"Yaampun Namjoon! Sudah berapakali ibu bilang, jangan sakiti adik-adikmu! Lihat ini sekarang roselinda sudah terluka akibat tangan nista mu itu!" Teriak wanita paruh baya yang sedang berlutut menatap rosalinda yang telah terkapar tak bernyawa didepan Namjoon, anak laki-lakinya yang memiliki tangan berkekuatan seribu kuli bangunan.
Namjoon hanya menghela nafas dan menunduk jengah menatap ibunya yang selalu mendramalisir keadaan.
"Cepat panggil ambulan sebelum rosalinda tewas!" Teriak ibunya. Dan lagi, pria berwajah bulat seperti cimolnya pak otong itu hanya memghela nafas.
"Namjoon kan nggak sengaja, bu! Lagian salah siapa rosalinda ditaruh didekat meja kerjaku. Ya bakalan kesenggol tangan ajaibku lah bu" jawab Namjoon nyaring.
"Aaah kamu tahu nggak sih, adikmu rosalinda ini sangat berharga bagi ibu!! Ayolah Namjoon, adikmu ini butuh ambulan!"
Jengah. Namjoon jengah mendengar perkataan nyeletuk ibunya bagaikan drama india.
Tangannya tetap diam, enggan untuk mengambil ponsel dan memencet nomor ambulan. Jika dia menelpon ambulan, bisa-bisa harga dirinya tercemar dan dikira orang gila.
Mau ibunya menangis darah pun, Namjoon tidak mau memanggil ambulan untuk rosalinda, yang entah sejak kapan telah dianggap ibunya sebagai adik Namjoon.
"Ayolah bu, untuk apa Namjoon nelpon ambulan buat piring ini? "
Ya. Rosalinda adalah piring cantik hadiah detergen yang ibu Namjoon beli kemarin.
"Kamu tuh ya Joon. Kemarin kamu membunuh Jenifer, setelah itu si Yayan dan Udin, selang beberapa hari ibu menemukan Alex tewas di wastafel, dan sekarang Rosalinda jadi korban mutilasimu selanjutnnya. Kalau begini terus, ibu bakalan melaporkanmu pada polisi karena kasus pembunuhan berantai!"
Lagi-lagi, ibu Namjoon selalu melebih-lebihkan masalah. Dan apa? Pembunuhan berantai?
Yang benar saja. Itu lebih terlihat seperti memecahkan piring gratisan milik ibunya dibanding pembunuhan berantai."Kamu tau nggak sih, Joon. Sekarang rinso jazz one di Alfamart sudah habis stoknya, padahal cuma detergen itu yang memberikan piring gratis. Masak ibu harus repot-repot ke Zimbabwe lagi buat beli detergen yang ada gratisan piringnya? Kamu nggak kasihan sama ibu ini yang bla bla bla-"
Namjoon menatap ibunya datar. Semiskin itukah ibunya sampai-sampai mencari piring gratis? Padahal mang Joko-tukang perabotan sepuluh ribu tiga setiap hari lewat depan rumah Namjoon. Dan Namjoon yakin mang Joko menjual piring juga.
"Ibu pegen piring baru... hiks"
Dan isakan tangis ibunya membuat pria berwajah cimol itu keluar rumah untuk mencari attack jazz one yang ada gratisan piringnya.
•••••
"Selamat siang, selamat belanja di Indomaret"
Seorang gadis bergigi kelinci menunduk sopan pada pengunjung supermarket tempatnya bekerja. Melelahkan memang bekerja paruh waktu di sebuah supermarket yang harus mengutamakan kenyamanan pengunjung ini.
Setiap hari, gadis ini harus mengucapkan kata-kata monoton yag selalu diharapkan para jones.
Tidak lupa juga, setiap hri gadis itu harus fake smile agar terlihat ramah bagi pengunjung. Tak jarang, para pengunjungnya memfokuskan pandangannya ke gigi kelinci gadis itu dan berkata "mbak kok giginya tonggos ya" atau "sist, saya jual behel loh. Kalau mau coba dm aja ya sist"
Giginya kelinci.
Iya kelinci, bukan tonggos.
"Semuanya 25.000 won mas" gadis itu menscan barcode sebuah detergen yang dibeli seorang pria berwajah cimol didepannya.
"Ini piring gratisnya, mbak?" Tanya pria itu dan dibalas anggukan oleh gadis gigi kelinci.
Namjoon, pria berwajah cimol itu memandang piring gratisan detergen yang dia beli. Dipikirannya hanya satu, membuat ibunya berhenti menangis dengan memberikan piring itu pada ibunya. Namun itulah harapan Namjoon, sebelum-
PRANGGG!!
-Piringnya tersentuh tangan berkekuatan seribu kuli milik Namjoon dan pecah dimeja kasir.
"Mbak ini kok letoy sih piringnya? Nggak awet ih, nggak jadi beli deh"
Gadis itu terbelalak, "Nggak bisa mas! Pecah berarti membeli. Lagian kan ini udah saya kasih nota tinggal bayar"
Namum, Namjoon tetap kokoh pada pendiriannya. Buat apa membeli piring yang sudah pecah? Itu sama saja Namjoon dapat rugi.
Dan itu sukses membuat gadis gigi kelinci mencibir habis-habisan hingga suara lembutnya berubah menjadi sangar seperti preman kolong jembatan.
"Mas 25.000 wonnya mana nih"
"Apaan sih mbak, kalo nggak jadi beli ya nggak bayar dong"
"Mas kan udah saya bilang, pecah berarti mem-"
"IM NAEYON!" Belum sempat gadis itu melanjutkan perkataannya, namun namanya telah dipanggil terlebih dahulu oleh bosnya.
"Kamu tahu kan motto di supermarket saya itu pembeli adalah raja? "
"I-iya pak" Naeyon, gadis gigi kelinci itu berubah kalem lagi.
"Gajimu kupotong karena pelayanan yan tidak sopan, Im Naeyon!"
Gadis itu kicep. Padahal hari ini adalah hari penerimaan gajinya.
"Maaf mas, kalau tidak jadi beli ya tidak papa kok, selamat datang kembali"
Namjoon mengangguk senang dan menghiraukan tatapan horror Naeyon. Jujur, sebenarnya itu bukan sepenuhnya salah Naeyon. Namun itu jelas-jelas adalah ulah tangan Namjoon yang main pegang aja.
Dan itu semua membuat Naeyon ingin membunuh Namjoon jika saja bosnya tidak memata-matai mereka berdua.
Padahal rencananya Naeyon akan makan malam menggunakan ayam sambalado dengan besar-besaran. Tapi apadaya, akibat potongan gajinya ini, Naeyon tidak bia merasakan enaknya paha ayam yang dilumuri cabe-cabean.
Terpaksa malam ini Naeyon harus makan Kerupuk campur sambel terasi lagi. Padahal gadis itu sudah muak memakan krupuk campur sambel terasi untuk memenuhi perutnya.
••••
Segini dulu buat prolognya :v
Kalau banyak yg minat, bakalan gue nextTp kalau gaada, yaudah deh delete :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroyer Monster ;Knj
Fanfiction"Yah mbak. Pecah lagi deh" - Kim Namjoon. "itu tangan apa bulldozer sih mas, Kok bisanya cuma ngerusak barang mulu" - Im Naeyon -------- Kisah seorang Kim Namjoon si tangan kuli yang selalu udik didepan pegawai supermarket bernama Im Naeyon.