"Teman-teman!! Dick-Dicky meninggal..!! tad-tadi pa-gi dia kecelakaan..!!" kata Dina terengah-engah dengan wajah yang pucat pasi. Sontak membuat satu kelasku menjadi riuh.
"Apa itu benar, Din??! Jangan menyebarkan gosip yang tidak benar..!"
"Serius!! tadi aku mendengar berita ini dari pak Harwin." jawabnya dengan mimik serius dan berarti itu memang benar adanya.
"Kasihan sekali Dicky, padahalkan dia anak yang baik. Waah...jadi berkurang deh stok cowok ganteng di sekolah kita."
'Apa benar Dicky meninggal?? ini pasti bohong...baru kemarin sore dia ngerjain aku dan sekarang dia meninggal??! ini tidak mungkin. Benar-benar tidak mungkin.' batinku seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Jujur, memang sebenarnya aku dan Dicky seperti kucing dan anjing, kami tidak pernah akur sedikitpun. Karena apa, karena dia suka sekali membuat aku menangis. Hampir setiap hari aku dibuatnya menangis, karena itu aku membencinya. Ya..walau kadang-kadang Dicky juga melindungiku dari anak-anak nakal yang mau menggangguku, dan dia selalu bilang kalau tidak ada yang boleh menggangguku selain dia, dan dia akan selalu ada untuk menggangguku. Tapi..kalau berita itu benar berarti kini Dicky telah tiada. Aku merasa kehilangan sosoknya. Seorang Dicky, yang tak pernah absen untuk menggangguku.
"Di, kamu tidak apa-apakan?" tanya Jenni membuyarkan lamunanku.
"Aku tidak apa-apa". jawabku berbohong.
"Baguslah. Ohya kita semua diharap segera berkumpul di gerbang depan, karena kita semua diharuskan ikut takziyah ke rumah Dicky, K
kamu ikut kan?""Emh, aku ikut."
Kulihat semua teman-temanku sudah berkumpul di gerbang depan dan akan berangkat ke rumah Dicky. Kebetulan rumah Dicky tidak seberapa jauh dari sekolah, jadi kami semua berjalan kaki menuju kesana. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa diam dan sibuk dengan pemikiranku sendiri. Membayangkan hari dimana tidak ada lagi kejahilan dari Dicky."Hey Di melamun saja. Kita sudah sampai di rumah Dicky nih." ujar Jenny menyadarkanku. Dapat kulihat banyak sekali wajah-wajah yang kehilangan sosok Dicky dan tak terkecuali aku. Dengan menguatkan hati aku masuk ke rumah Dicky, suasana menyedihkan semakin terasa disini. Kulihat tante Vivin menangis meraung-raung seakan tidak rela anak semata wayangnya pergi untuk selama-lamanya. Begitu pula dengan om Dedi yang berusaha tabah dengan kejadian ini.
'Dicky, Dicky kenapa kamu pergi begitu cepat sih. Apa kamu nggak kasihan sama orang tuamu dan juga aku'"Aku pasti akan merindukanmu." ucapku lirih.
"Ohya???!!"
Deg!! Tiba-tiba saja bulu kudukku langsung berdiri. Dan su-suara itu..benarkah itu suara Dicky atau aku hanya berhalusinasi karena bermelow-melow ria?? Dengan ragu-ragu aku menoleh kesumber suara tersebut. Dan....
"Hai cantik.""Aaaa......!!!!" teriakku seketika sehingga membuat semua terkejut dan melihat kearahku.
"Di-Dicky??"
"Di, kamu kenapa??! Kamu baik-baik saja, kan??!" tanya teman-temanku kwatir. Tapi aku hanya diam saja karena masih syok melihat Dicky yang saat ini tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil menjahiliku.
'Ya Tuhan...apa aku sedang bermimpi??,"Di, kamu tidak apa-apakan??!" tanya teman-temanku lagi.
"A-ah a-aku tidak apa-apa. Tadi aku..aku cuma kaget karena dijatohin cicak." Kataku berbohong dan kemudian mencari-cari keberadaan Dicky tapi tidak ada.
'Fiuuh..syukurlah...tadi mungkin cuma bayanganku saja..'
"Ooh...kami kira ada apa, ya sudab ayo kita kembali ke sekolahan." ajak Jenny.
"Ayo, tapi aku mau mengucapkan rasa belasungkawa pada mama dan papa Dicky dulu ya." Kataku da. kemudian berjalan kearah papa dan mama Dicky. Aku merasa kasihan sekali pada mereka, pasti mereka sangat sedih sekali karena telah kehilangan anak kesayangan mereka. Tapi aku yakin Dicky pasti sudah tenang di alam sana.
Saat pelajaran dimulai aku tidak bisa berkonsentrasi penuh, karena pikiranku terus melayang-layang pada kejadian tadi pagi. Apa benar tadi itu arwah Dicky?? atau aku cuma sedang sedih jadi kepikiran dia terus?? aah..aku tidak bisa membayangkan kalau tadi itu benar-benar arwah Dicky dan tidak tahu akan berbuat apa.
TENG TENG TENG
Huuh...akhirnya pulang juga. Eemm..tapi aku tetap tidak bisa melenyapkan tentang kejadian yang aku alami tadi. Tapi ya sudahlah kenapa juga dipikirkan. Sampai di rumah aku mau langsung tidur sajalah, hari ini benar-benar hari yang sangat menguras hati dan pikiranku."Aku pulang..." kataku saat masuk rumah. Tapi tidak ada jawaban selamat datang.
Yaah...seperti inilah rumahku, selalu sepi tak berpenghuni. Seakan-akan rumah besar ini cuma diperuntukkan untukku, karena memang papa dan mamaku jarang sekali berada di rumah, begitu pula dengan kakak lelakiku. Aku hanya tinggal sendiri disini. Aku, kamarku dan kesepianku."Selamat datang Diana." ucapku pada diriku sendiri.
"Oo...kamu sudah pulang ya."
Su-suara itu...Apa benar suara i-tu......
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Pena Hitamku
Teen FictionKumpulan cerita pendek yang sempat mampir dalam benak dan tertuang didalam secarik kertas usang..