Jika yang di depannya sekarang bukanlah sepupunya yang Aaron kenal, lelaki itu pasti mengira Jack sedang berada dalam kasus patah hati.
Walaupun mungkin saja dia patah hati.
"Berhenti menghelah napas kasar, Jack," tegur Aaron sambil tetap fokus pada buku bacaannya. "Kau merusak pemandanganku."
Seakan tidak mendengar ucapan Aaron, Jack malah menghelah napas kasar sekali lagi.
"Jack, diam--"
Dan sekali lagi.
"JACK!"
Jack menoleh ke arah Aaron.
"Apa?"
"Ada apa denganmu? Kau sedang dalam masalah?" tanya Aaron mencoba bersikap tenang.
Pertamanya Jack menggeleng, tetapi melihat tatapan Aaron yang berubah menjadi tajam, Jack akhirnya mengangguk pasrah.
"Kalau aku menceritakannya, kau pasti tidak akan peduli," jedanya, "Aku sangat tahu sifatmu."
Aaron mengernyitkan dahi. Memangnya ada apa?
Tak mau banyak bertanya lagi, Aaron akhirnya mengangkat bahu.
"Kau belum mencobanya."
Oke. Baiklah.
"Adriana, teman sekelasku, dengan seenaknya menyuruhku untuk bertanya sesuatu yang tak masuk akal ke padamu," ucap Jack sambil mengacak rambutnya gusar. "Astaga, bahkan aku ragu menyebutnya sebagai teman. Dia lebih terdengar sebagai majikan tak tahu diri."
Aaron mengangkat sudut bibirnya sedikit.
"Lalu kau menempatkan dirimu sebagai pembantunya?"
Buk!
"Bukan seperti itu, Bodoh! Itu hanya perumpamaan!" Jack berteriak setelah menghantam kakak sepupunya dengan bantal sofa di sampingnya.
"Jangan menyebutku bodoh. Jika kau tidak lupa, sebenarnya umur kita hanya terpaut beberapa bulan. Hanya saja aku lulus di Taman Kanak-Kanak, sedangkan kau--" Aaron tersenyum mengejek. "--Kau memilih bersekolah di Taman Kanak-Kanak selama tiga tahun karena tidak ingin berpisah dengan ayunan merah kesayanganmu itu." Jack berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Dasar anak bodoh."
Jack menggeram.
"Sudah kukatakan berulang kali jika umurku memang belum pantas untuk masuk ke Sekolah Dasar, Aaron Jonathan! Mudah untukmu karena kau lahir di bulan Februari, sedangkan aku lahir di penghujung tahun," cibir Jack padanya. "Lagipula kita sedang tidak membahas masa lalu sekarang. Aku sedang memberitahumu tentang Adriana, bukan?"
Aaron kembali berdecak. "Kau mencoba mengalihkan pembicaraan, huh?"
"Pertamanya kita memang sedang membahas masalahku, in case you forgot."
"Tetapi aku lebih penasaran dengan tragedi 'jatuh-cinta-pada-ayunan-merah' ketimbang masalah kecilmu itu."
"Jika menyangkut soal Adriana, masalah sekecil apapun akan tetap menjadi besar. Kau tidak akan mengerti jika belum bertemu dengannya--"
Aaron mendengus. Memangnya siapa Adriana itu? Ratu Iblis?
"--Aku serius, Aaron. Dia bahkan lebih mengerikan dari Ratu Iblis."
Aaron langsung tersentak.
"Kau bisa membaca pikiranku?"
Jack mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Write On My Red Book?
Short Story❝Jadi kamu adalah murid dari kelas siang?❞ ❝Sayangnya sih, iya.❞ ❝Kamu sangat lucu. Aku Aaron, siapa namamu?❞ ❝Aku Adriana. Senang bisa 'berbicara' denganmu.❞ ❝Yeah, aku juga begitu.❞ Percakapan itu tidak terjadi secara langsung. Mereka saling menul...