Angin musim semi menjatuhkan dedaunan yang gugur di sebuah taman kota. Di salah satu bangkunya, ada seorang pria tengah menunggu seseorang dengan pakai serba tertutup. Namanya Rendiko Adam.
Rendiko Adam? Rendi yang personel Band terkenal itu? Rendi yang vokalis The Fight?
Iya bener. Dia Rendi yang itu. Sedang menunggu pacarnya karena sudah lama pascatour keliling Indonesia dengan bandnya, mereka tak berkencan.
"lama ya?" Rendi mengalihkan matanya dari menatap dedaunan jadi menoleh ke sumber suara.
"hei... Belum kok, baru kira-kira dua jam lalu lah-aw!" Rendi mengusap-usap lengannya yang dicubit oleh Delis, cewek itu melotot ke arah Rendi lalu mengambil duduk disebelah Rendi.
"becanda Lis.."
"basi banget, kamu dua jam lalu aja masih tidur huuu...." Delis tertawa lalu menyandarkan kepalanya di pundak Rendi.
"Ren..."
"hmm..."
"kamu serius gak sama aku?" tanya Delis sambil menatap lurus ke depan. Mendengar itu, Rendi menoleh lalu tersenyum sambil mengusap-usap kepala Delis.
"kalo gak serius mah nggak sampe dua tahun lebih gini Lis." canda Rendi.
"aku serius Ren" Delis mendongak, menatap sepasang mata Rendi lalu menjauhkan tubuhnya dari Rendi. Kini ia duduk menyerong ke arah Rendi.
"aku serius sama kamu Lis. Ada apa sih?" tanya Rendi melihat gelagat Delis yang tak tenang.
"terus hubungan kita ke depannya kamu mau gimana?" tanya Delis to the point.
Rendi mengerutkan kening lalu menegapkan punggungnya, "maksud kamu?"
"iya, kita udah dua tahun lebih, aku udah dewasa kamu juga udah dewasa. Maksud aku, apa rencana kita ke depan? Tentang kita." ucap Delis mencoba memberi pemahaman.
"ya aku mau nikah sama kamu lah Lis. Aku mau kalau bangun pagi ada kamu, aku manggung ada kamu, aku ngelakuin semua hal bareng kamu. Aku lagi nabung buat biaya aku lamar kamu, terus-"
"kamu siap pindah keyakinan demi aku?" pertanyaan Delis menghentikan kalimat yang akan di lontarkan Rendi.
"pindah keyakinan?" monolog Rendi. Delis mengangguk lalu menghela nafas.
"iya, kita nggak mungkin kan ke Masjid buat ijab kabul lalu habis itu ke Gereja buat sumpah di atas Altar?" ucap Delis memperjelas keadaan mereka.
"ya emang kamu mau menikah sekarang? Nggak kan. Masih ada banyak waktu Lis, ikutin arus aja" sahut Rendi santai membuat Delis berhenti menyandar pada punggung kursi.
"maksud kamu, kamu belum siap nikah?" tembak Delis.
"aku siap nikah sama kamu. Tapi nggak sekarang. Mungkin dua atau tiga tahun lagi Lis."
"aku yang gak siap nunggu dua atau tiga tahun lagi Ren! Kamu pikir usia aku sekarang berapa? Kamu pikir aku pacaran sama kamu untuk apa?" cecar Delis
"Lis, denger dulu-"
"nggak, kali ini kamu yang denger. Ren, dari awal tujuan aku bangun komitmen sama kamu untuk menikah, bukan untuk main-main. Usia aku nambah, kamu juga. Dunia hiburan gak selamanya bikin kamu eksis Ren, pikir ke depannya." Delis berujar panjang lebar. Ia terengah lalu kembali menyandar pada punggung kursi.
Hening melanda keduanya. Sayup-sayup suara klakson mobil dan motor bersahutan di kejauhan. Di ufuk, matahari pelan-pelan mulai terbenam. Lampu-lampu taman mulai menyala perlahan.
"kita gak bisa." ucap Delis tiba-tiba.
"maksud kamu?"
"ya semua ini.. Aku tanya, kamu siap ngelamar aku empat bulan lagi?" tembak Delis.
"Lis..."
"aku tanya, kamu siap pindah keyakinan kamu demi aku?"
"Delis...."
"aku tanya, kamu siap ngga?" Rendi mendesah lalu mengusap wajahnya.
"kamu gak siap kan? Kamu gak siap dengan semua ini. Terus, buat apa kita lanjutin Ren? Kita cuma buang-buang waktu"
"sayang aku ke kamu bukan sekedar main-main Delis" ucap Rendi tajam.
"i know! But, what should i do now? Aku harus nunggu dua tiga tahun lagi?" ucap Delis dengan suara bergetar.
"kamu sendiri, kamu siap pindah keyakinan demi aku? Kenapa harus aku yang ikut kamu dan bukan kamu yang ikut aku?" Delis terdiam. Ia menatap lamat-lamat wajah Rendi lalu menggeleng seraya mengusap wajahnya.
"kita benar-benar buang-buang waktu. Dari awal kita tahu kalau hubungan ini nggak akan ada ujungnya. Aku nggak akan pindah keyakinan demi kamu dan begitupun sebaliknya. Kita cuma ngabisin waktu bersama tanpa bisa sama-sama" ucap Delis panjang lebar. Ia kembali menatap Rendi dengan tatapan yang sulit diartikan.
"jangan coba-coba Lis..." Rendi tahu arti tatapan itu.
"kita udahin aja Ren permainan ini." dan rasanya dunia Rendi runtuh seketika.
"tapi aku sayang kamu Lis! Kamu nyerah sama hubungan kita iya? Kamu gak yakin kalo kita bisa sama-sama? Aku pasti bakal bahagiain kamu!" bentak Rendi mulai habis kesabaran.
"sayang aja nggak cukup untuk bikin kita berpindah Ren. Terus ngapain dipaksain kalo toh hasilnya akan sama aja? Kita sama-sama bertahan dengan keyakinan kita, kita udah tau ujungnya bakal gimana nanti, untuk apa kita bertahan kalo sama-sama menyakitkan Ren?" setetes airmata jatuh di pipi Delis.
"jadi segini aja? Segini aja perjuangan kamu? Kamu nyerah?" cecar Rendi masih belum mau mengerti.
"kenyataan yang buat aku nyerah Ren! Kamu sadar gak sih? Semesta nggak setuju sama hubungan ini. Kenapa kita harus ngotot berjuang? Aku juga nggak mau maksa kamu untuk ikut aku dan aku juga tau kamu gak akan maksa aku ikut kamu. Kita nggak bisa Ren. Sesuatu yang terpaksa bukanlah cinta, tapi egoisme ingin memiliki!" Delis terengah-engah. Belum pernah mereka bertengkar sehebat ini.
"tapi aku cinta sama kamu! Semua yang aku lakuin, aku bahkan tetep disamping kamu saat fans-fans aku mencecar hubungan kita. Aku gak pernah ninggalin kamu Lis!" Rendi mengacak rambutnya frustasi.
Delis menghela nafas lalu meraih tangan Rendi. "terimakasih, tapi sejujurnya kamu juga tahu kan Ren? Kita nggak akan bisa sama-sama karena takdir nggak menginginkannya."
"Ren, kita putus aja ya..."
Dua tahun kemudian
Rendi menatap layar ponselnya. Ada pesan masuk dari Fadil teman satu bandnya.
Fadil
Ren, Delis bulan Agustus mau nikah. Udah saatnya lo lupain dia.Rendi mengusap wajahnya lalu melempar ponselnya ke sofa sebelah. Sayup-sayup iamendengar lagu dari radio yang membuatnya tersentak.
Cukup cukup cukup sampai disini saja
Kita takkan bisa lanjutkan semua
Move on move on move on
Jangan kau ganggu aku
Ku coba mulai hidup yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memorable Park
Random-First challenge by spring's member- Adakah dari kalian yang mempunyai kenangan dengan sebuah taman? Sebab inilah kisah tentang taman yang penuh kenangan menurut member Spring...