Hai, Karin 7

274 21 1
                                    

James Blunt - you're beautiful
_________________________________

Gedung olahraga indoor itu tampak ramai hanya dengan tiga orang saja di dalam nya. Mereka--Razi, Leon dan Gio, lebih memilih bermain basket disana untuk menghabiskan jam terakhir yang kosong. Karna para guru sedang mengadakan rapat bersama dengan pengurus sekolah lain nya. Dan para siswa tidak diperbolehkan pulang sampai waktu pulang tiba.

Dan ini sudah lewat 15 menit dari bel pulang berbunyi. Razi melempar basket yang sedang dipegang nya pada Leon dan ditangkap dengan sigap oleh cowok berparas wajah luar itu.

"What's wrong?" Tanya Leon heran Razi menghentikan permainan secara sepihak.

"Gue duluan ya! Udah bel dari tadi," Ujar Razi, lalu berjalan menuju kursi penonton, mengambil seragamnya dan kembali melapisi kaus putihnya dengan seragam sekolah yang tadi dilepasnya.

"Kenapa Karin gak suruh pulang duluan aja sih?" Tanya Leon merasa terganggu permainan nya harus terhenti.

"Yaelah! Kayak lo gak tau aja, Razi mana mau Karin sendirian pulang pergi," nimbrung Gio yang dari tadi hanya mendengarkan.

Razi terkekeh pelan, "Sok tau lo! Dia mau naik apaan pulang? Naik motor aja gak bisa!" Jelas Razi, kembali tertawa mengginggat ketika Karin meminta nya untuk mengajari naik motor. Alhasil, baru jalan dua meter Karin dan motor Razi sudah jatuh ke dalam selokan kecil samping rumah. Sejak saat itu Razi tidak mau lagi mengajari perempuan itu.

"Razi kan ngekorin Karin mulu kemana-mana. Dimana ada Karin disitu ada Razi dan--,"

"Dan dimana ada Razi disitu ada Karin." Lanjut Leon yang disambut tertawa oleh kedua teman nya.

"Uuhh, co cweet," ucap Gio dengan raut wajah yang seakan terpesona pada seseorang.

"Ngaco ah lo berdua!" Seru Razi, sambil menggambil tas dan disampirkan di sebelah bahu kanan nya.

Cowok itu mengangkat tangan nya, "Gue duluan!" Serunya dan berjalan menuju pintu Exit. ***

Karin menyandarkan punggung nya dibadan mobil Razi. Perempuan itu membuang nafasnya kasar berkali-kali. Lima menit Ia lewati, masih dalam tahap sabar. 10 menit, masuk ke tahap berpikir positif mungkin cowok itu sedang dalam perjalanan. 15 menit sudah, mulai masuk ke tahap emosi.

Perempuan itu berkali-kali melirik jam tangan nya. Sudah hampir 20 menit Karin menunggu di parkiran sekolah seorang diri.

Mau menghubungi Razi, tapi ponsel nya mati. Bertanya pada teman sekelas Razi, tapi tidak satupun yang melihat batang hidung cowok itu sejak jam terakhir. Billa pun sudah pulang 10 menit yang lalu dengan Bisma. Dan sekarang Karin tidak bisa kemana-mana selain menunggu dengan sabar Razi di parkiran.

Karin ingin sekali menjambak rambut cowok itu ketika bertemu nanti.

Lima menit kemudian penantian Karin pun berakhir. Perempuan itu semakin terlihat geram melihat Razi berjalan sangat santai dari kejauhan menuju tempat dirinya berdiri sekarang. Cowok itu tampak sedang memutar-mutarkan kunci mobil di jari telunjuknya.

"Jalan lo bisa lebih cepet lagi gak, sih?!" Teriak Karin sangat kesal. Kali ini Ia benar-benar ingin menjambak rambut cowok itu.

Terlihat Razi tertawa pelan, dan berlari kecil.

"Sewot banget sih, jadi orang itu harus sabar." Ujar Razi santai dan berdiri tepat didepan Karin yang masih menyandarkan punggung nya di badan mobil. Badan cowok itu terlihat basah karna keringat.

"Sabar...Sabar...25 menit! Saya menunggu anda Razi...." Tegas Karin menatap kesal Razi.

"Maafkan daku adinda. Gue abis basket, lagian lo kenapa gak nelfon aja sih?"

"Handphone gue mati! IHHH...." Karin tak bisa menahan emosi nya lagi, kali ini rambut cowok itu benar-benar ditarik nya. Dan membuat Razi meringis.

"Rin, lepas! Ya ampun, lo kemasukan apaan sih? Lagi dapet ya lo?"

Mendengar ucapan terakhir dari Razi membuat Karin teringat sesuatu, melepas rambut cowok itu. Dan menghentakan kakinya kesal. "Udah ah, ayok balik!"

Razi mengusap kepalanya, akibat ulah Karin. "Ya ini, mau balik," ujar cowok itu berjalan menuju pintu kemudi. Lalu masuk ke dalam.

"Katanya mau balik?"

Karin memutar tubuhnya, menghadap ke dalam mobil yang kaca nya diturunkan Razi. Cowok itu sudah duduk di kemudi.

Karin tak menjawab. Hingga membuat Razi gemas, tadi katanya mau pulang dan sekarang malah gak masuk ke mobil. "Lo kenapa sih? Marah sama gue?" Tanya lagi Razi.

Karin menggeleng pelan, menunduk menatap sepatunya.

Razi menghela nafas nya pelan, dan membuka pintu kemudi nya hendak turun.

"Eh, lo mau ngapain?" Tanya Karin cepat.

Razi menghentikan kegiatan nya, masih di dalam menatap Karin lekat. "Mau nyamperin lo,"

"Gak usah!" Tolak Karin mencegah Razi mendekat.

Razi membenarkan posisi duduknya. "Rin, gue bukan paranormal yang tau lo kenapa, tanpa lo kasih tahu."

Karin menggigit bibir bawahnya, ragu ingin memberitahu Razi atau tidak.

"Apa perlu gue gendong?" Ujar Razi usil, Ia tahu pasti setelah ini Ia akan mendapat ocehan dari Karin.

"Gue... gue tembus, Zi." Ucap Karin malu. Ia takut Razi akan menertawai nya.

"Tembus? Tembus pandang?" Tanya Razi bingung.

Karin memutar matanya malas. "Bukan itu dodol. Ish lo mah, gimana ya jelasin nya...." Karin jadi bingung sendiri, padahal ini bukan hal pertama baginya harus memberitahu Razi.

Pertama ketika perempuan itu sedang berolahraga, entah bagaimana cowok itu menyadarinya, Razi yang memang sedang berada di lapangan segera menghampiri Karin dan menarik nya pergi. Lalu ketika cewek itu mendapat menstruasi pertama kali, Razi lah yang mengetahui nya.

Mengginggat itu membuat Karin merasakan panas diwajah nya. Betapa tahu nya Razi segala tentang nya.

"Ya udah masuk aja," Pintah Razi

Karin mengernyitkan kedua alisnya bingung. "Gak mau lah! Nanti kursi mobil lo--,"

Terlihat Razi menatap kebelakang, dan mengambil sesuatu dari kursi belakang. "Nih, pake jaket gue. Gampang, nanti bisa lo cuci." Razi memberikan jaket berwarna coklat tua itu pada Karin.

Ragu. Tapi akhirnya Karin mengulurkan tangan nya kedalam mengambil jaket dari tangan Razi.

Karin segera mengikat kedua lengan jaket itu di belakang pinggang nya.

Sembari menunggu Karin. Razi melepas baju sekolah nya, dan hanya mengenakan kaus putih tadi saja. Seluruh badannya basah karna bermain basket tadi.

Karin sudah duduk disamping Razi. Perempuan itu meletakkan tas sekolah nya dipangkuan, dan mengikat rambutnya tinggi.

"Thank." Ucapnya pada Razi. Dan si cowok pun langsung menaik-turunkan wajahnya. Mereka pun mulai meninggalkan kawasan sekolah, setelah perdebatan yang panjang.****

Vote dan komen nya?
____________________________________

Hai,KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang