Part 3 - Cindy Yuvia

412 41 17
                                    


Sabtu pagi.

Seperti biasa, saat libur sekolah, Yupi selalu menyempatkan diri untuk berlari santai di taman dekat rumahnya. 2 jam sudah dia mengelilingi taman tersebut di temani sang adik. Rasa lelah dan lapar mulai menghinggapi mereka, akhirnya mereka pun memutuskan untuk segera pulang.

Setibanya di rumah, Yupi langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, dia melihat sebuah amplop putih yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Yupi yang penasaran pun kemudian membuka amplop itu dan mengeluarkan kertas yang berada di dalamnya.

'Datanglah ke sekolah sore ini. Sendiri saja! Jika kau tidak menuruti perintahku, silahkan nikmati pertunjukan yang akan ku berikan nanti.'

Yupi membolak-balikan kertas yang dia pegang itu mencoba mencari identitas sang pengirim. Nihil. Tidak ada sedikitpun tanda yang ditinggalkan sang pelaku. Dia pun keluar kamar dan menanyakan pada seisi rumah, namun tidak ada yang tahu siapa yang menaruh surat itu diranjangnya.

***

Sepi. Itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana sekolah di sore hari ini. Setiap Sabtu dan Minggu memang libur dari kegiatan ngajar-mengajar, tapi, biasanya di hari Sabtu masih ada kegiatan 1 atau 2 ekstrakulikuler yang berlangsung sampai sore.

Sebenarnya Yupi tidak ingin menuruti perintah dari surat tersebut dan menganggap kalau surat tersebut hanya ulah orang iseng saja. Tapi, entah mengapa sore ini kakinya melangkah menuju sekolah. Yupi merasakan suasana yang berbeda dari biasanya, terasa begitu mencekam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disini. Penjaga sekolah pun tidak terlihat batang hidungnya. Pintu gerbang di biarkan terbuka begitu saja.

Yupi tidak yakin akan melanjutkan langkahnya dan berencana untuk kembali pulang ke rumahnya. Belum sempat Yupi membalikan badan, sebuah suara terdengar dari speaker yang terpasang hampir di seluruh penjuru sekolah.

"Selamat datang, manis..." sambut suara tersebut.

"...Akhirnya kau datang juga. Terima kasih telah menuruti permintaanku." Ucap kembali suara itu.

"SIAPA KAU?! APA MAUMU?!" teriak Yupi. Bukannya berbalik untuk pulang, Yupi malah melangkah semakin jauh kedalam sekolah.

"Tenanglah, sayang. Aku mengundangmu kesini hanya untuk mengajak mu bermain. Dan kau harus bersedia hahaha... jangan coba-coba melangkah mundur jika kau masih menyayangi kakimu!" suaranya terdengar mengancam.

"Mari kita membuat kesepakatan. Aku akan membebaskanmu dengan selamat jika kau berhasil menyelesaikan permainan tanpa kesalahan sedikitpun. Tapi, jika kau gagal... apa kau sudah mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang terdekatmu?" lanjut suara tersebut dengan nada meremehkan.

"APA MAKSUDMU?! APA YANG SEBENARNYA KAU INGINKAN?! Hiks... hiks..." air mata Yupi sudah tidak dapat di bendung lagi. Rasa ketakutan yang teramat sangat telah menghinggapinya sedari tadi.

"Jangan menangis, manis. Aku hanya ingin bermain denganmu. Itu saja."

Kini Yupi tengah berdiri di depan ruang penyimpanan alat olahraga dekat tangga.

"Baiklah, langsung saja kita mulai permainannya. Naiklah ke lantai 2!" perintah suara tersebut.

Sebenarnya ingin sekali dia lari keluar dari sekolah itu, namun ancaman dari suara misterius itu membuatnya sangat ketakutan. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Yupi menuruti perintah tersebut. Dengan kaki yang gemetaran, dia coba untuk menapaki satu persatu anak tangga sampai tiba di lantai 2.

"Good. Sekarang masuklah ke salah satu ruang kelas yang berada di lantai ini. Pilihlah kelas mana saja."

Yupi melangkahkan kakinya menuju sebuah kelas terdekat dari tangga. XI-IPA 2, kelas Vino dan Lidya.

Fri(end)sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang