deg...
deg deg..
deg deg deg..
Ya Tuhan. Aku tak mampu menahannya. Rasa ini. . .
°°°
Jimin POV
"Kau tinggal dimana?" Aku berusaha mengendalikan ekspresi wajahku dan nada bicaraku. Mencoba untuk tetap tenang walau pikiranku telah dipenuhi oleh kenangan 5 tahun lalu.
"Aku tinggal disini. Di Seoul." Gadis itu menjawab riang. Sesekali dia menutupi wajahnya karena malu.
"Albumnya. Sini ku tandatangani."
Dia memberikan album biru yang dipegangnya kepadaku.
"Apa kau ingin aku menulis nama mu di album ini?"
"Boleh. Terserah , oppa aja."
"Apa kau ada kertas lain? Aku ingin mencoba mencoret-coret sebentar."
"Oh , ada."
Gadis itu mengotak-atik isi tasnya. Bernafas lega saat nenemukan buku tulis didalam tasnya.
"Ini, oppa. Oppa tulis saja disitu. Aku mau bawa pulang , boleh kan?"
"Makasih. Iya , boleh. Bawa saja."
Bawa pulang? Tentu saja boleh justru karena itulah aku meminta kertas darimu."Hmm, apa kau mencintaiku?" Aku membuka kembali pembicaraan. Tanganku belum bergerak. Menunggu jawaban.
"Sangat , oppa!"
"Apa saja yang berani kau korbankan untukku?"
"Aku .. berani mengorbankan apapun , asalkan itu tidak diatas kemampuanku. Aku sangup mengorbankannya untukmu oppa."
Fyuuhh..
Ayolah Jimin kali ini kau harus berani.
Aku mengangguk mendengar jawaban dari gadis itu. Tanganku akhirnya sibuk mencoret-coret di bidang datar yang disebut kertas itu. Tak lupa aku menandatangani album tadi.
"Ini." Aku menyerahkan album biru yang bertuliskan young forever dan buku tulis itu kepadanya. Dan dengan sengaja aku menyentuh tangannya saat memberikan dua objek itu. Kutatap matanya dalam-dalam. Wajahnya yang bersemu merah sudah tidak dapat ditutupi lagi.
"Bisakah kau berjanji padaku satu hal?"
"A.. Aa apppa itu , oppa?"
" Jangan buka dan memberitahu siapapun isi didalam buku tulis ini dan jangan buka sebelum kau tiba dikamarmu. Bisa kah aku mempercayaimu dalam hal ini?"
"Bisa , oppa" Gadis itu tersenyum mantap.
"Baiklah, terima kasih telah menjadi Army."
Aku menatap punggung gadis itu yang kini telah lari terbirit-birit menuju pintu.
Aku sebenarnya tidak yakin dengan tindakanku saat ini. Itu bisa saja merusak karirku sebagai idola. Tapi aku sudah tumbuh lebih besar dan belajar lebih banyak mengenai kata pengorbanan dan perjuangan. Tak apa jika aku akhirnya jatuh. Kalah. Aku kini adalah namja yang berani mencoba , tidak hanya berpangku tangan menunggu takdir baik yang menjemputku. Tidak seperti 5 tahun dahulu. Sekarang semuanya tergantung pada gadis itu. Lee Yoo In. Aku akan mengingat namamu. Aku percaya padamu.
***
Lee Yoo In POV
Ya Tuhan! Apa barusan dia memegang tanganku? Apakah ini mimpi? Tidak! Ini bukan mimpi! Ah, aku serasa melayang saja tadi , untung tidak pingsan. Sudahlah yang terpenting sekarang aku harus segera berada di rumah. Tak sabar hendak membaca isi yang dituliskan Jimin dibukuku.
Sampai dirumah , aku memasuki kamarku dan menguncinya. Segera kubuka buku tulis tadi dengan perasaan campur aduk antara senang dan tak sabar. Ini dia...
Apa ini?
Bukankah ini?
Kusambar handphone yang berada di saku celanaku. Ku tekan aplikasi kakao talk. Kumasukkan ID kakao talk yang tertulis di buku tadi. Tak lama kemudian setelah berbagai proses...
Park Jimin?!!
Apa benar ini Park Jimin?!
Park Jimin yang asli?!
Jimin memintaku mengkontaknya? Mengapa? Apa dia jatuh cinta padaku? Mungkin karena itulah dia bertingkah aneh ketika fansign tadi. Jangan-jangan nanti dia akan langsung menembakku , lalu kami pacaran , dia melamarku , kami menikah , punya anak , hidup bahagia. Wait! Punya anak. Hmm, jadilah aku melamun dikamar dengan pikiran mesumku. Abs nya Jimin. Kyaa , membayangkan itu saja aku sudah serasa perlu dibawa ke puskesmas. Aku kesal , sejak kapan Seoul ada puskesmas?
Trrttt .. Trrttt ..
Hah , ada chat masuk. Seketika semua pikiran kotor itu hilang.
Kakao talk?
Park Jimin?
Omo , tidak secepat ini Jiminie. Aku memang mencintaimu tapi aku butuh waktu untuk semua ini. Ah , ini membuatku gila.
Kulihat kirimannya.
Yoo In kah?
Aku senyum-senyum sendiri.
Ne. Apa ini benar-benar kau Jimin?
Tentu saja kau pikir aku siapa?
Sekali lagi aku senyum-senyum sendiri seperti orang gila lalu berteriak-teriak. Menutup wajahku dengan bantal lalu berteriak sepuasku. Fyuhh .. Tenang Yoo In. Kau harus tenang. Aku kembali mengetik dilayar kaca handphoneku.
Hehe . hmm , Jimin sebenarnya ada apa?
Tidak bolehkah aku berkenalan dengan Army?
Baiklah , sekarang otak sehatku sudah benar-benar tidak stabil. Aku nge-fly banget. Oh , ayolah Yoo In kau harus tenang.
Apakah ada Army lain yang mengkontakmu selain aku.
Tidak, aku memberikannya spesial hanya untukmu.
Sudah cukup. Ini sudah melebihi batasanku. Aku kehabisan napas. Rasanya sulit sekali menyedot oksigen saat ini.
Bumm..
Aku pingsan di atas kasurku
***
Jimin POV
Ya! Kemana anak itu? Lama sekali dia membalas kakao ku.
Deg..
Deg deg deg ..
Oh , tolonglah Jimin.. Bertenanglah, semuanya akan baik-baik saja. Kau pasti bisa mendapatkan yang satu ini. Tidak seperti 5 tahun yang lalu..
mianhae chingu , typo masih berkeliaran diman-mana
Voment! arrasoe?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Beautiful
FanfictionTidak! Itu tidak mungkin kau! Sudah lebih dari lima tahun kita tak bertemu. Bukankah kau sudah bahagia bersamanya? Tuhan , takdir macam apa ini?