You - 5

132 1 4
                                    

Aku memakan sandwichku dalam diam.

Aku menyukai keheningan.

Saat gigitan terakhir, aku melihatnya keluar dari kamarnya. Dia mendengus melihatku yang memperhatikannya.

"Kau tidak sarapan dulu? Atau mau kubuatkan sesuatu?" Tanyaku basa-basi karena yang kulihat sepertinya dia terburu-buru.

Dia melangkahkan kakinya ke arahku dan menatapku tajam.

Namun dia tak berkata apapun dan hanya menyesap kopi yang kubuat.

"Aku akan bekerja." Ucapku memecah keheningan.

Dia menaikkan sebelah alisnya dan menatapku lagi.

"Aku akan bekerja kalau kau tidak mendengar apa yang baru saja kukatakan." Ucapku penuh penekanan.

Sesungguhnya, ini adalah pertama kalinya aku berani melawannya.

Adrian tak memperbolehkanku bekerja setelah menikah dengannya.

Bukan karena dia perhatian padaku agar aku tidak cape, tapi karena dia tidak ingin orang-orang terkena sial karena berada didekatku.

Dia benar-benar kejam.

"Kau sudah tahu apa jawabannya Rachel Mahardika." Tatapannya begitu menusuk relung hatiku.

"Rachel Tanuwijaya. Dan aku tak peduli walau kau tak mengizinkanku." Ku lihat dia terkejut.

Entah karena nada bicaraku yang terdengar ketus atau karena perkataanku.

"Apa maksudmu?" Wajahnya mengeras.

"Aku Rachel Tanuwijaya bukan Rachel Mahardika." Ucapku berusaha tenang walaupun hatiku was-was dan tak santai sekali.

Dia tak menjawab dan mengalihkan tatapannya dariku.

"Kita akan bercerai. Aku akan mengirimkan suratnya padamu." Ucapku sambil menyesap teh hangatku. Aku meraih tas selempangku dan beranjak dari kursi.

Dia tak mengatakan apapun.

Hatiku terasa ditusuk beribu-ribu jarum.

Aku selalu bertanya-tanya, apakah dia akan bahagia jika aku pergi dari kehidupannya? Apakah dia tak pernah merasakan apapun padaku selama 2 tahun ini? Apakah Tuhan benar-benar membenciku hingga membuatku menderita seperti ini? Apakah dia akan memepertahankanku jika aku berkata aku akan pergi darinya?

Sesungguhnya, jika kau jatuh cinta kau juga harus siap jatuh.

Entah sudah berapa kali aku jatuh karenanya.

Hahaha, patah hati sudah menjadi makananku sehari-hari.

Aku sudah sangat kebal dengan perlakuannya yang menghancurkan hatiku.

Aku bahkan tak bisa membedakan rasanya sakit dan bahagia saat berada di dekatnya.

Tak ada yang lebih menyakitkan saat mengetahui orang yang kau cintai sangat membencimu dan mencintai orang lain.

Dan aku adalah orang yang sangat bodoh karena selalu bertahan untuknya.

Dan cukup sudah, aku benar-benar tak tahan lagi.

Aku tak ingin pura-pura tak tau lagi.

Aku akan mengakhiri permainan bodoh ini dan berhenti menjadi orang bodoh.

Saat aku akan membuka pintu, tanganku ditarik keras sekali.

Tanpa sadar, aku menghela napas lega.

Entah apa yang ku legakan? Bukankah ini sudah seharusnya? Tapi, mengapa dia bersikap seolah-olah ingin mempertahankanku namun kenyataannya tak seperti itu?

"Kau mulai melawanku." Desisnya marah.

Aku meringis sakit dan mencoba melepaskan tanganku dari cengkeramannya. Namun dia terlalu kuat.

Dan aku sudah pasrah dengan apa yang akan dia lakukan.

"Sudah kubilang bukan, kau tak akan pernah lepas dariku Rachel." Hembusan nafas hangatnya di tengkukku membuatku bergidik ngeri.

Dia memelukku dari belakang. Tangannya melingkar possesif diperutku.

"Aku tak peduli." Jawabku datar.

Dia semakin memelukku kencang, membuatku sedikit sesak. Aku menggeliat tak nyaman dan mencoba melepaskan tangannya yang berada diperutku.

"Apa maumu Rachel? Aku sebenarnya lebih suka kau yang seperti ini. Sedikit agresif dan kau juga mulai melawanku, itu adalah hal yang luar biasa mengingat kau sama sekali tak pernah membantahku dan selalu melakukan apa yang kuperintahkan." Dia menjilat cuping telingaku membuatku menahan nafas.

Aku mencoba untuk tenang dengan mengatur nafasku.

"Aku akan menikah dengan pria yang kucintai." Alasan tak masuk akal itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku. "Dan aku menginginkan kebebasan." Tambahku lagi. Sudahlah, dia tak tau ini kan? Jadi lebih baik kebohongan ini diteruskan saja.

Dia tertawa kecil tepat di telingaku membuat debaran di dadaku semakin menjadi-jadi.

"Bukankah kau sudah menikah dengan pria yang sangat kau cintai Rachel?" Nada sensualnya membuat tubuhku menegang. Dan dia lagi-lagi tertawa karena merasakan reaksi tubuhku. Bukan nada sensualnya yang membuatku tegang, tapi ucapannya.

Jadi, selama ini dia mengetahuinya?

"Jangan sok tahu Adrian Mahardika." Nada bicaraku ku buat sesinis mungkin.

"Aku memang mengetahuinya." Desisnya.

"Itu hanyalah salah satu kesalahan yang kulakukan dimasa lalu." Ucapku santai.

"Jadi mencintaiku adalah kesalahan menurutmu?"

"Tentu saja. Dan aku sudah muak dengan semuanya."

*********

5 tahun yang lalu

"Aku membunuhnya."

"Apa maksudmu sayang? Bunda tidak mengerti."

"Aku membunuh Rere Tanuwijaya bunda. Aku membunuhnya dengan tanganku sendiri."

"Apa maksudmu sayang? Ian, katakan pada bunda ini hanya leluconkan? Kau tidak mungkin membunuh sahabat bunda."

"Sahabat? Cihh. Aku muak dengan semuanya. Dengan kebohongan bunda, kebohongan ayah. Mengapa kalian terus berpura-pura bahagia didepanku dan Adera padahal kenyataanya tak seperti itu?"

"KAU TAK TAHU APA-APA ADRIAN."

"Lihat, bunda bahkan membentakku hanya demi membela wanita ular itu."

"Bagaimana bisa kau membunuhnya?"

"Tentu saja dengan memprovokasinya lebih dulu. Aku mengatakan bahwa aku sudah mengambil keperawanan anaknya dan membuatnya hamil. Padahal demi tuhan aku saja jijik melihatnya, bagaimana bisa dia mempercayai ucapanku. Dia sangat bodoh."

"KAU BUKAN ANAKKU. KAU BUKAN IAN YANG KUKENAL."

"BUNDA YANG MEMBUATKU SEPERTI INI. AKU MUAK MELIHAT AYAH YANG TERUS MENYAKITI BUNDA DAN MEMBUAT BUNDA MENANGIS!!"

"Kau hanya salah paham sayang kau salah paham. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Ayah tak sejahat itu."

"BUNDA YANG TAK BISA MENERIMA KENYATAAN. AYAH MENCINTAI WANITA ULAR ITU DAN MEREKA BERSELINGKUH BUNDA. WANITA ITU MEREBUT AYAH DARI BUNDA. Bagian mana yang tak bisa kumengerti?"

"Kau memang tak tau kebenarannya sayang. Yang kau dengar dan yang kau lihat belum tentu benar."

"Aku muak dengan semuanya. Setelah aku memprovokasinya, dia banyak minum alkohol dan mabuk. Dia mengendarai mobilnya saat mabuk dan terjadilah kecelakaan itu."

"KAU PEMBUNUH! KAU PEMBUNUH!"

Malam itu, aku mendengar semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang