2

992 53 3
                                    

"Bagaimana kau meminta kepastianku untuk menikahimu atau tidak jika kita baru mengenal satu sama lain 5 menit yang lalu?!" Aku berdiri dan berteriak frustrasi.

"Waktu hanyalah angka. Itu tidaklah penting. Yang penting adalah apakah kamu mau atau tidak." Sehun mendekat dan duduk diatas meja kerjanya dengan dadanya terbuka lebar untuk kenikmatan mataku.

"Jadi pilihan apa saja yang aku punya?" Aku melipat kedua tanganku dan bersandar ke sofa.

"Hmm.. Yang pertama, 'Iya, Aku bersedia', yang kedua 'Tuan Oh Sehun tolong nikahi aku!', dan yang ketiga 'Aku adalah properti Tuan Oh Sehun'." Dia memaparkan senyum manis seperti anak kecil yang melakukan aegyo. Aku menghembuskan nafas panjang.

"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain.. Dan ada apa dengan 'TUAN' Oh Sehun? Kata itu sangat tidak diperlukan." Tanggapku yang lelah akan keanehan ini.

"Baiklah, bagaimana dengan 'Sayang'? Tidak terdengar buruk kan?" Dia menyeringai dengan bangga. Tatapannya seperti sedang menjahiliku dan aku tidak suka.

"Ternyata 'Tuan' itu lebih baik." Jawabku sesingkat mungkin. Sehun tertawa lepas sesaat, and omg he laughs like an angel. Kalau dia tidak memiliki sikap aneh ini mungkin aku sudah jatuh cinta.

"Ucapkan!" Sehun berbicara.

"Ucapkan apa?" Tanyaku.

"Jawabanmu."

Dengan suara beratnya dia mengucapkan 1 kata itu, di dalam hati aku menjawab 'Ya' karena dia sangat menawan, tapi...

"Tidak..aku tidak bisa melakukan ini.." Aku menggelengkan kepalaku. Wajahnya terlihat kecewa tiba-tiba, aku tidak mengira dia akan berwajah begitu.

"Kenapa?" Tanyanya dengan lembut.

Oh Sehun ini berbeda sekali dengan Oh Sehun 1 menit yang lalu. Perubahan ini terlalu drastis untuk kutangani.

"Kita akan menikah tanpa alasan yang jelas! Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.."

"Aku serius." Jawabnya tenang. Dia baru saja memotong kata-kataku tapi entah kenapa aku tidak bisa melanjutkannya lagi.

Kedua mata bulatnya seakan menceritakan seluruh dunia, dan menarikku untuk menemaninya di dalam dunia itu.

Dia turun dari mejanya dan melangkah padaku, "Tidak ada saat dalam 30 menit perbincangan kita dimana aku tidak serius."

Aku hanya bisa terdiam membisu menengar kata-katanya.

"Aku tidak akan menganggap enteng keputusan ini." Ucapnya lagi secara perlahan. Aku mendongak dan menatap wajahnya, "Tapi.. Untuk apa pernikahan ini dilakukan?"

Dia berjongkok, menyederajatkan wajahnya danganku,

"Apakah sebuah 'Aku Cinta Padamu' tidak cukup?"

Kedua mataku membesar. Serasa terbawa akan arus pesonanya, aku terus menerus terjatuh dalam kalimat-kalimat manisnya.

"Tidak." Aku ucapkan dengan tegas. Aku harus bisa mengontrol diriku dan terus berada di jalan yang benar dan terencana.

Sehun berdiri perlahan dan berputar membelakangiku. Dia melepaskan nafas panjang.

"Kalau begitu..

Aku akan menunjukkan sesuatu yang lebih dari sebuah 'Aku Cinta Padamu'."

Arrogant (osh ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang