part 10

1.3K 76 0
                                    

Pulang sekolah aku disuguhkan dengan pemandangan yang menampilkan sosok pria yang sejak kali pertama bertemu telah membuatku jengkel,sosok itu kini sedang bersenda gurau dengan si ayah entah apa yang tengah mereka perbincangkan hingga tak menyadari bahwa aku telah pulang.

"Assalamualaikum Rana pulang" ucapku sembari mengecup tangan ayah,dari sudut mata aku mengetahui bahwa Indra sedang memperhatikan setiap gerakanku saat ini.

Ya,pria yang sedang duduk di depan ayah dengan senyum khasnya itu adalah Indra atau perlu kah ku panggil Alien?!

"Waalaikumsalam,anak ayah baru pulang kok sore banget nak?" Tanya ayah,memang sebenarnya aku tadi habis kencan dengan Bima makanya aku terlambat pulang tapi aku tidak mungkin untuk mengatakan itu maka dari itu aku berbohong pada ayah.

"Iya yah,tadi Rana masih ada kerja kelompok di rumah Aya" dustaku.

"Ooh gitu,yaudah kamu sekarang ganti baju habis itu turun temenin si Indra jalan-jalan" aku kontan ingin menolak permintaan ayah itu aku namun belum sempat aku bersuara ayah malah melanjutkan perkataannya.

"Ayah gak terima penolakan udah sana ganti baju" titah ayahku,kalo sudah seperti ini keputusan ayah sudah tidak bisa diganggu gugat lagi lantas akupun berjalan gontai ke kamar dan berganti baju dengan baju yang se simple mungkin untuk apa pula aku berdandan cantik hanya untuk alien itu.



"Ran kita mau kemana?" Tanya Indra sambil menoleh ke samping kiri dimana Rana duduk di sampingnya.

"Ke Jonggol!" Jawab Rana judes.

"Ngegas amat neng,tiati nabrak ntar loh" ucap Indra dengan nada yang dibuat buat.

"Emang gue pikirin!" Ucap Rana dengan nada kesal yang di tanggapi Indra dengan gelak tawa.

Keadaan kembali sunyi,namun tidak lama karena suara ponsel memecah keheningan itu.

"Waalaikumsalam,ada apa kak?" Ucap Rana,yang sedang meneleponnya adalah Bima.

"Yaahhhh...gak bisa kak aku lagi keluar" ucap Rana kecewa.

"Maaf ya,next time aja aku lagi keluar sama ayah soalnya" bohong Rana.

"Iya maaf ya,yaudah assalamualaikum",kemudian telepon itu terputus.

Indra melirik kearah Rana namun tetap fokus pada jalanan di depannya.

"Siapa yang nelpon?" Tanya Indra dengan nada yang terdengar serius.

"Penting banget ngurusin hidup orang ya!" ucap Rana,

"Jangan terlalu benci ntar kebablasan jadinya malah cinta loh"

"Gak akan!!" Jawab Rana ketus.

"Kita liat aja nanti,hati manusia itu berubah-ubah kamu gak tau kan siapa tau aja aku diam-diam lagi berusaha nikung kamu lewat sepertiga malam" Indra berucap dengan santai tanpa tau bahwa sebagian kecil hati Rana bergetar karena ucapannya.

Suasana didalam mobil terasa sangat canggung setelah percakapan itu,tidak ada yang membuka suara hingga Rana  memberanikan diri untuk membuka suara.

"Aku laper,kita makan dulu di depan sana ada restoran yang menunya enak-enak" jelas Rana.

"Oke,aku juga laper sih hehe" jawab Indra dengan cengirannya khasnya seakan suasana yang tadi sempat mencekam telah menguap.

"Dasar alien"

"Siapa yang kamu sebut  alien?" Tanya Indra.

"Ya kamu siapa lagi,makhluk teraneh yang pernah aku temui seumur hidup" jelas Rana dengan acuh tanpa melihat kearah Indra.

"Asal kan ngomongnya,dulu aja pas kecil ngomongnya sayang sama kak Indra pengen jadi istrinya kak Indra dasar cewek" ucap Indra santai disertai tawa yang renyah.

"Aku gak pernah ngomong gitu" kukuh Rana.

"Boleh aja kamu gak ingat tentang kenangan kita dulu,asalkan sekarang aku gak kehilangan kamu aku gak masalah untuk bikin kenangan yang baru bareng kamu" ucapnya sambil tersenyum.

Lagi-lagi Indra berhasil membuat perasaannya melambung ke atas awan samar Rana tersenyum tipis,namun dengan cepat Rana tepis perasaan aneh itu dengan terus mengingat bahwa dirinya kini telah memiliki Bima.

"Aku udah punya pacar,aku gak akan pernah bisa cinta sama kamu jadi jangan berharap sama aku deh!" Rana berucap dengan nada tegas

"Aku tau kok,kalo kamu gak suka aku itu urusanmu tapi jangan pernah suruh aku untuk jangan cinta kamu karena selama 20 tahun ini kamu nggak tau gimana hidupku tanpa kamu,sekarang aku bisa deket gini aja sama kamu aku udah seneng banget Ran hehe..kamu boleh anggap aku orang aneh tapi setiap kamu butuh seseorang buat bersandar jangan sungkan buat hubungin aku karena aku akan selalu siap siaga untuk kamu kapanpun itu pegang ucapan aku ini" ucap Indra dengan nada yang benar-benar serius terdengar tidak ada satupun kebohongan di dalam ucapannya itu membuat hati Rana merasa tidak enak karena bersikap kasar padanya namun Rana tidak mampu membalas ucapan Indra dan memilih mengalihkan pandangannya pada kaca mobil yang menampilkan jalanan.

Mobil sampai di restoran yang ditunjuk Rana,mereka berdua memasuki restoran itu dan memilih tempat duduk yang terletak di pojok dan menghadap ke arah jalanan, setelah memesan mereka terdiam lagi untuk kesekian kalinya.

"Kamu ingat gak Ran dulu kamu pernah aku ajarin naik sepeda?"

Rana berpikir sejenak,"jadi anak laki-laki yang gendong aku waktu aku jatoh dari sepeda itu kamu?" Tanya Rana

"Akhirnya inget juga,iya itu aku waktu itu kamu kukuh banget minta ajarin naik sepeda awalnya sih kamu stabil naik sepeda itu tapi waktu ada belokan kamu gak bisa belokin sepeda itu dan akhirnya kamu jatuh dan karena kamu nangis terus aku akhirnya gendong kamu sampe rumah" jelas Indra panjang lebar.

Wajah Rana memerah mendengar penjelasan Indra,kemudian dengan suara yang sangat pelan Rana mengucapkan terimakasih pada Indra diiringi dengan sebuah senyum tulus.

Indra tertegun,pasalnya baru kali ini sejak pertemuan mereka Rana menunjukkan senyuman tulus untuknya hatinya menghangat menatap senyuman gadis itu. "Iya sama-sama,jadi apa kamu bersedia jadi temanku mulai sekarang?" Tanya Indra dengan tangan terulur dihadapan Rana.

Sejenak terdiam akhirnya Rana bersedia memberikan tangannya dan berjabatan dengan Indra, pikir Rana tak apa berteman dengan alien ini toh sebenarnya Rana juga yakin bahwa Indra adalah laki-laki yang baik bahkan Indra selalu menjadi penolongnya dari waktu dirinya kecil maka tak ada salahnya bukan jika membangun kembali pertemanan itu lagi sekarang.

Indra tersenyum bahagia saat Rana menyambut tangannya yang terulur Indra berharap bahwa semuanya akan membaik kedepannya.

Berjarak beberapa bangku dari tempat duduk Rana dan Indra terdapat seorang pria yang tengah menatap keduanya lekat sembari mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya terlihat memutih,pria itu tidak mengindahkan ocehan perempuan di depannya yang tengah mengoceh dada pria itu sudah terbakar melihat gadisnya tersenyum pada pria lain bahkan sebelumnya gadisnya itu telah tega membohongi dirinya.

Kirana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang