Hai, Karin 4

329 21 0
                                    

Karin sudah berkali-kali menguap mendengar ocehan dari guru BK disekolahnya. Kini, kelas nya mendapat teguran karna terlalu sering membuat ulah.

Seperti baru beberapa menit yang lalu. Kelas Karin tertangkap basah oleh guru BK sedang membuat kegaduhan didalam kelas. Seperti berteriak, bernyanyi kencang, berlari-larian dan merumpikan hal yang gak penting.

Seharusnya, sebelum belajar dimulai setiap Kelas selalu melakukan Tadarusan pagi.

Dan, memang Kelas 12IPA-3 ini terkenal dengan murid-murid bangornya. Ketika guru belum masuk kelas maka mereka akan memanfaatkan nya dengan melakukan kegaduhan didalam kelas.

Memang dasar kelas laknat. Disaat kelas lain tadarusan mereka malah berteriak-teriak.

"Ibu, heran. Kalian itu padahal anak IPA loh! Kok bisa nakal banget." Ujar Bu Dewi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Anak IPA juga manusia, Bu. Sama kayak anak lainnya." Celetuk salah satu teman Karin.

"Apa hubungan nya coba?" Billa menyikut pelan Karin. Menanyakan maksud dari perkataan temannya itu.

"Tau! Gue juga gak ngerti, hahah." Jawab Karin pelan.

"Ya sudah. Lain kali kalau ketahuan. Kalian sekelas Ibu jemur di tengah lapangan!"

"Iya Buu."

"Ya sudah, sekarang pelajaran nya siapa?"

"Pak Rudi, Bu." Jawab Nia, selaku sekretaris kelas.

"Ya udah, tunggu pak Rudi nya. Jangan ada yang keluar-keluar kelas!" Tegas Bu Dewi.

"Oke Buu." Jawab Kami serempak.

Dan semua itu hanya ucapan belaka. Karna, sekarang dapat dilihat setelah Bu Dewi keluar dari kelas.

Kegaduhan pun kembali terjadi.

••••

"Tumben lo gak makan." Ucap Billa lalu memasukkan Somay kedalam mulutnya.

Karin menggeleng, lalu menyeruput es jeruk yang dipesannya.

"Kenapa lo? Layu amat!"

"Gue kangen Kak Virgo, Bill. Kakak lo kapan pulang nya sih?" Ujar Karin memelas.

"Gak tau gue. Dia belum kasih kabar lagi." Billa mengangkat kedua bahunya.

"Betah amat di negri orang!" Umpat Karin.

"Kar, lo serius sama Kak Virgo?"

Karin mengernyitkan alisnya heran. "Ya serius lah! Masa gue udah nunggu selama ini, gak serius." Ujar Karin meyakinkan sahabatnya itu.

"Kenapa lo ga sama Razi aja? Yang udah jelas-jelas...."

"Jelas-jelas apa? Lagian gue gak mau ah sama dia. Cukup Kak Virgo aja. Hehe." Karin menampakkan senyum lebarnya yang selalu Ia keluarkan ketika menyangkut dengan Virgo.

"Tapi, kalau misalkan semua yang udah lo tunggu-tunggu itu sia-sia, gimana?"

Karin memajukan bibirnya cemberut. "Ih, kok lo ngomong nya gitu sih."

"Loh, kan misalnya."

Karin membuang nafasnya kasar. "Yah, yaudah lah. Mau gimana lagi juga kan, kalo dia emang bukan untuk gue." Ucap Karin pasrah.

Billa tak lagi menanyakan hal-hal yang membuat Karin sedih. Tapi, ini bukan maksudnya untuk bikin Karin sedih. Ia hanya ingin tahu apa yang akan dilakukan sahabatnya ini, jika apa yang diharapkan nya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Keduanya kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya makhluk yang dianggap pengacau oleh Karin, duduk diantara mereka.

"Melamun aja lo berdua. Mikirin Gue ya?" Ujar nya sok pede.

"Dih najis." Umpat Karin.

"Eh, neng Karin." Razi mengedipkan sebelah matanya. Dan membuat ingatan Karin kembali pada sore hari kemarin di kamarnya.
"Jauh-jauh ah lo sana dari gue!" Usir Karin.

"Dih, galaknya."

"Bodo."

"Eh, Bill. Bisma mana?" Razi mengalihkan pembicaraan.

"Dia gak masuk. Sakit."

"Yahh. Sayang banget. Gue mau ngajak tournament basket padahal." Ucap Razi lalu pandangan nya beralih pada Karin.

"Nanti lo pulang duluan aja ya. Sama Billa aja tuh. Gue ga bisa nganter, mau ada tournament. Kecuali, Kalo lo mau ikut gue."

"Gak mau. Nanti gue balik bareng Billa aja."

Razi menggangguk. Lalu berdiri dari duduknya. "Yaudah Gue duluan yah." Pamitnya. Dan tak lupa tangan nya usil menarik ikat rambut Karin, hingga membuat rambut gadis itu tergurai.

Razi berlari kabur dari tangkapan Karin.

"Balikin iket rambut gue!" Serunya, hingga membuat seluruh siswa dikantin menatapnya.

"Nanti selesai tournament gue balikin!" Seru balik Razi.

"Kebiasaan. Gimana gue gak kesel coba sama dia?" Ucap Karin pada Billa.

"Hati-hati kalo ngomong. Lo tau kan, benci bisa jadi cinta? Bisa aja semua yang lo ucapkan tentang dia, diputar balikkan sama takdir."****

a/n

Vomments nya ya, jangan jadi siders eheh. Tapi, makasih udah baca.

Thank you,

Dilla***

Hai,KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang