Album kenangan dan Cerita masa depan

1.8K 132 46
                                    

"Belok kiri, Di! Rumah kedua dari ujung, yang pagar kayu." Radit mengarahkan Ardi.

Mereka sedang menuju ke rumah Riana.

"Masih ingat dengan jelas, Dit?"

Radit menoleh pada Ardi. Terdengar jelas bahwa pertanyaan itu bukan pujian. "Ingatan gue emang bagus, Di. Gue juga masih ingat tempat persembunyian kita waktu sd dulu."

Ardi diam sampai mereka tiba di depan rumah Riana.

Sembari menunggu Riana, memori masa lalu kembali hadir di benak Radit.

Dulu, ia sering ke rumah ini. Beberapa tahun yang lalu, di teras rumah itu, Radit sering mengiringi lantunan suara merdu Riana dengan petikan gitarnya. Sesekali Radit ikut bernyanyi.

Tidak banyak yang berubah dari rumah ini. Sederhana, asri dan hangat. Mirip dengan rumahnya.

Riana keluar dari rumah, membukakan pintu pagar.

"Hai! Sudah lama ya? Maaf ya, tadi aku di kamar."

Radit menatap Riana. Gadis di hadapannya sedikit berubah. Riana lebih cantik, lebih anggun dan lebih dewasa. Rambutnya diikat satu ke belakang. Tubuh rampingnya dibalut kemeja lengan pendek bermotif bunga-bunga kecil dipadukan dengan celana jeans biru navy.

Ardi memperhatikan Radit yang tampak terpana. Ada rasa nyeri di hatinya. Ardi ingin menarik Radit pergi dari tempat ini. Ardi tidak ingin Radit bertemu lagi dengan Riana. Tapi melarang Radit bertemu Riana bukanlah cara terbaik. Radit bisa saja bertemu Riana tanpa sepengetahuannya. Dan kemungkinan terburuknya, Radit bisa memutuskan hubungan mereka karena dirinya yang terlalu posesif.

"Dit!" Panggilan Riana menyadarkan Radit dan Ardi.

"Hai, Ri!" Radit menyapa Riana.

"Hai!"  Riana tersenyum lalu menoleh pada Ardi dan menyapanya.

"Hai, Di! Apa kabar?"

"Baik." Jawab Ardi singkat.

"Ayo masuk!" Riana mengajak Ardi dan Radit untuk masuk ke rumahnya.

"Pagi bu!" Sapa Radit yang melangkah masuk terlebih dahulu pada ibu Riana.

"Pagi Radit! Sudah lama ya kita tidak bertemu." Ibunda Riana tersenyum menyapa Radit.

Setelah Ardi menyapa dan memperkenalkan diri, Ibunda Riana pun mempersilahkan kedua pemuda itu duduk dan pamit masuk meninggalkan mereka.

Riana kemudian datang membawa nampan berisi dua piring bolu keju dan dua gelas teh bunga Chrysant.

"Buatan kamu, Ri?"

Riana mengiyakan lalu tersenyum lembut menatap Radit. Ia sengaja membuat bolu keju itu untuk Radit. Riana menggunakan keju yang sengaja dibelinya dari Swiss.

Dulu, bolu keju buatannya adalah kue kesukaan Radit.

Ardi menatap Radit yang sedang memandang Riana. Hatinya ingin berontak. Ia tahu secara status Radit memang kekasihnya. Tapi melihat ekspresi dan reaksi Radit sedari tadi, ah, Ardi tidak ingin memanipulasi pikirannya dengan hal-hal yang belum tentu.

"Enak, Ri! Kejunya berasa." Komentar Radit setelah mencicipi kue bolu tersebut.

Riana menyerahkan satu kantong kertas  bergambar keju kepada Radit.

"Ini oleh-oleh dari Swiss. Keju. Aku juga buatin seloyang bolu lagi buat dimakan di rumah." Riana menutupnya dengan senyum.

Radit jelas senang. Ia mengucapkan terima kasih dengan senyum tulus. Ardi melihat ekspresi senang Radit. Ia teringat ekspresi Radit yang ia lihat dulu saat ia menyerahkan oleh-oleh keju dari Belanda.

Good Morning CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang