.
.
Reader POV
Hujan gerimis turun membasahi jalanan yang aku lalui. Tidak ada satupun orang yang kulihat lewat di sekitarku. Aku tidak membawa payung, jadi kubiarkan tetesan air itu menyentuh tubuhku. Baguslah, setidaknya tidak akan ada yang bisa membedakan air yang tidak jatuh dari langit dengan yang keluar dari kelopak mataku.
Perih.
Begitulah rasa yang menyebar dalam hatiku saat ini. Kepala ini mencoba menghilangkan ingatan tentang kejadian tadi , namun tidak bisa.
Sakit.
Dadaku sesak tidak sanggup lagi menahan emosi yang bercampur aduk. Dia, orang gila itu, datang dan seenaknya melakukan semua itu kepadaku.
" Lupakan game itu, ...aku yang akan mengajarimu tentang cinta"
Cinta? Bukankah kamu sendiri yang dulu melenyapkan apa yang kau sebut dengan cinta itu. Di saat semua inderaku hanya peka oleh kehadiranmu, berharap kau akan menyadari dan merasakan apa yang aku rasakan, kau mencampakkannya begitu saja.
"Aku... sangat membenci.... Dirimu yang terlalu sempurna itu...."
Dulu kau mengucapkan kata- kata itu tanpa sedikitpun kau membalikkan badanmu. Aku tidak bisa membaca wajah dan isyarat yang tersirat dari matamu. Saat itu hanya mendengar kumpulan kata itu, aku serasa tidak mampu untuk memijak bumi lagi.
"[Name].. Ini kedua kalinya kita berciuman seperti ini... apa kau ingat"
Mencium? Kedua kalinya?
Aku menyentuh bibir ini dengan jemariku, masih ada rasa lembut bibirmu terbias disini. Terulang bagaimana hangatnya kau menyentuhnya tanpa sedikitpun kau membuka matamu. Seolah kau menikmatinya atau memang menginginkannya? Brengsek! Aku tidak ingin memikirkannya lagi. Kau bilang kedua kalinya menciumku seperti ini? Kapan aku menciummu dulu? Apakah dulu aku semarah ini saat merasakannya? Sekali lagi aku mengutuk ketidakberdayaanku akan ingatan yang kacau balau ini.
Aku berlari sekencang mungkin menembus gerimis. Tas sekolah kupeluk erat di dada. Aku harus melindungi buku- buku sekolah dan handphone yang ada di dalamnya. Konsol game-ku? Bodohnya aku, saat kejadian itu yang aku ingat hanya menampar dengan keras pipinya dan kabur sejauh mungkin. Konsol itu mungkin sudah diangkut oleh truk sampah. Sia- sia usahaku bertanding tadi. Aku berdoa semoga Kise tidak melihat hal yang terjadi tadi. Aku benar- benar diterpa kesialan hari ini.
Aku berteduh di minimarket dekat apartemenku. Hujan semakin deras saja. Khawatir akan lebih basah dari sekarang, aku memutuskan masuk ke minimarket itu dan membeli payung. Sempat aku terdiam di depan rak tempat payung beberapa detik. Tersisa 2 payung, warna hitam dan merah. Aku menyipitkan mata melihat warna merah itu. Sejak kejadian kemarin aku membenci warna merah. Aku melirik payung hitam polos dengan gagang kayu coklat. Warna hitam cocok denganku, mencerminkan hidupku yang semakin suram oleh dia. Grrr... orang gila! Suatu saat aku akan membuatmu menderita! Akan aku buat wajahmu yang sombong itu memar oleh tinjuku ini. Tunggu saja! Aku meninju ke arah udara sampai- sampai tidak menyadari, beberapa orang di sekitarku langsung menjauh seolah aku ini orang aneh.
Saat aku membayar di kasir, tanpa sadar beberapa barang yang tidak tahu kapan aku mengambilnya, terletak di keranjang belanjaan. Beberapa snack, minuman, payung, perban, antiseptik. Oke, snack dan minuman ini diambil mungkin karena jiwaku sebagai cewek, yang kalau emosi suka makan banyak. Tapi apa pula perban dan antiseptik ini? Apa kepala ini sudah mulai rusak, mau menambal luka hati dengan alat medis? Tidak mau ambil pusing , aku segera membayar semuanya. Anggap saja aku men-stok alat medis di masa depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection You
RomanceKembali ke kota dimana segala kenangan buruk masa lalu tersimpan, kau bertahan untuk bisa bertemu dengan idolamu, Kise Ryouta. Namun tidak disangka masa lalu itu tidak mudah meninggalkanmu begitu saja. Kuroko no basuke fanfiction Disclaimer : Fujim...