Chapter 2

148 14 1
                                    

Reader's POV

Aku membasuh kedua wajahku yang tampak lelah karena tidak bisa tidur. Mataku sembab karena terlalu banyak menangis. Selera makanku hilang sampai- sampai aku tidak sempat makan malam hari ini. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Aku menghempaskan diri di sofa kamar tamu dan menyalakan TV, namun tidak ada satu acarapun yang menarik perhatianku.

Pikiran ini nampak sudah teralihkan oleh kejadian sore tadi. Sial, beginikah rasanya saat mimpi burukmu menjadi nyata. Aku berusaha melupakan semuanya.

Laki- laki itu.... kenapa aku harus bertemu lagi dengannya. Kenapa di saat aku mulai menjalani kehidupanku yang baru? Pertanyaan semacam ini mengganggu pikiranku sejak aku pulang sekolah. Hatiku seolah diremukkan dengan kedatangannya. Brengsek, ..aku sungguh membencinya.

Aku teringat tadi saat dia kembali mengatakan hal itu. Apa yang dia inginkan? Setelah menghancurkan perasaanku di masa kecil dan melemparku jauh dari kehidupannya, sekarang dia kembali muncul di hadapanku?

Aku memeluk bantal sofaku dengan erat, memejamkan mata untuk memutar kembali kenangan masa lalu. Beberapa hal yang masih aku ingat dengan samar- samar. Percakapan kami waktu kecil, namun tetap saja rangkaian ingatan itu tidak bisa kembali utuh karena.... sejak kejadian itu aku kehilangan beberapa memori yang penting.

"Salam kenal, namaku [Name]... namamu?"

Aku tidak ingat dimana dan kapan saat aku menanyakan hal itu kepadanya

"Aku calon tunanganmu,kan"

Aku tidak ingat kapan bertunangan dengannya. Bagaimana itu terjadi juga aku tidak tahu.

Warna mata dan rambutmu indah...aku sungguh iri kepadamu"

Seingatku warnanya merah namun tentang iri.. Aku tidak ingat kenapa aku iri kepadanya

'Nee, Sei-kun.... Apa kau menyukaiku?"

Aku memanggilnya Sei-kun..namun aku tidak ingat nama keluarganya...

"Arrrghhh!" Aku menggaruk kepalaku keras-keras. Pusing sekali. Beginikah rasanya menjadi orang tidak bisa mengingat sesuatu yang penting. Bahkan beberapa memori masa laluku yang tidak ada hubungannya dengan dia juga hilang. Tapi kenapa kata- kata terakhirnya itu saja yang mampu aku ingat, bagian yang paling menyakitkan. Seolah hati mengontrol pikiran yang sudah lupa ini untuk tetap menyimpannya secara permanen. Sial, aku benci keadaan seperti ini! Ini semua salah dia!

Aku bangkit dari sofa dan menuju ke sebuah cermin besar yang tergantung di dinding. Aku menatap dalam penampilanku sekarang. Aku sudah tidak seperti yang dulu lagi. Aku sudah banyak melampaui hal- hal yang menyebalkan semenjak kejadian itu. Aku sudah berusaha menjadi diriku yang baru.

.

"Aku... sangat membenci.... Dirimu yang terlalu sempurna itu...."

.

"Tidak, tidak ada lagi diriku yang kau anggap sempurna itu. Tidak akan ada lagi orang yang akan kau benci. Aku yang sekarang adalah diriku yang aku inginkan. Seorang gadis biasa, dengan semua hal yang biasa. Ya, aku lebih bahagia sekarang. Aku tidak akan membiarkan dirimu menyakitiku .. Sei-kun... tidak, Akashi! Besok jika aku melihatmu, aku akan menganggapmu orang asing dan kita tidak pernah ada hubungan lagi!"

Aku memantapkan perasaanku setelah mengucapkan semua itu dengan lantang di hadapan cermin. Tak disangka rasa ngantukpun datang, mungkin perasaan stress itu akhirnya sedikit berkurang. Aku memutuskan mematikan TV dan semua lampu untuk kembali mencoba tidur. Berharap besok akan menjadi hari yang lebih baik buatku.

Perfection YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang