Gema Cinta dan Suara Hati

2.9K 174 28
                                    

Universitas Stuttgard, Germany.

Radit menatap tulisan itu selama beberapa menit. Disinilah dia akan kuliah nantinya. Radit memutuskan untuk mencoba mengikuti test penerimaan mahasiswa baru di Universitas ini.

Ini bukan pilihan yang mudah bagi Radit. Kuliah di Jerman berarti ia, ibunya dan Naya bisa kembali berkumpul bersama ayahnya. Namun di sisi lain, ini berarti, ia harus menjalani Long Distant Relationship dengan Ardi.

How's your day? Gue lagi di univ sekarang. -- Radit mengirim pesan melalui whats app ke Ardi.

Pesan itu sudah dibaca oleh Ardi. Namun sepuluh menit menunggu, Radit tidak menerima balasan apapun.

Sejak Radit memutuskan untuk berangkat ke Jerman, Ardi lebih banyak diam. Bahkan saat mengantar ke bandara pun, Ardi tidak bicara sepatah kata pun.

Di benua lain, sang kekasih, Ardi sangat tidak menikmati liburan, bersama keluarganya, di Jepang saat ini. Rasanya ia ingin sekali menyusul Radit ke Jerman. Berhari-hari, ia memikirkan kemungkinan dirinya untuk ikut Radit kuliah di Jerman. Namun, berbagai pertimbangan membuatnya masih belum yakin untuk mengutarakan keinginannya itu pada kedua orangtuanya.

Ardi hanya menatap layar ponselnya dalam diam. Membaca pesan singkat dari Radit membuatnya semakin ingin bertemu Radit. Lagu Let Her Go dari Passengger, yang sedang mengalun di telinganya, membuat Ardi semakin kalut.

Haruskah ia melepaskan Radit? Sanggupkah ia dan Radit menjalani LDR?

***

"Ayah seneng banget tahun ini bisa berbuka puasa bersama kalian." Ucap Ayah Radit saat mereka sedang menyantap masakan ibu Radit.

Radit melihat Naya sedang makan dengan lahapnya. Ibunya pun tersenyum ceria. Radit ikut tersenyum, namun hatinya tidak sepenuhnya bahagia. Ada yang terasa hilang dari dirinya. Selama makan malam, Radit lebih banyak diam.

Selesai makan, Radit pamit, masuk ke kamarnya di sebuah apartemen kecil, yang sudah disewa ayahnya. Ia mengecek ponsel, Ardi sama sekali belum membalas pesannya. Radit memutuskan untuk mencoba menghubungi Ardi.

"Hai Di. Bisa ngobrol?" Tanya Radit ketika panggilan telepon melalui aplikasi whatsapp nya diangkat.

Ardi diam. Ia menutup matanya sebentar. Menghirup udara, mencoba meredam rasa yang bergemuruh.

"Masih marah sama gue?" Tanya Radit.

"Gue engga tahu harus apa, Dit. Ini baru hari kedua kita pisah, tapi gue bener-bener kayak hilang arah. Semangat gue rasanya menguap entah kemana. Dan sekarang denger suara lu bikin gue semakin kangen sama lu, Dit. Banget."

Radit diam. Sejujurnya, ia juga sangat merindukan Ardi.

"Pasangan lain bisa Di. Kita juga pasti bisa. Asalkan kita sama-sama mau berjuang dan berusaha buat bertahan." Ucap Radit.

Ardi mendengarkan Radit.

"Semuanya tergantung gimana kita jalaninnya. Kita ada di satu rumah pun hubungan kita belum tentu bisa berhasil,"lanjut Radit.

Ada jeda sejenak. Hanya terdengar suara napas kedua pemuda ini.

"Jangan pesimis dulu. Jangan dibayangin beratnya dulu. Kita jalanin aja. Lu sendiri yang bilang ke gue waktu di rumah pohon, inget?"

Ardi kembali teringat kata-katanya sendiri.

Mereka sama-sama diam lagi.

Radit sangat berharap Ardi bisa mengerti. Radit mencoba meyakinkan dirinya, terus berpikir positif, dan berusaha percaya bahwa Ardi tidak akan menyerah.

Good Morning CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang