Handoko nampak sedang memeriksa bekas-bekas darah di TKP dan memotretnya sebagai bukti. Sementara Nobi nampak diam memperhatikan bekas tali yang menggantung dan tempat yang menjadi lokasi pembunuhan kali ini. Hingga ia menemukan sesuatu di dinding samping toilet.
"1+1=2. Bodoh. Hmm? Handoko, potret ini juga."
"Siap."
Nobi pun kemudian keluar dari TKP, menuju sebuah kelas dimana tim Detektif berada. Tim Nobi baru saja selesai meminta sidik jari mereka.
"Kalian cuma berempat? Kemana yang satu lagi?"
Hanya Lidya dan Vino yang berani menoleh dan menatap balik sang Detektif.
"Vio lagi nganter pacar sama adik pacarnya pulang." Jawab Lidya santai.
"Bisa panggilkan dia untuk kemari lagi? Kami juga harus meminta sidik jarinya."
Dengan wajah menahan amarah, Vino mendekati sang Detektif yang kembali berjalan entah kemana.
"Bapak menuduh kami?"
"Saya tidak bilang, saya menuduh kalian Vino. Kenapa kamu marah?"
"Jelas saya marah. Ini menyangkut saya dan sahabat-sahabat saya."
Nobi berhenti sejenak dan menatap Vino sekilas.
"Sidik jari itu hanya untuk jaga-jaga, Vino."
"Kalau kalian menemukan sidik jari di pintu bilik, itu milik saya."
Nobi melirik Vino sekilas, "baguslah kamu mengaku. Kami tinggal cek milik siapa sidik jari yang satu lagi."
Vino pun hanya terdiam dan tetap mengikuti sang detektif yang masuk ke ruangan pengaturan CCTV.
"Semoga kali ini CCTV kalian mendapatkan sesuatu."
2 CCTV yang berada paling dekat dengan TKP pun diputar ulang. Merekam dengan jelasnya saat sang korban melewati koridor menuju toilet dan tak keluar-keluar. Tiba-tiba rekaman seperti hilang dan kembali menyala saat Lidya lewat sehabis dari toilet. Lagi rekaman nampak rusak dan kali ini memperlihatkan Dellon melewati koridor itu. Tak lama Vio. Dan kembali rusak hingga rekaman terlihat tepat beberapa detik sebelum Saktia masuk dan berhenti diputar saat Vino terlihat berlari menuju toilet disusul anggota tim Detektif.
"Lagi-lagi..."
"Kami korban sebenernya disini. Permisi."
***
Kini, tim Detektif kembali berkumpul di basecamp utama mereka. Suasana nampak begitu hening dan terasa menegangkan, hingga Saktia membuka mulutnya.
"CCTV gak ngerekam apa-apa, Vin?"
Vino menggeleng, "gak, cuma kita dan korban."
"Ke-kenapa ki-kita la-lagi?" Dellon nampak ketakutan dan memeluk lututnya. Tubuhnya bergetar hebat. Saktia disampingnya pun menenangkan pemuda itu.
"Ck, sok ketakutan. Paling lo kan pelakunya!" Tuduh Lidya asal.
"Heh? Kok lo nuduh gitu?! Lo lupa kalau lo yang terekam gak lama setelah bu Nat masuk ke toilet?!"
"Hah? Gw? Buat apa? Hellow! Adanya juga kalian berdua yang paling mencurigakan!"
"Lidya!" Teriak Vino.
Saktia yang mulai kesal pun menarik Dellon paksa.
"Cabut, lu nginep rumah gw malem ini."
"Sak, Dellon!" Teriak Vio percuma.
"Lidya..."
"Apa, Vin? Aku gak asal kok."
"Tapi gak gitu juga." Ucap Vino sambil menghela nafasnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri(end)s
Mystery / Thriller5 murid SMA yang menyukai hal-hal yang berbau misteri dan phsycology ditantang langsung oleh seorang psikopat. Siapakah yang akan menang? Dapatkah mereka menemukan psikopat tersebut? Dps888-Jurimayu14-Bangmaul 2016