Buku, pelajaran, guru, sekolah, rasanya tidak ada yang menakjubkan. Semuanya membosankan.
Setiap hari, bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sore, mengerjakan PR dan belajar buat ujian, dan setiap waktu luang -walau sedikit- membantu Nenek. Rasanya benar-benar jenuh. Rasanya seperti bukan duniaku.Aku sadar aku tidak berhalusinasi, samasekali tidak. Namun aku yakin semua orang tidak akan percaya. Entah aku ini indigo atau apalah namanya itu, yang jelas, ketika aku sedang terjepit, keajaiban muncul dihadapanku. Aku sendiri tidak tahu kenapa.
Namaku Rainyth Jean Fhanz, semua orang memanggilku Nyth. Aku adalah anak pertama Jhon Fhanz dan Nielle. Aku dengan adikku, Mythea, berbeda satu tahun denganku.
Aku tinggal di West Java, di sebuah rumah mungil yang berlantai tiga. Rumahku paling kecil di kompleks ini namun terlihat mewah dengan desain yang menawan. Pamanku seorang arsitek yang membantu pembangunan rumah ini, dan tanteku seorang interior designer.
Besok adalah sweetseventeenku, dan aku tidak sabar untuk merayakannya bersama keluargaku. Lebih tepatnya bersama Mom dan Dad, karena Thea samasekali tidak menyukaiku -sejak ia melihat keajaiban yang dibuat olehku, dan Thea satu-satunya orang yang tahu aku tidak berhalusinasi-, tidak berniat diam dirumah merayakan ulang tahunku.
Aku nyaris tidak mempunyai teman, karena semua anak tidak ingin Thea tau bahwa seseorang menjadi temanku. Thea adalah gadis cantik dan populer.
Pernah suatu hari ketika Thea mengerjaiku dengan hampir menggunting habis rambut panjangku, rambutku kembali lagi dan gunting yang Thea pakai melukai tangannya cukup parah.
Aku, Nyth, gadis kurus berambut hitam sepanjang punggung dengan sedikit gelombang, dengan mata bulat yang banyak lipatan dikelopaknya, bibir yang agak kecil. Tidak terlalu jelek.
Aku masih berusaha mengeluarkan kabut dari sela jariku -aku pernah melakukannya ketika temannya Thea menyiramku- ketika Dad memanggilku untuk turun dari kamarku di menara rumah kami.
"Nyth... Bagaimana ujian kemarin?" tanya Dad, menyesap kopinya dan menyimpan koran yang tadi ia pegang.
"Cukup buruk namun bukan yang terburuk." desahku, duduk disamping Thea yang langsung melotot tak senang.
"Semester ini kamu terlalu sibuk. Dad tidak masalah jika kamu berhenti membantu Nenek di Florist..."
"Sudahlah Dad... Lagipula Rainyth lebih menyukai pupuk tanaman dibandingkan farfum guru." ledek Thea.
Aku hanya mengerlingkan mataku.
Aku tidak pernah suka membantu nenek menjual bunga, memberi pupuk, menyiram tanaman dan makan biskuit yang nyaris basi. Tapi itu lebih baik daripada di rumah bersama Thea dan Mom yang selalu membelanya.
"Dad... Thea mau pergi shoping besok... Ada peluncuran koleksi terbaru beberapa branded di mall," rajuk Thea, membuatku mual.
"Jangan meminta uang lebih sementara uang jajanmu tersedia untuk membeli sepasang pakaian setiap minggu."
Aha! Ups... Aku hampir menertawai Thea.
"Sudahlah Jhon... Berikan saja Thea uang... Toh tidak lebih dari uang jajan Nyth sebulan," Mom menimpali, ia berjalan dengan celemek kuning terang ditangannya.
What??!! Oh no Mom, tega sekali kau mengambil perbandingan seperti itu.
"Tidak Nielle... Jangan terlalu memanjakan Mythea..." sergah Dad.
Thea memajukan bibirnya beberapa centi. Ia berusaha mengumpulkan airmatanya untuk menangis dihadapan Dad
®®®®®
"Nyth... Bisakah kau segarkan kembali parcel bunga yang layu itu sayang? Nenek harus mengantarnya sepuluh menit lagi tapi belum sempat bikin lagi,"
Uh... Selalu saja...menyebalkan. Aku harus menyemprot tiap kelopak bunga dengan sangat halus. Ini tidak bisa dibilang layu, namun kusam.
Aku mencoba mengeluarkan sesuatu dari telapak tanganku. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan, tapi aku mengusap bunga itu dengan perlahan hingga kembali aku tercengang! Terjadi lagi!
Aku tidak percaya ini. Kabut putih keluar dari telapak tanganku dan berembun di setiap kelopak bunga dengan sempurna, seolah bunga ini baru dipetik pagi hari saat matahari masih malu-malu menampakan sinarnya setelah semalaman langit mengguyur hujan.
"Sudah selesai Nyth? Kerja bagus! Kau berbakat nak... Suatu saat kau harus meneruskan bisnisku," Nenek memelukku erat.
Ya ampun... Aku mual dipeluk Nenek dan aku samasekali tidak ingin menjadi penjual bunga.
®®®®®
Ow... What it is? Sebuah perkamen terbuka di atas kasurku.
Semua murid Univwitch diharuskan mempunyai :
1. Tongkat sihir yang sah dengan sertivikatnya.
2. 79 bahan dasar kelas ramuan
3. Kuali berukuran 4ql dari tembaga
4. Buku dasar sejarah sihir oleh Bril Gaut
5. Buku herbologi dasar oleh Knaut Gaut
6. Buku mantera dasar oleh Wihelmina Gaut
7. Tinta gurita dan bulu angsa
8. Sapu penyihir yang belum aktif
Note : dilarang membawa hewan peliharaan apapunSepertinya keluarga Gaut mempunyai anak-anak cerdas yang menulis buku ajaran.
Oh tidak!!!
Maksudku siapa yang membuat lelucon seperti ini? Haha... Lucu! Ia fikir Harry Potter JK Rowling adalah kisah nyata? Fantasi man!Tidak mungkin Thea karena ia tidak akan bersusah-susah menulis diperkamen kulit seperti ini untuk mengerjaiku, kecuali temannya, ya mungkin saja temannya disuruh Thea. Ah lucu sekali.
"Nyth... Dear... Apa kau kenal Mrs.Vlow?" teriak Dad dari bawah.
"No Dad! Who she is?"
"Oh dear... Sebaiknya kau kesini sebelum persiapan pesta ulang tahunmu benar-benar berantakan!"
What??!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainyth Fhanz
FantasyRainyth Fhanz, gadis yang selalu menciptakan keajaiban tanpa ia sadari. Nyth baru menyadari bahwa ia seorang penyihir ketika usianya menginjak 17 tahun dan ditarik kedunia sihir untuk belajar di Univwitch oleh Mrs.Vlow, komite Univwitch. Dan ternyat...