You - 4

84 3 2
                                    

"Aku kira kamu sudah lupa padaku." Itu adalah kalimat pertama yang Karel ucapkan saat aku berkunjung ke rumahnya.

Aku tersenyum lemah dan meletakkan tasku di meja tamu.

"Mana Andien?" Tanyaku begitu mengetahui rumah Karel sepi melompong.

Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari sosok Andien namun tak kunjung menemukannya.

Karel menatapku dan aku tak bisa membaca apa yang sedang dipikirkannya saat ini.

Dia menghela napas. "Mau minum apa?" Tanyanya. Aku yakin sekali kalau dia sedang mengalihkan pembicaraan.

Tiba-tiba, aku teringat ucapan Adrian tempo hari.

Tentang aku yang membuat Karel Andien bertengkar.

"Mana Andien?" Tanyaku dengan suara rendah. Karel tau jika aku sudah menggunakan nada itu, artinya aku sedang serius dan tidak berniat main-main.

"Andien pergi ke rumah orangtuanya."jawabnya tanpa menatapku.

Dan aku tahu, ada yang tak beres dengannya.

*******

Aku menghela napas panjang. Entah sudah berap kali aku melakukannya dalam hari ini.

Aku menghela napas panjang lagi, berharap sesak di hatiku sedikit membaik. Namun yang aku harapkan tidak terjadi, yang ada hatiku malah semakin sesak.

Aku teringat cerita Karel tadi pagi, tentang kepergian Andien dan masalah rumah tangganya.

Dan aku menjadi penyebab itu semua.

Adrian benar.

Sepertinya Tuhan terlalu membenciku. Hidupku hanya menyebarkan sial bagi orang lain. Satu persatu orang yang dekat denganku terkena masalah karena diriku sendiri.

Aku pembawa sial.

Hahaha, haruskah aku mempertanyakan takdirku kembali?

*******

5 tahun yang lalu

Hidupku tak lebih baik dari 3 tahun yang lalu. Saat ibu meninggalkanku saat itu, ia benar-benar meninggalkanku. Dalam artian, aku tak dapat lagi bertemu dengannya, memeluknya, menciumnya dan bercerita padanya.

Karena Tuhan telah mengambil nyawanya. Karena ibu telah kembali kepada pemiliknya.

Dan yang aku sesali, aku tak ada disampingnya saat ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Aku lebih baik hidup menjadi orang miskin asalkan ibu bersamaku, daripada aku hidup menjadi orang kaya namun tersiksa batin.

Meskipun aku dulu miskin, ibu tak pernah mengacuhkanku. Ia selalu memberikan perhatian untukku.

Namun dikeluarga Mahardika, aku diperlakukan tak kasat mata. Mungkin hanya bunda vina yang menganggapku ada. Beliau juga mencurahkan perhatiannya padaku tanpa mempedulikan fakta bahwa aku bukanlah anak kandungnya. Aku tak pernah dibeda-bedakan olehnya.

Dan itulah yang membuat kedua anaknya sangat membenciku.
Ya, kedua anak kandung bunda vina sangat membenciku.

Dan hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah menengah atas.

Dan aku satu sekolah dengan Adera. Itu yang  membuatnya terus melirik sinis padaku. Aku tak mengerti mengapa mereka membenciku, yang aku tau adalah tante vina yang menyuruh ibu membawaku kesini. Sikapku juga tidak menyebalkan, kenapa mereka bisa sangat membenciku? Apa karena bunda vina memperlakukanku seperti anaknya sendiri sedangkan aku hanyalah orang asing yang tiba-tiba saja datang dan mengganggu kehidupan mereka yang nyaman?

Andai mereka tahu aku juga tak ingin disini. Karena perlakuan mereka yang menganggapku tak kasat mata membuatku harus menjalani hidup seperti di neraka.

Namun yang paling menyakitkan adalah, sikap orang yang kucintai padaku.

Aku mencintai Adrian.

Entah sejak kapan.

Yang aku tau, aku mencintainya.

Dan aku sangat membenci fakta itu.

Karena dia sangat membenciku.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang