Dia

2.3K 43 0
                                    

       Menantikan sebuah mentari yang hadirnya itu akan selalu dinanti. Dalam balutan sebuah mukena yang ia pakai tersimpan sebuah harapan yang besar yang ingin ia wujudkan, sebuah butiran tasbih yang sedang dirinya genggam dan lantunkan akan asma-asma-NYA semakin dirinya tersadar akan baiknya Allah pada sang hambanya yang tidak pernah bersyukur akan nikmatnya, lantunan demi lantunan bibir dan suarunya itu semakin menjadi, sajadah yang ia hamparkan menjadi sebuah kisah dalam kehidupan, antara dirinya dan Rabbnya yaitu Allah.

Azma namanya, putri kedua yang dilahirkan dari keluarga yang sederhana, mimpinya hanya satu yaitu menjadi guru yang baik untuk anak-anaknya kelak. Kini ia memasuki masa masa terakhir dalam sekolah menengah atas (SMA).

Ketika sang fajar itu hadir, bertugas untuk menyinari bumi, kini berubah menjadi tetesan air dari singgasana langit, yabg memberikan rezeki pada makhluk hidup yang berada di bumi.
Ia hanya menggunakan payung yang setiap hari hampir ia bawa dikala musim hujan itu datang.

Jalanan yang biasanya ramai, kini menyisakan sepi tak tentu arah dan tujuan, lalu lalang orang orang, kini hanya menyisakan bayangannya.
Dalam perjalanan dirinya sendiri menapaki selangkah demi selangkah untuk menuntut ilmu yang ia butuhkan. Jalannya pun berhati hati supaya pakaiannya tak basah akan cipratan air yang sudah berada di lubang jalanan.

Tangan kanannya menggenggam sebuah tasbih pemberian sang ayah, yang sudah lama 2 tahun ditinggalkan, ayahnya merantau ke luar negeri hanya untuk mencari sesuap nasi dan kehidupan keluarganya.

"Awas" ujar seseorang berteriak di seberang jalan.

"Astagfirullah"  gumam Azma terkejut dan tasbihnya terlemparkan entah kemana

Pakaiannya basah dan kotor akan cipratan mobil yang tak punya sopan santun, tanpa meminta maaf kepadanya.

" Dasar mobil yang tak punya sopan santun"  Teriaknya pada mobil itu dengan emosi yang meningkat, geram dirinya akan kejadian itu.

Pria itu mendekatinya, dan bertanya  kepadanya.
"Kamu gak papa kan? Oh iya kenalkan nama saya Muhammad Rizki"

Dirinya terdiam seperti wajah yang tak asing baginya, namun dirinya sibuk membersihkan dengan pakaian yang sedang ia gunakan.

"Oh iya maaf ya, saya sedang membersihkan pakaian saya, jadi saya fokus. Saya Azma"

Dirinya dan pria itu tak saling berjabat tangan, ia paham akan bagaimana salam dengan lawan jenis, dan dirinya membalas dengan senyum tipis.

"Makasih yah, sudah mengingatkan saya, walaupun saya yang telat"  ujar dirinya.

"Kalo boleh tau, kamu mau kemana? Sekolah dimana?"

"Sebenarnya saya sudah mengenal kamu, tapi saya tak kenal lah dengan namanya"

Air Mata TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang