"Hosh hosh hosh...", napasku hampir habis karena mengejar hantu tak berperasaan macam Dicky.
" Kenapa?? Capek ya?? Sudah menyerah y..??? Hahahaha...akukan sudah bilanh, percuma saja kau mengejarku, kau tidak akan pernah bisa...Hahahaha...." katanya dengan tawa kemenangan.
"Oke, kita mulai dari mana ya....eemmm...baiklaj kita mulai dari sini saja." katanya dan mulai membacanya dengan keras.05 January
Dear Diary,
Aku benci.....benci!!! Benci!!! Benci sama Dicky. Dicky jelek,jahat, dan suka menggangguku. Pokoknya aku benci sekali sama Dicky!!! Aku berharap Dicky pergi jauh dariku, karena akusudah tidak kuat setiap hari diganggunya. Dicky menyebalkan!!! Aku benci Dicky!!!06 januari
Dear Diary,
Hari ini Dicky berulah lagi. Hari ini Dicky menipukku dengan boka basket. Huhuhu...sakit sekali. Kalau saja aku lebih besar darinya, aku pasti akan membalasnya, bahkan lebih kejam. Tapi sayangnya aku tidak lebih besar darinya. Diary, aku benci sekali sama Dicky..!!! Benci sekali..!!!"Yaah....buku diarymu nggak asik. Masak isinya cuma namaku saja. Memangnya aku sejahat itu ya sama kamu?? Kok aku nggak ingat?? Aku juga tidak ingat pernah menimpukmu dengan bola basket, atau saat menyembunyikan sepatumu di got." ujarnya sambil membolak-balikan buku diaryku.
"Tentu saja, karena sudah terlalu banyaj kejahatan yang kamu lakukan kepadaku." jawabku.
"Masak sih?? Seingatku aku ini cowok baik-baik dan suka menolong sesama dan kaum lemah.."
"Oh ya??? Sudah-sudah kembalikan buku diaryku."
"Nih aku kembalikan. Ck, buku seperti ini saja kau simpan, bikin kotor kamar saja."
"Biarin." jawabku sebal. Tapi sebelun aku menerima buku itu ditanganku sesuatu terjatuh.Pluk
"Eemm, apa ini?? Inikan....fotonya Risky, kenapa ada disini?? Ooo....aku tahu... Kau menyukai Risky ya Diana.....??? Issshh...cie cie..."
" Iihh... Eng-enggak kok. Siapa juga yang suka sama dia." jawabku sambil berusaha menyembunyikan wajahku yang mulai memerah.
"Hahahaha...mukamu merah. Hahaha..sudahlah mengaku saja." tawanya mulai mengejekku. Lagi.
"Terus kalau iya kenapa..!!" teriakku menghentikan tawanya.
"Kau. Kau tahu kalau aku sangat menyukainya. Huhuhu." tangisku. ah, aku paling benci harus seperti ini. Menangis. Karena aku hanya bisa menangis saat amarah menguasaiku.
"Terus kenapa kamu menangis?" tanyanya tanpa berdosa.
"Ini semua gara-gara kamu Dicky. Huhuhu."
"Gara-gara aku??? Apa maksudmu?? Aku tidak mengerti??".
"Iya, kalau bukan gara-gara kamu siapa lagi??!! Apa kamu tidak ingat?? Bukankah dulu waktu semester satu kamu memukuli Risky tanpa alasan, kan?!"
"Masak sih?? Kok aku tidak ingat?"
"Sudah aku duga kau pasti tidak mengingatnya." ucapku marah.
"Waktu itu sebenarnya Risky ingin menembakku. Tapi semuanya kacau gara-gara kamu Dicky." tatapku tajam padanya. Tapi yang ditatap malah pasang tampang baby face.heehh..
"Lalu, tiba-tiba saja kau datang dan memukuli Risky sesukamu dan tanpa ampun. Hanya karena kau tidak suka dengannya. Kau....kau benar-benar jahat Dicky..." tatapku makin mengintimidasi.
"Apa benar seperti itu??? Bagaimana kamu tahu kalau waktu itu Risky mau menembakmu??"
"Heeh..waktu itu sebelum kau membawa Risky ke gudang belakang sekolah, sesuatu terjatuh dari sakunya. Sebuah surat. Sebuah surat yang menyatakan kalau dia menyukaiku. Dan sehari sebelumnya Jenny juga bercerita kepadaku kalau Risky mau menembakku. Tapi...itu tidak akan terjadi lagi.." tundukku dalam. Rasanya sakit mengingat hal tersebut.
"Waah..sepertinya dulu aku jahat sekali, ya. Hehehe. Aku benar-benar tidak sadar sudah sangat menyusahkanmu dan membuatku begitu bersedih. Heeehh...aku....benar-benar minta maaf ya, Di. Aku sangat menyesal. Walaupun....aku tidak terlalu ingat dengan kejadian tersebut. Hehehe. Tapi aku janji, aku pasti membuatu jadian sama Risky. Janji." katanya bersungguh-sungguh. Kutatap dalam matanya, mencoba menerka-nerka kesungguhan disana asli atau palsu. Ketulusan dan sedikit entah kepedihan, mungkin.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Pena Hitamku
Teen FictionKumpulan cerita pendek yang sempat mampir dalam benak dan tertuang didalam secarik kertas usang..