'Bukk!" Belum Jiyong memasuki kamar Seulrin, sebuah pukulan mendarat di wajah mulus Jiyong. Ia tersungkur dilantai.
"Kau masih ingat dengan perjanjian kita Ji? Mana janjimu agar tak menyakiti Seulrinku hah!" Suara serak yang sangat dihapal Jiyong membuat Jiyong makin bersalah.
"Aku!"
"Jika kau lagi-lagi menyakiti Seulrin dan mahkluk tak berdosa itu maka aku yang akan menikahi Seulrin!" Jiyong terdiam mendengar hyungnya, Choi Seunghyun saat mengucapkan mahkluk tak berdosa.
"Maksudmu hyung?"
"Masuklah oppa, Seulrin masih tidur. Temani dia dan selamat!" Lee Harin berdiri mendekati Jiyong, menengahi percekcokan dua sahabat itu.
Jiyong makin tak mengerti apa yang sedang dibicarakan orang-orang ini. Jiyong melangkah mendekati ranjang Seulrin. Tulangnya seakan dilolosi begitu melihat tubuh gadisnya terbaring tak berdaya. Diusapkan wajah sang gadis, dikecupnya kening sang gadis.
"Mianhe..!" Bisik Jiyong. Digenggamnya tangan Seulrin dengan erat seakan memberi kekuatan untuk gadisnya.
"Permisi, anda tuan Kwon Jiyong? Suami nonya Jung Seulrin?"
Suami? Jiyong makin bingung. Ia hanya mengangguk ragu.
"Saya dr. Lee, dokter kandungan yang menangani Nyonya Jung. Selamat, nyonya sedang mengandung 5 minggu. Ini hasil foto USG yang kami lakukan tadi. Ia hanya kelelahan dan stress. Tolong dijaga jangan sampai mempengaruhi janin." Dokter perempuan itu tersenyum seraya memberikan sebuah amplop coklat berkop surat nama rumah sakit ini.
Jiyong menyadarkan tubuhnya di sofa dekat ranjang dimana Seulrin berbaring. Matanya terpejam sebentar. Menenangkan dirinya sejenak. Masalah ini menyita separuh energinya.
Hamil? Seulrin hamil? Ada perasaan bahagia yang dirasakan Jiyong. Baby dragonnya sedang tumbuh di rahim gadisnya? Ah bukan gadis lagi, wanitanya.
Ia makin takjub melihat foto USG dari sang bayi. Sebuah noktah kecil nampak disana.
"Kau begitu kecil nak!" Jiyong mengusap foto hitam putih ditangannya. Air matanya mengalir, bahagia. Bagaimana bisa ia menyakiti calon ibu dari anaknya?
"Seulrin-ah, bangunlah!" Jiyong mengusap lembut kepala Seulrin, sedang tangan lain mengusap perut Seulrin yang masih rata.
"Selamat Ji, kau akan memiliki anak. Haruskah ia tersakiti lagi. Kau sudah sejauh ini. Kau mencintainya begitu pula Seulrin! Selesaikan kesalah pahaman ini. Jika terulang lagi maka akan aku ambil Seulrin beserta anak itu!" Ucap Seunghyun.
Jiyong mengangguk paham, seunghyun bukan hanya sahabatnya tapi juga lelaki yang dulu merupakan mantan kekasih calon istrinya. Takdir memang lucu, dulu ia dan Seulrin memang dekat namun hanya sebatas teman dari kekasih sahabatnya. Hingga kedua orang tua Seulrin dan Jiyong memutuskan untuk menjodohkan mereka. Seunghyun murka, sahabatnya sendiri yang dengan mudahnya mendapatkan restu dari orang tua Seulrin sedang Seunghyun yang telah menjalin hubungan meski backstreet selama 5 tahun tak kunjung direstui. Lalu sekarang Seulrin mengandung anak Jiyong? Sepertinya setelah ini ia akan dibunuh kakak kandung Seulrin dan kakaknya.
Jiyong merasakan gerakan tangan Seulrin digenggamannya.
"Baby!" Jiyong berdiri, membungkukkan badannya ke arah Seulrin. Mencium kening Seulrin
Seulrin mengerjapkan matanya perlahan. Beradaptasi sejenak dengan cahaya yang masuk ke retinanya. Bayangan sosok lelaki yang sudah membuatnya sakit hati menjadi yang pertama ditangkap oleh matanya.
"Ji!" Suara serak Seulrin membuat Jiyong tersenyum lega. Namun dibalas Seulrin dengan mengalihkan pandangan, Jiyong menghembuskan nafasnya. Kekasihnya ah bukan, calon istrinya masih kecewa dengannya.
"Aku disini baby! Kau membutuhkan sesuatu?" Seulrin tak menjawab ia hanya dia menatap jendela yang berada tepat disisinya.
"Dimana Harin? Chaerin atau Seungri?" Hati Jiyong terasa teriris, yang dicari bukan dia tapi orang lain.
"Mereka di luar" Jiyong menjawab dengan nada kecewa, Seulrin tahu. Seulrin sedang tak ingin bertemu dengan lelaki dihadapannya.
"Keluarlah Ji, aku ingin sendiri!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM?
Fiksi PenggemarDia berulah lagi! H-5 Harin!" Seulrin terisak, dadanya sesak. Ia merasa dikhianati lagi dan lagi kali ini justru menjelang pernikahan mereka. "Itu kata media Seulrin! Kau tak mencari penjelasan dari dia?" "Hiks... Aku lelah, lagi-lagi karena gadi...