Bab 3

63 4 1
                                    

Aroma makanan memenuhi udara, menggoda sekaligus membuat pusing. Para pelayan berseliweran di antara meja dan kursi, membawa nampan berisi masakan laut eksotis atau hidangan penutup kelas satu.

Biasanya, Cinder selalu makan apa saja yang dihidangkan oleh pelayan di hadapannya secepat mungkin, menghindari tatapan atau pembicaraan dengan orang lain di meja makan dan pergi dengan segera.

Namun kali ini, ia tidak bisa.

"Bagaimana menurutmu?" Kai yang menempatkan dirinya di samping Cinder bertanya setengah berbisik.

Cinder menoleh. Kai menunjuk portscreen di bawah meja yang ia pegang, layarnya memperlihatkan potret istana New Beijing gemerlap di malam hari. Ada sesuatu tentang istana itu yang membuatnya merasa hangat, sesuatu yang terasa seperti rumah.

"Cukup bagus untuk tempat tinggal seorang kaisar." Cinder berusaha berkomentar tanpa memperlihatkan ketertarikannya. Ia belum tahu apakah kaisar-pemuda-18-tahun ini layak dipercaya.

Kai memasang ekspresi tidak percaya. "Kau tahu, istana ini adalah istana paling indah se-perserikatan bumi." Ia berhenti sebentar, lalu menambahkan dengan nada bercanda "Tidak menyombongkan diri. Hanya fakta."

Cinder ingin sekali memberitahu kaisar muda itu bahwa ia sama sekali tidak berniat menghabiskan sisa wkatu makan malam berdebat tentang istana-istana seantero dunia.

Tapi ia tidak bisa melakukannya.

Alasan utama adalah jelas, Kai adalah tamu penting kerajaan Bulan yang ia tidak mungkin sia-siakan. Kai adalah salah satu harapannya untuk dijadikan sekutu dalam masalah Levana.

Alasan yang lain tidak begitu jelas, dan Cinder juga tidak yakin kenapa ia merasa seperti itu kepada Kai.

"Putri Selene?"

Suara yang terdengar manis, bukan manis yang murni tetapi manis yang memuakkan. Seperti menambah madu kedalam racun.
Lembut. Menghanyutkan. Indah.

Cinder menarik napas sebelum menoleh ke Ratu Bulan. "Ya, Yang Mulia Ratu?"

"Kelihatannya kau memiliki waktu yang baik bersama Kaisar kita." Bibir merah darahnya menyunggingkan senyum dengan manis yang sama.
"Sampai kau tidak menyentuh makananmu sama sekali, Putri."

Cinder menelan ludah, melirik mangkuk sup sirip hiu imitasi yang sudah mendingin. "Ah. Ya. Sup imitasi? Aku sedang tidak ingin makan sesuatu yang artifisial." Cinder mencoba mencari alasan, meskipun ia tahu itu alasan yang buruk. Sekali.

Levana memiringkan kepalanya, setiap helaian rambutnya jatuh ke tempat sempurna. "Tentu, Putri."

Cinder merasakan kabel-kabelnya menegang saat Sang Ratu terus menatapnya, mencoba mencari sesuatu di balik mata sintetisnya.

Lalu, setelah beberapa detik yang melelahkan, Levana berpaling kepada seorang diplomat yang dengan senang hati meladeni Ratunya.

Cinder belum pernah merasa selega itu seumur hidupnya, bersyukur saat tidak ada yang menyadari saat ia menyelinap keluar dari kursinya dan melesat keluar ruang makan.

Semua orang tidak menyadarinya pergi.
Kecuali seorang.

"Bukankah kau seharusnya tetap disana hingga makan malam usai?"

Cinder tersentak, refleksnya yang telah dilatih selama bertahun-tahun bereaksi. Ia berbalik, mengunci lengan penguntitnya yang sudah ia  sadari sejak keluar dari ruang makan.

"Cinder... i-ini aku." Suara penguntitnya terdengar familier, meski baru dikenalnya beberapa jam lalu. Kai.

Cinder, yang wajahnya dengan cepat merona merah, segera melepaskan lengan Kai. "M-maaf. Aku... tidak..."

Kai, yang lengannya dilepaskan secara spontan oleh Cinder, kehilangan keseimbangan sebelum Cinder menyadarinya. Ia terkesiap.

"Oh! Sungguh, maafkan aku, Yang Mulia." Cinder terlalu terkejut sehingga ia tidak sadar telah memanggil Kai dengan gelarnya. Ia mengulurkan tangannya, memelototi Kai yang jatuh terduduk di lantai.

"Sepertinya Tuan Putri kita lebih hebat daripada yang kuduga." Kai menyambut tangan Cinder, sentuhannya mengirimkan getaran listrik yang aneh di kabel-kabelnya.

Lorong istana bulan berkilau dengan berjuta bintang yang bersinar di balik jendela. Dan sebuah siluet planet biru. Cinder memalingkan wajahnya dari tatapan Kai, melepaskan tangannya segera setelah ia berdiri tegak.

"Aku tidak tahu mengapa aku selalu membuatmu terjatuh, tetapi sungguh, aku minta maaf." Cinder berusaha memulai percakapan, baru teringat fakta bahwa ia telah membuat seorang kaisar terjatuh 2 kali dalam sehari.

Kai tersenyum, mengedikkan bahunya tanda ia tidak terlalu memedulikan hal itu. "Tidak masalah. Dan kelihatannya kau juga sedang banyak pikiran." Ia mengalihkan topik pembicaraan, wajahnya berkerut serius. "Ada masalah apa?"

Cinder merapatkan bibirnya, memainkan kain sutra gaunnya yang selalu membuat jemarinya tergelincir. Ia baru mengenal Kai beberapa jam yang lalu, dan ia ragu bahwa ada orang lain yang langsung merasa sedekat ini dengan dirinya hanya dalam tempo singkat.

Singkat kata, Cinder belum memercayainya.

Namun, ada sesuatu dalam diri Kai, sesuatu yang membuatnya merasa ia sama  sekali tidak memiliki niat buruk. Bila dibandingkan, Kai adalah sinar matahari musim panas yang hangat dan dirinya adalah bayangan gelap  yang dingin.

"Aku tidak ingin membicarakannya." Cin2der menghela napas dan bergerak menuju ambang jendela. "Terkadang ada beberapa hal yang semakin sulit bila diucapkan." Ia melemparkan senyuman simpul sebaik yang ia bisa.

Selama beberapa saat Kai tidak merespon, berpikir dalam keheningan. Cinder tidak menyadari keberadaannya hingga ia berdiri di sampingnya di ambang jendela.

"Dan beberapa hal terkadang memang tidak bisa diucapkan sama sekali." Kai akhirnya berkata. Ia tidak menatap Cinder, melainkan planet biru yang bersinar indah di kejauhan.

Bumi.

Tempat tinggal Kai, negara yang dipimpinnya, dan miliaran manusia lainnya.

Dan semua itu akan musnah bila ia tidak berhasil menghentikan Levana.

Cinder memejamkan mata, berusaha mengusir bayangan Levana, Bumi, dan darah, lebih banyak darah tertumpah dari yang pernah dibayangkannya.

"Dengar, Cinder." Suara Kai memecah keheningan, mengembalikan Cinder dari mimpi buruk yang tiba-tiba melintas.

"Aku butuh bantuanmu. Tolong."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Emperor And The Cyborg PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang