

"Jika tebakanku benar..."

Tiba-tiba Vino bangkit dan berlari keluar dari ruangan Tim Detektif. Vio, Saktia dan Dellon pun langsung menyusul, Lidya dengan kesalnya pun mau tak mau menyusul kekasihnya.

Vino tiba dengan ngos-ngosan di depan kelas Sinka. Melihat kedatangan Vino yang terburu-buru, Sinka yang tengah mengobrol dengan teman sekelasnya langsung menghampiri Vino.

"Kak Vino kenapa?"

Vino tidak menjawab pertanyaan Sinka. Ia hanya melongok-longok ke dalam kelas Sinka seperti mencari sesuatu. Tak berapa lama, Lidya dan yang lainnya tiba.

"Vin, kamu nyari apasih? Kamu nyariin Sinka? Eh, Sinka. Jangan mentang-mentang kakak lo pacarnya sahabat gue, lo kegatelan ya sama Vino." Tuduh Lidya asal.

Fri(end)sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang