1

1.4K 59 2
                                    

"Hey, nona, berjalanlah dengan benar!"  Ujar seorang pengendara mobil yang hampir saja menabrakku.

"Maaf!" Aku menundukkan kepalaku berulang kali. Halo, pembaca. Namaku adalah Kim Jiwon, dan ini adalah hari interview untuk menjadi pembaca berita di salah satu stasiun TV terbesar di Korea Selatan, KNB (Korean News Broadcasting). Dan seperti yang kalian sudah ketahui, aku adalah orang yang cukup ceroboh. Hmp, aku tidak akan melawan pernyataan itu. Beginilah diriku selama 22 tahun aku hidup.

Berjalan memasuki bangunan yang sangat besar ini, jantungku berdegup terlalu kencang aku khawatir seseorang bisa mendengar degupannya. Menggenggam tasku erat-erat, aku menekan tombol lantai 30 di lift. Aku baru sadar tanganku gemetaran. Gemetar ditambah dengan keringat dingin, aku bisa-bisa berakhir di rumah sakit dan bukan di ruang interview.

Pintu lift terbuka dan menampilkan orang-orang yang sepertinya akan menjadi sainganku dalam perebutan posisi ini.

Menjauh dari kerumunan, aku membuka laptopku dan mencoba memikirkan berita apapun yang terlintas dipikiranku. Argh! Sulit sekali untuk fokus di tempat seperti ini..

Interview perorangan akan dimulai pukul 09:00 dan sekarang sudah pukul 08:55. Aku menyapu-nyapu dadaku, mencoba untuk menenangkan pikiran dan diriku, serta mengulang kalimat "semuanya akan baik-baik saja", walaupun anything can happen and I know that.

"Nomor 271."

Aku menelan bongkahan kecil di kerongkonganku. Itu namaku.

Dengan langkah kecil kudatangi ruangan interview. Kakiku bagaikan jelly yang bisa jatuh kapan saja. Terjatuh dan mempermalukan diriku sendiri adalah hal paling terakhir yang ingin kulakukan disini.

Membuka gagang pintu yang dingin menampakkan seorang pria dengan setelan jas hitam rapih dan rambut yang tertata secara stylish, tetapi masih terkesan youthful. Pundaknya besar dengan punggung yang bisa dibilang 'sexy', mataku tidak bisa berhenti mengobservasi keindahan itu.

"Kim Jiwon-ssi? Silahkan duduk." Aku spontan terkaget mendengarnya bicara. Tuhan baru saja menyadariku bahwa kesempurnaan di hadapanku bukanlah sebuah robot.

"Perkenalkan, namaku Oh Sehun. Aku akan memberimu interview hari ini." Lelaki itu terduduk di kursi putarnya dan menghadapku, kedua mata cokelatnya menatapku tajam.

"N-namaku Kim Jiwon."
"Ya, aku tahu."

Aku menepuk dahiku malu, aku juga tahu bahwa dia sudah mengetahui namaku.. Jiwon bodoh!

"M-maafkan aku, Oh S-Sehun-ssi." Kata-kataku semua tersendat tidak karuan. Lelaki tampan membuatku lemah.

Sehun terkekeh pelan dengan tangannya mengepal di mulutnya, "Santai saja, Jiwon-ssi. Aku tidak akan memakanmu."

"Hahaha.." Tawaku terdengar tidak ikhlas.

"Baiklah, sekarang kita serius." Pose duduknya berubah, dia memajukan tubuhnya dan menaruh kedua sikunya di pahanya dengan jari-jari terlipat. Aku menelan ludah sembari mengulang-ulang beberapa informasi penting di kepalaku yang mungkin saja dia tanyakan.

"Pertanyaan pertama dan terakhir, apakah kau bersedia menjadi istriku?"

Eh

APA??!!

"Emm..maaf, tapi.. Aku kurang mengerti apa yang kau sampaikan.." Aku menggaruk kepalaku yang bahkan tidak gatal.

"Pertanyaanku sesimpel itu, Jiwon-ssi. Bersediakah kau menjadi istriku?" Sehun mengulangi kata-katanya, very loud and clear.

Aku ingin menampar diriku sendiri sekarang.

Setengah dari diriku berharap aku salah dengar tapi setengah yang lain berharap ini bukanlah mimpi.

"Jiwon-ssi?"

"Ya!" Aku terhentak saat suara rendahnya memanggil namaku.

"Jadi, kau sudah buat keputusan?"

"Aku..aku rasa ini terlalu mendadak! Aku butuh.. beberapa waktu.." Aku mengalihkan pandanganku darinya, mungkin untuk menghindari tatapan tajamnya mengupas seluruh isi pikiranku.

Sehun mendadak berdiri dari kursinya dan melangkah perlahan kearah pintu. Sementara berdiri dihadapan pintu, terdengar suara pintu yang terkunci. Aku terkunci berdua dengan Oh Sehun?! Aku bingung harus senang atau takut..

Dia berbalik menghadapku dan melempar kunci pintu di tangannya ke luar jendela.

"Y-YAH!! Kenapa kau melakukan itu?! Kita akan terkunci disini!" Ucapku dengan panik.

Sehun kemudian perlahan berjalan kearahku, tangan kanannya melonggarkan ikatan dasi merahnya, dan membuka kancing kerahnya; mengekspos collar bone and a little bit of his firm chest. Aku tidak bisa berargumen dengan fakta bahwa Sehun is a sexually attractive man.

"Aku butuh kepastian. Dan kau tidak akan pergi dari sini sebelum kepastian itu kudapat."

Arrogant (osh ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang