3

71 6 1
                                    

Halo, maaf sebelumnya karena aku nggak bisa publish part baru tiap hari karena...


Aku stuck!


Akhir-akhir ini aku berusaha buat mikirin alur yang bagus, unfortunately gaada sedikitpun ide yang melintas, padahal ini jari-jari udah siap ngetik.


Dan, masih inget kan bagian dimana si putri kesel gaunnya robek ? nah itu tuh yang godain yang iris-nya hijau, bukan biru. Aku udh perbaiki kesalahannya, di kalian udh berubah gak? Kok di aku gamau ya? Yauda sih, yang penting kalian udh tau kesalahannya dimana. Okelah, selamat baca.

~~~

Putri Arsha berbaring di atas rumput setelah lelah mengejar si pria ber-iris hijau yang sedari tadi menggodanya. Ia tak habis pikir, kenapa pria itu tahu apa saja yang ia suka dan tidak suka? Kenapa pria itu tahu titik kelemahannya berada di bahu sebelah kanan? Dia pikir hanya dirinya dan ibunya yang tahu. Kenapa pria itu benar-benar terlihat sangat mengenalnya?

Ia memiringkan badannya, merubah posisi agar lebih leluasa melihat pria yang sedang sibuk memanggang rusa sambil bersiul riang. Pria itu tetap fokus pada masakannya, yang sempat dibalik beberapa kali agar semua sisinya matang. Tak lama, dia berseru,"Makanannya sudah matang, putri!" Putri Arsha hanya memaksakan senyumnya dan berjalan dengan gontai ke sumber suara.

"Mengapa lemas begitu? Percayalah putri, daging rusa jenis ini lebih enak dari jenis yang lain. Aku pastikan kamu akan ketagihan." Yang diajak bicara hanya mengulum senyum dan memakan paha atas yang disodorkan pria itu dengan terpaksa. Enak, pikirnya. Namun, sesaat setelah selesai menelan gigitan pertamanya itu, sang putri langsung berlari ke sungai dan memuntahkan daging yang ia makan. Pria itu berlari menghampirinya, menepuk-nepuk punggung sang putri dengan pelan sampai Putri Arsha berhenti dari kegiatannya.

Sang putri berkumur dengan air sungai, kemudian membalikkan badannya menatap sepasang mata hijau yang terlihat penuh penyesalan itu. Saat ditatap, pria itu langsung bersujud pada sang putri dan berkata,"Putri, maafkan aku, aku tak pernah bermaksud untuk membuatmu sakit."

"Lihat aku." Titah sang putri padanya. " Ehm, yah, menurutku memang kau pantas menerima sebuah hukuman dariku. Tadi kau hampir meracuniku dengan makanan itu." Si pria ber-iris hijau hanya menatapnya dengan takut-takut. Putri Arsha berjongkok dan berkata,"Sebagai hukumannya, kau harus menjawab semua pertanyaanku."

Pria ber-iris hijau yang kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Ia tahu, sang putri pasti tak menyia-nyiakan peluang yang ada. Beberapa detik kemudian, pria itu menghela napasnya. "Hanya dua pertanyaan yang akan kujawab."

"Tak masalah." Sang putri kembali terdiam. Pria hijau sibuk mengikuti jalan pikiran sang putri dengan resah. Hatinya semakin gundah dengan pikiran sang putri yang saat ini sibuk memikirkan pertanyaan apa yang akan membuat dirinya mau menjelaskan semuanya. Sebenarnya dia sempat belajar untuk mempengaruhi pikiran orang lain dengan kekuatannya, namun tentu hal seperti itu akan menghabiskan banyak tenaga dan waktu, dan sang putri memang orang yang tidak mudah terpengaruh orang lain. Peluang untuk berhasil sangat sedikit.

"Aku tidak akan menanyakannya sekarang." Kata sang putri sambil tersenyum lembut. Perdebatan besar dalam pikirannya dengan tindakan yang sang putri tunjukkan kepadanya membuatnya merinding. Untung saja dia bisa membaca pikiran sang putri, kalau tidak? Rencana yang selama ini disusun tentu tidak akan berjalan selancar ini.

Sang pria sibuk bersyukur, sementara Putri Arsha mulai menaruh kecurigaan padanya. Tak lama, mereka pun melanjutkan perjalanan yang bahkan sang putri tidak tahu kemana.

PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang