Hai, Karin 25

151 11 0
                                    

"Selamat pagi!"

Teriakan itu menggema di ruang kelas yang masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang sudah datang pagi-pagi dengan tujuan menyalin pekerjaan rumba teman-teman nya. Dan ada juga yang melanjutkan tidurnya di pojok kelas.

Dengan semangat Karin berjalan ke tempat duduknya. Mood cewek itu sedang bagus. Jarang sekali dia datang pagi dan menyapa teman-teman sekelasnya seperti tadi.

"Kenapa lo?" Billa yang sudah datang lebih awal menatap Karin heran.

Karin menjatuhkan diri nya di bangku sebelah Billa. Tas punggung nya di taruh diatas meja. Lalu cewek itu menatap Billa dan tersenyum lebar. "Nggak apa-apa." Jawabnya masih dengan senyum lebar.

"Sehat kan, Rin?" Billa menaruh punggung tangan nya di kening Karin. Mengecek kondisi sahabat nya apakah baik-baik saja.

Karin menepis tangan Billa pelan. "Gue sehat, Billa! Aneh deh lo."

Billa menyisir poni panjang nya ke belakang. "Ya aneh aja lo dateng sepagi ini. Terus pake nyapa-nyapa segala...," ucap Billa sambil mengeluarkan buku paket bahasa inggris. "LO JADIAN SAMA RAZI?!!!" Tebak cewek itu tiba-tiba.

Karin melotot pada Billa dan langsung menutup mulut Billa sebelum cewek itu berbicara yanh tidak-tidak dan membuat orang lain yang mendengar langsung menciptakan gosip murahan.

"Gila kali lo!" Umpat Karin.

Billa menarik tangan Karin dari mulutnya. Lalu cewek itu membenarkan rambutnya yang mulai acak-acakan karna ulah Karin. "Lo utang cerita sama gue." Ucapnya.

Karin menarik nafas gemas. "Ya ampun, gue nggak jadiaaan," ucap Karin menurunkan suara nya satu oktaf.

"Bohong!"

"Terserah lo, Bil." Karin menyerah menghadapi Billa.

"Tuh! Berarti bener, 'kan?!" Seru lagi Billa dan membuat Karin menjadi gemas kebanyakan dongkol pada Billa.

"Ish, tau ah." Karin berdiri dari duduknya berjalan keluar kelas. Menggabaikan panggilan Billa.

"Rin! Kok jahat sih gue di tinggal."

"Gue mau ke kantin. Laper!" Balas Karin. Lalu benar-benar keluar dari kelas mengacuhkan panggilan Billa.

Karin berjalan di koridor sekolah. Tepat di ujung koridor cewek itu melihat Kelvin yang sedang berjalan dari lawan arah.

"Hai, Vin!" Sapa Karin ketika jarak mereka sudah dekat. "Mau kemana?"

"Hai, Rin. Mau ke kantin. Lo?"

"Sama,"

"Oh ya udah bareng aja yuk!" Ajak Kelvin yang dibalas anggukan dari Karin. Dan mereka pun jalan bersebelahan menuju kantin.

Karin menggigit bibir bawah nya. Ia merasa sedikit aneh pada Kelvin saat mengetahui cowok itu ternyata mantan Cindy yang notabene nya masih sangat mencintai Cindy. Dan Karin sedikit kesal juga sih tau dia hanya dijadikan sebagai perantara Kelvin ke Cindy. Tapi karna cowok itu masih sangat berharap pada Cindy dan menurut Karin saat ini orang yang dibutuhkan Cindy adalah Kelvin. Maka Karin bisa memakumi nya. 

Mengetahui fakta itu membuat Karin tergerak ingin membantu dua remaja itu. Kelvin adalah cowok yang sangat baik untuk Cindy. Bukan, bukan karna Karin ingin ikut campur. Tapi Karin hanya ingin membantu, memberi jalan dan selebihnya kembali lagi pada Kelvin dan Cindy.

"Rin, Kok melamun? Mikirin apa?" Tanya Kelvin. Dari tadi Karin tidak membalas omongan nya. Ketika dilihat ternyata cewek itu berjalan dengan pandangan kosong.

Karin sontak menoleh ke kiri. "Hah?"

Kelvin terkekeh, "mikirin apa sih lo? Dari semalem bengong aja kalo sama gue." Tanya Kelvin.

Karin hanya menyengir lebar dan menggeleng. "Nggak. Hehehe...," setelah itu tak ada yang kembali bicara sampai mereka di kantin.

"Disana aja," ucap Kelvin menunjuk meja berbentuk segiempat dengan menghadap ke taman.

Karin menggangguk lalu membiarkan Kelvin menempati meja nya dulu sementara Ia pergi membeli pisang goreng.

"Kita masuk berapa menit lagi?" Tanya Kelvin saat sadar Karin sudah ada di depan nya.

Karin menarik bangku plastik berwarna merah itu lalu menduduki. "10menit lagi, lah..." Jawabnya setelah melirik jam di tangan kirinya.

"Ohh," Kelvin hanya ber--oh lalu cowok itu kembali diam menatap ke arah taman.

Karin memakan pisang goreng hangat nya lahap. Aish, pisanv goreng di kantin nya memang bikin ketagihan!

"Vin." Karin menyadari ada yang berubah hari ini pada Kelvin. Cowok itu lebih banyak diam. Seperti ada yang sedang Ia pikirkan.

"Apa?" Tanya Kelvin dengan tersenyum tipis. Tapi Karin tau itu senyum palsu. Cowok itu pasti sedang sedih.

Karin menjadi turut prihatin pada Kelvin. "Lagi mikirin, Cindy ya?" Tebak Karin tanpa basa-basi lagi.

Kelvin diam untuk beberapa detik. Sampai Ia sadar, pasti Razi sudah memberitahu Karin tentang kejadian semalam.

Iya, semalam Kelvin memang datang ke apartemen Cindy. Perasaan cowok itu mengatakan ada sesuatu yanh tidak beres pada Cindy. Tapi Ia tidak menyangka akan bertemu Razi malam itu dan terpaksa menceritakan semua pada Razi. Tentang Cindy, kondisi cewek itu dan tentang hubungan mereka.

"Gue udah tahu semua," ucap Karin pelan.

Kelvin menoleh ke Karin. Cowok itu menatap Karin dengan pandangan rasa bersalah nya. "Maaf, gue nggak bermaksud buat nge manfaat--,"

"Iya, gue ngerti." Karin memotong ucapan Kelvin. "Udah sekarang lo fokus buat perbaikin semua nya." Tambah Karin.

Kelvin tersenyum kecut. "Susah, Rin. Cindy makin nge jauh dari gue." Jawab Kelvin pasrah.

Karin tersenyum lembut. Tangan nya menggusap punggung tangan Kelvin. Berusaha memberikan ke tenangan pada cowok itu. "Tenang. Gue, Razi bakal bantu lo, kok! Jadi semangat!!!" Heboh Karin tanpa sadar langkah seseorang sedang menuju ke arah nya dengan pandangan agak sebal.

"Hem!"

Karin langsung menengok ke belakang. Di lihat nya Razi sedang bertolak pinggang. "Kenapa?" Tanya Karin polos.

Razi memutar bola matanya malas. "Berdua–an aja. Udah bel tuh!" Ucap Razi penuh tekanan.

"Emang iya?" Karin tak percaya.

"Iya Kariii."

Karin lantas bangun dari duduknya. Lalu melihat Kelvin. "Vin, gue duluan ya. Nanti kita lanjut lagi." Pamit cewek itu pada Kelvin. Menggingat jam pertama itu pelajaran Matematika. Ia tidak akan diperboleh kan mengikuti pelajaran jika terlambat masuk.

Setelah itu Karin menatap Razi tajam. Tangan nya memukul lengan cowok itu sebal. "Jangan panggil gue, Kari!" Ucapnya lalu berlalu dengan berlari kecil dari kantin.

"Kayaknya belum bel dah,"

"Emang belom."

♥♥♥

Hai,KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang